Tuesday 13 February 2018

DENGKI (2/5), sambungan DENGKI (1/5)

Dalam satu komonitas.
Penyakit ini menghinggapi orang dalam suatu komunitas, orang yang ia dengki kepadanya adalah sesama sekelompok. Hampir tidak perduli dengan komunitas lain, walaupun di komunitas lain itu orang sesukses apapun. Orang sekampung, orang satu perusahaan, orang satu institusi, orang satu profesi, orang yang masih sekeluarga dan hubungan kekeluargaan.
Orang sekampung.
Tanda 0rang pendengki/hasad Ia tidak suka menyaksikan orang sekampung dengannya mencapai kesuksesan, dicari cacat celanya, karena dialah katanya yang paling tau mengenai orang yang sukses itu, bagaimana ia dulu. Dari riwayat dan asal usul si sukses itu, seharusnya sangat tidak wajar ia sukses, dulunya begini, dulunya begitu dan lain sebagainya. Pokoknya dia merasa tidak terima atas kesuksesan orang sekampung dengannya.
Orang satu perusahaan/orang satu institusi.
Penyakit dengki sangat mudah hinggap di kalangan orang-orang dalam satu perusahaan.
Ketika menempuh pendidikan, umumnya bareng dalam jumlah yang sama, naik kelas/tingkat barsamaan, hanya satu dua dalam jumlah yang kecil sekali tak berhasil. Lain halnya dengan di lapangan pekerjaan. Ada kata-kata bijak diungkapkan untuk mahasiswa ketika selesai kuliah.
Pernah kusampaikan dlm sambutan mewakili ortu mhs di wisuda anakku:
“Untuk sukses dan berprestasi ketika kuliah harus jadi mahasiswa yang pandai”
“Untuk sukses dan berprestasi di masyarakat harus jadi orang yang pandai-pandai”
Jadi di masyarakat, di tempat kerja seseorang tidak hanya dituntut “pandai” tetapi rupanya harus dituntut dengan “dua pandai” atau pandai-pandai.
Di masyarakat dan di dunia kerja, orang naik jabatan, meningkat karier tidak lagi sama meskipun satu angkatan. Sama-sama masuk dengan pendidikan yang sama, seseorang melejit kariernya, sedangkan yang lain biasa-biasa saja. Orang yang kebetulan bernasib tidak semujur temannya yang melonjak kariernya itu, jika mengidap penyakit dengki/hasad, sungguh sangat menderita. Tinggal tergantung tingkat dengki/hasad yang bersangkutan pada stadium mana dari 4 (empat) stadium yang kutulis sblm ini (lihat Dengki 1/5). Makin tinggi stadiumnya makin berat keadaan orang itu, tidak jarang harus mengorbankan apa saja. Di instansi/institusi perusahaan kadang tidak jarang yang bersangkutan, bila juga tidak berhasil mencapai tujuan pemenuhan dengki/hasad itu, ia berhenti keluar dari suatu pekerjaan dan pindah ke tempat lain.
Bukan tidak ada setelah yang bersangkutan pindah ke tempat bekerja lain, dapat menyaingi rivalnya di tempat bekerja lama, bahkan lebih berjaya. Tidak pula jarang terjadi, setelah pindah malah terpuruk. Tapi bagi si penyandang dengki/hasad walau terpuruk yang penting puas dihati.
Ini yang sering kunasihatkan buat anak-anakku dimeja makan, jangan turutkan perasaan dengki/hasad yang ada di hati. Manusia memang berpotensi punya sifat itu, karena dari sononya manusia di lengkapi dg nafsu dan nurani. Nafsu sering mengajak ke "fujuraha" dan nurani mengajak ke "taqwaha". Seperti informasi Allah:
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا
"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"
(QS. Asy-Syams 91: Ayat 8)
Bila nafsu diturutkan akan merusak diri. Jika melihat teman sekerja sukses, syukuri dan ikut berbahagia. Yang penting bekerjalah yang terbaik yang kita bisa, kesuksesan itu, siapa yang bakal melejit kariernya itu adalah sudah dipilih oleh yang menciptakan kita.
Allah SWT berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
Kalau kita sudah bekerja yang terbaik yang kita dapat lakukan itu sudah cukup untuk menyelamatkan dunia dan akhirat.
Barakallu fikum. Wallahu 'alam bishawab
Wassalamualaikum wr.wb. M. Syarif Arbi.
Bersambung ....... Dengki (3/5)

No comments:

Post a Comment