Tuesday 13 February 2018

BAROMETER KESABARAN

Suatu hr di suatu tikungan jln kampung sempit di jkt, mobil anda tiba tiba disrempet bajay. Menyadari bajaynya nyerempet mobil anda si supir berhenti di pinggir jalan tak jauh dr dpn mobil anda. Ybs membungkuk dg sopan menghampiri anda seraya mohon maaf, dia katakan tadi ndak punya NIAT untuk nyerempet, "tidak sengaja pak, sy tadi buru buru, agak ngelamun. sedari tadi blm dpt sewa pak, sumpah sy ndak ada NIAT nyrempet".
Bbrp hr kmdian anda naik spd motor, tiba tiba ddhului mobil, stlh mendhului anda, terlihat kaca mobil diturunkan, penumpang mobil kmdian meludah, kbwa angin ludahnya mengenai muka anda. Anda tancap gas ngejar mobil, krn jln di jkt macet mobil terkejar. Anda totok totok kaca mobil sumber ludah. Pemilik ludah ngaku dia meludah. Dia juga mengatakan Tidak ada NIAT meludahi anda seraya minta maaf.
Kalau anda jadi yg punya mobil yg dsrempet bajay, apakah anda maafkan pngmudi bajay? Kalau anda jadi pngmudi spd motor, apakah anda dpt memaklumi pnmpang mobil yg tdk ada niat meludahi anda?
Jk diukur dg BAROMETER KESABARAN angka brp skor kemarahan anda ke pngmudi bajay dn brp skor kmarahan anda pnmpang mobil. Sebab pengemudi Bajay dan driver/penumpang mobil beda strata/beda status sosial.
Seseorang pernah minta nasehat kpd Rasulullah Muhammad s.a.w. Bbrp kali ybs minta nasehat, dinasehati bbrp kali pula dg kata yg sama "LA TAGHDHAB" (jangan marah). H.R. Buhari & Muslim dari Abu Hurairah r.a. (Balaghul Maram hal.760).
Bbrp th lalu. Sblm program BPJS, kuberobat ke dokter spesialis penyakit dlm. Mendaftar ssdh ashar, dg mksd agar tak terlalu malam pulang, sebab pasien tu dokter bgt ramai maklum si dokter adlh profesor, walau tarifnya tinggi pssien mludak.
Sampai pkl 22 lewat aku blm juga di panggil. Istriku sdh 4 x ngulang tanya ke suster ngatur pasien masuk ke dokter, mendpt jawaban sama y.i. blm .... tunggu dipanggil.
Setelah yg ke 5, diusut persoalannya, rupanya map status saya blm dinaikan dari ruang arsip ke meja suster pengatur panggilan pasien. Bukan lantaran tak ketemu itu status, tapi tdk dicari. Kejadian itu membuat ku marah besar di hadapan sang Prof. Si prof panggil semua suster terlibat dan memarahinya. Sblm masuk ke dokter stlh marah besar tensi darahku naik tajam atasnya sampai 170. Aku bukan pengidap darah tinggi, khusus hari itu dlm keadaan marah ternyata tekanan darah naik. Disinilah rupanya makna "Jangan marah", dimaksud Rasulullah s.a.w. Karena jika kita terbiasa marah, makapun darah terus-terusan tinggi. Kalau sering tinggi, posisi ketinggian itu dihawatirkan tak mau turun lagi. Si pemarah berpotensi kena hypertensi.
Dlm menghadapi situasi yg memicu kemarahan karena ulah orang lain (contoh pengemudi Bajay, penumpang mobil, dan paramedis salah atur di atas). Sepertinya kita harus mengingat Allah SWT berfirman:
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 263)
Namun kita ini nanusia yg kadang tak dpt menahan amarah. Smg kita dpt membawa terus ke mana-mana BAROMETER KESABARAN.
Barakallahu fikum. Wallahu 'alam bishaeab. Wassalamualaikum wr.wb. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment