Friday 23 February 2018

DENGKI 3/5a. Sambungan DENGKI (1/5, 2/5 dan 3/5)

Dengki sesama Peniaga.
Pedagang sesama pedagang, biasanya pedagang barang sejenis. Misalnya tukang cendol dg tukang cendol, sesama tukang Ba'so, tukang gorengan, ketoprak.
Persaingan antar sesama pedagang dpt saja terjadi dimana saja.
Tahun 2000 saya pernah berkunjung ke Saudi melaksanakan umrah bersama dua anak saya, isteri serta Ibunda dan Adik. Rombongan kami termasuk keluarga saya hanya 17 orang. Program ziarah rombongan kami sangat efektif dan santai karena bis besar disediakan untuk kami sungguh leluasa. Di Madinah program tour umrah kami adalah mampir di pasar korma tak jauh dari masjid nabawi (ketika itu). Singkat cerita bis besar yang kami tumpangi itu parkir dilahan parkir diarahkan oleh Mutawwif (pemandu wisata) di depan sebuah toko. Katakanlah misalnya persis di depan toko Blok A4.
Namanya rombongan, mereka berkeliaran melihat-lihat korma di beberapa toko dan akhirnya banyak diantaranya yang belanja korma di toko blok A6, A5 dan bahkan ada di A3. Rupanya pemilik toko A4 tidak terima, parkir di depan tokonya belanja di toko lain. Si pemilik dan kerani toko A4 tak segan-segan menyamperi pemilik toko A5, A6 dan A3 marah-marah. Saya baru menyaksikan mereka ribut bertengkar masing-masing seperti kontes urat leher, dada dengan dada sampai bertemu, anehnya kedua tangan mereka di taruh di belakang pinggang. Jadi tidak terjadi saling pukul. Kami tidak paham apa yang mereka pertengkarkan itu, apalagi bertengkar dalam bahasa arab, ngomong perlahan saja sedikit sekali perbendaharaan bahasa arab kami. Yang terpikir buat kami cepat-cepat kembali ke bis dan cabut dari daerah itu, takut juga kalau terjadi apa-apa di negeri orang. Tahulah kami pokok soal mereka beradu dada dan urat leher itu stlh di jelaskan mutawif. Toko yg keparkiran bis kami tak terima toko-toko lain melayani pembeli, mnrtnya calon pembelinya direbut. Mestinya para calon pembeli belanja di toko miliknya, buktinya parkir di lahan depan tokonya.
Bgt suatu potret persaingan pe bisnis terjepret ndak sengaja oleh rombongan kami di negeri "korma". Seharusnya mrk memahami, bahwa takaran rizki dari sononya oleh sang pemberi rezeki sudah di atur ndak kan ketukar. Dpt kita simak banyak sekali peringatan Allah bahwa hak Allah lah menaburkan rezeki kpd seluruh mahluknya baik kita lihat satu diantaranya:
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ وَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ
"Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 26)
Kisah di atas memberi kesan:
1. Hasad/dengki juga ada di hati pddk di suatu negeri yg nota bine relatif bnyk yg faham Alqur'an karena bhs mrk.
2. Hukum dmkn ditaati setidaknya takuti (kalau mukul orang penjara kabarnya kan di dpt). Beda dg negeri kita gampang sekali adu jotos, kadang jiwa melayang hanya karena sedikit salah faham. Pedagang korma tadi milih naroh tangannya masing-masing ke blkng pinggang drpd terlanjur mukul. Semboyan mrk mungkin "biar pecah dimulut drpd lengan bicara, msk penjara".
Smg kita semakin yakin bahwa rezeki dari Allah dan tlh terjatah. Ikhtiar wajib ttp jangan menganbil hak orang lain.
Dmkn, smg ada faedahnya. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment