Tuesday, 17 June 2025

Karena Ketiadaan

No: 1.328.03.06-2025 Oleh : M. Sayrif Arbi Berpesanlah Nenek dari cucu2ku, ketika kupamiti akan pergi menjaring matahari pagi, menapaki jalan dengan berbekal kursi tongkat; “nanti beli telor, tepung Tapioka, tepung Beras, tepung Terigu dan sabun cuci cair”. Orderan sang Nenek tersebut kucacat di HP yang selalu kubawa tiap berjalan pagi, kalau tidak dicatat nanti ada yang kelewatan. Dua barang itu jadi keharusan untuk dibawa sudah dua tiga tahun belakangan ini bila ku olahraga berjalan pagi. Tongkat, bila dikembangkan akan jadi tempat duduk berkaki tiga, sangat membantu bila sudah agak kepayahan/kecapeaan, duduk istirahat sejenak di tempat aman. HP, untuk berjaga-jaga kalau2 ada masalah di jalan, untuk dapat memberi laporan ke rumah, misalnya tentang posisi dimana, untuk di jemput misalnya. Alhamdulillah sejuah ini HP belum dipergunakan untuk hal yang saya sebut terakhir, kalaupun digunakan untuk memberitahukan si Nenek tentang sesuatu, misalnya ketemu suatu komoditi yang tadinya tidak ada dalam catatan, apakah perlu dibeli. Ketika perjalanan menuju arah pulang, mampirlah aku di warung langganan untuk membeli bahan2 yang ada di dalam cacatan. Tongkatpun dikembangkan, lantas duduk di depan warung. Si ibu pemilik warung masih sedang sibuk menyukat 5 liter beras dari kotak beras jenis “pulen” kedalam kantong kresek hitam dilapis tiga. Selanjutnya ke kantong yang sama di masuk lagi 3 liter beras jenis “perak”. Dasar diri ini “Kepo”, kutanyakan kenapa di campur. Rupanya agar nasinya nanti tidak terlalu pulen dan juga tidak terlalu perak, demikian penjelasan ibu pembeli, di endors oleh ibu pemilik warung. Usai ibu yang membeli beras pulang, barulah aku dapat giliran pelayanan. Ibu pembeli beras tadi menyangking beras 8 liter itu, dengan mengucapkan “Ntar sore ya bu”, rupanya uang beras itu belum dibayar. Ku “Kepoi” lagi ini ibu warung, “Pernahkah ibu yang model begini lantas tidak bayar”. Cepat sekali ibu itu menjawab, “sudah seriiiing, bahkan kadang ada yang sudah sekian lama ndak bayar, lantas bila ketemu lagi bagaikan ndak pernah punya hutang, malah kita lagi yang malu nagihnya”. Aku jadi teringat kemenakanku yang buka juga warung kebutuhan pokok di pedalaman sana. Diawal-awal usaha, sering menemui pelanggan yang minta timbangkan gula, sukatkan beras, minta sekian saset kopi, garam dan lain2, setelah kemasan diterimanya, pelanggan mengatakan “dompet saya ketinggalan, sebentar nanti uangnya saya antarkan” atau dengan model yang mirip Ibu pembeli beras di atas. Oleh karena pengalaman2 itu, kemenakanku menyikapi hal ini dengan; membuat sekat agak tinggi antara dirinya dengan membeli, sehingga barang2 yang dikemas, untuk menyerahkannya harus melalu sekat tersebut dengan agak diangkat. Teknik ini sangat bermanfaat, setelah ditimbang, disukat dan dibungkus, kemudian di kemas, lantas ditentukan harganya, diminta uangnya. Bilamana uang diterima, barulah barang diangkat, diserahkan kepada pembeli. Jika terjadi pernyataan pembeli “bayar nanti” seperti di atas, maka barang belum diserahkan. Kalau barang sudah di tangan pembeli, ada perasaan tidak enak menariknya kembali. Demikian juga dikatakan ibu pemilik warung langgananku di pagi itu. Adapun siasat kemenakanku di pedalaman, kini dia merasa agak aman, sebab dengan barang masih di wilayah penjual, jika batal lebih mudah penanganannya. Kenapa pembeli ada yang nekat berbuat seperti dikisahkan di atas, akar masalahnya karena ketiadaan, karena kemiskinan. Sedangkan hidup harus tetap perlu makan, maka ikhtiar apapun dijalankan. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im: كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.” Hadits tersebut setidaknya memiliki makna sebagai berikut: Keadaan serba kekurangan dapat menggodanya untuk melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dalam masyarakat, bisa saja terjadi ayah yang miskin melakukan perampokan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bisa pula terjadi, seorang ibu miskin karena tekanan ekonomi menjual diri demi menghidupi anak-anaknya. Membeli bahan2 makanan di warung dengan ngutang, kemudian tidak membayar, merupakan salah satu contoh perbuatan yang terpaksa dilakukan, karena ketiadaan, karena kemiskinan. Demikian pula seorang pemuda yang miskin, bisa saja nekat melakukan pencurian karena didorong keinginannya untuk meniru gaya hidup teman-temannya yang anak orang kaya. Mengingat beratnya godaan-godaan yang dialami orang-orang miskin, maka mereka harus pandai-pandai membentengi keimanannya dengan sabar dan syukur. Andaikan dapat dinasihatkan kepada saudara kita yang dalam ketiadaan, kekurangan dan kemiskinan tersebut dapat kita kutipkan surat Al-Zukhruf 32: نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا "Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain.” (QS. Al-zukhruf: 32). Selanjutnya berikhtiar usaha yang halal, diiringi dengan berdo’a kepada Allah. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan-Nya kepada saudara2 kita yang miskin dan juga untuk kita semuanya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 17 Juni 2025, 22 DzulHijjah 1446H

Monday, 16 June 2025

PERLU BERBICARA

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.327.02.06-2025 Ternyata bahwa manusia “normal” hidup ini bukan hanya perlu makan, bukan hanya perlu minum dan bukan hanya sangat perlu bernafas, tetapi juga sangat berkeperluan dengan “berbicara” atau “ngomong”. Studi yang diterbitkan di University of Arizona misalnya; menemukan bahwa wanita di usia dewasa awal hingga menengah perlu berbicara rata-rata 21.845 kata per hari, sementara pria perlu berbicara 18.570 kata. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung perlu berbicara lebih banyak daripada pria. Peneliti Universitas Maryland, menemukan melalui pengujian sampel dari sepuluh anak laki-laki dan perempuan berusia antara tiga dan lima tahun. Hasilnya, anak-anak perempuan memiliki “protein bicara” (diistilahkan “FOXP2”) 30% lebih lebih banyak dibandingkan FOXP2 pada anak laki-laki. Dari dua penelitian yang dikutip di atas, bahwa perempuan lebih banyak kebutuhan berbicaranya dalam setiap hari. Penelitian juga menunjukkan kalau perempuan senang mengobrol sejak usia muda. Anak perempuan belajar berbicara lebih awal dan lebih cepat dibanding anak laki-laki. Anak perempuan memiliki kosakata yang lebih banyak dan berbagai jenis kalimat dibandingkan anak laki-laki dalam usia yang sama. Keperluan berbicara buat diri masing2, alhamdulillah sebagian sudah kita penuhi dengan melakukan berbicara dalam shalat. Ketika shalat ada yang sudah menghitung MINIMAL dipergunakan kata: Shalat subuh kata yang dipergunakan sekitar 290 kata, shalat Zuhur 580 kata, shalat Ashar 580 kata, shalat Maghrib 435 kata, shalat Isya juga 580 Kata. Total penggunaan kata MINIMAL jika shalat 5 waktu itu di kerjakan = 2.465 kata. Guna menyederhanakan perhitungan, rata2 setiap rakaat shalat dikeluarkan perkataan minimal 145 kata. Jika shalat tahajud 8 rakaat dan shalat witir 3 rakaat total sebanyak 11 rakaat x 145 maka minimal mempergunakan 1.595 kata. Digabungkan shalat wajib dan shalat tahajud dan witir = 4.060 kata. Bilamana ditambahkan lagi dengan sunat Dhuha 8 x 145 kata = 1.160. Kitapun sampai pada pergunaan kata 5.220. Shalat rawatib untuk mengiringi shalat 5 waktu total 18 rakaat (10 muakkad + 8 ghairu muakkad) jika per rakaaat miniman 145 kata maka 2.610. sehingga untuk keseluruhan shalat kita telah mengkonsumsi sebanyak 7.830 kata. Disadari bahwa tidak semua kaum muslimin dan kaum muslimat mengamalkan kesemua shalat sampai ke seluruh shalat2 sunat tersebut di atas, dengan demikian untuk memudahkan pemaparan artikel ini baik dibagi pelaku shalat menjadi: Pertama; Hanya melaksakan shalat wajib maka mereka telah melaksanakan shalat sebanyak 17 rakaat x 145 kata = 2.465 kata. Kedua; Disamping melaksanakan shalat 5 waktu juga melaksanakan shalat rawatib yang muakkad 10 rakaat, sehingga mereka melaksanakan shalat sehari semalam 27 rakaat x 145 kata = 3.915 kata. Ketiga; Melaksanakan shalat rawatib seluruhnya baik muakkad maupun ghairu muakkad shingga total sehari semalam shalatnya 35 rakaat x 145 kata = 5.075 kata. Keempat; Selain seluruh shalat butir “3” juga shalat tahajud dan witir 11 rakaat maka total shalat dalam sehari semalam 46 rakaat x 145 kata = 6.670 kata. Kelima; Ada juga yang melaksanakan seluruh shalat wajib dan sunnah di butir “4” termasuk dhuha 8 rakaat maka total shalat sehari semalam 54 rakaat x 145 kata = 7.830 kata. Sedangkan muslimat yang masih “subur” ada hari2 yang tidak melaksanakan shalat, sehingga tidak sama dengan kaum pria muslim. Jadi berarti kaum muslimat tidak dapat mencapai jumlah kata maksimal ketika shalat seperti kaum pria. Sedangkan wanita atas dasar penelitian diatas harus mengkonsumsi kata per hari lebih besar dari kaum pria. Menarik kita hitung kebutuhan kata per hari yang telah dikonsumsi oleh PRIA muslim melalui shalat dengan kriteria kelompok shalat di atas: Kelompok “1”,sudah (2.465 : 18.570) x 100 = 13,27% masih kurang 86,73%. Kelompok “2”,sudah (3.915 : 18.570) x 100 = 21,08% masih kurang bicara 78,92%. Kelompok “3”,sudah (5.075 : 18.570) x 100 = 27,32% masih kurang bicara 72,68%. Kelompok “4”, sudah (6.670 : 18.570) x 100 = 35,91% masih kurang bicara 63,09%. Kelompok “5”, sudah (7.830 : 18.570) x 100 = 42,16% masih kurang bicara 57,84%. Berarti untuk mencukupi konsumsi berbicara saban hari, bagi pria kelompok-kelompok tersebut di atas, harus dilengkapi dengan berbicara kepada keluarga, berbicara dengan teman setempat bekerja. Kalau masih belum cukup juga, sebaiknyalah melengkapinya dengan berdzikir. Kalaulah setiap usai shalat 5 waktu yang setelah mengetahui perhitungan ini, membaca lagi: astaghfirullah, subhanallah 33 x, alhamdulillah 33 kali dan allahuakbar 33 kali serta do’a2, tentu rata2 bertambah 150 kata lagi lah per waktu, jadi dapat tambahan lagi 750 han kata per hari. Itupun masih jauh kekurangannya. Dari paparan ini, maka dapat dimaklumi bila kaum wanita lebih banyak memerlukan kebutuhan berbicara, dalam sehari dibanding kaum pria. Maka dapat dipahami jika kaum wanita lebih banyak berbicara, kadang harus digunakan untuk ngerumpi dan lain sebagainya, karena kebutuhan hidup untuk berbicara kaum wanita lebih banyak dari kaum pria. Dari informasi di atas, dapat dipetik kesan bahwa agar hidup ini sehat melalui dipenuhinya kebutuhan akan “ngomong” atau kebutuhan akan “bicara”, disamping harus istiqamah melakukan shalat, juga harus rajin berdzikir. Bila tidak akan terjadilah dorongan dari dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan biologis akan berbicara, sehingga dimungkinkan terjadi banyak berbicara yang tidak bermanfaat dan sia2. Misalnya ngrumpi, berghibah dan lain sebagainya yang mendatangkan dosa. Allah mengatakan bahwa orang beriman yang beruntung itu adalah: وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ “Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna”, (Surat Al-Mu’minun Ayat 3) Semoga Allah menjadikan kita hamba2nya yang dapat memenuhi kebutuhan “berbicara” kebutuhan “ngomong” selain shalat dan berdzikir, dengan berbicara yang bermanfaat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta,(20 Dzulhijjah 1446 H)/(16 Juni 2025)

Saturday, 14 June 2025

ENAM manfaat SHALAT

Oleh : M. Syarif Arbi. No: 1.326.01.06-2025 Shalat; sekurang-kurangnya mempunyai enam manfaat bagi pengamalnya yaitu: 1. Menjadi sarana untuk memohon Pertolongan Allah. 2. Mendekatkan diri kepada Allah. 3. Mendapatkan ketenangan Jiwa. 4. Mencegah perbuatan keji dan mungkar. 5. Menghapus dosa. 6. Merupakan Indentitas pemeluk Islam. Sebagai referensi sehingga dapat di susun enam manfaat tersebut, adalah sebagai berikut: Pertama: Menjadi sarana untuk memohon pertolongan kepada allah. وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Surat Al-Baqarah Ayat 45) يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Surat Al-Baqarah Ayat 153) Perbuatan yang harus dilakukan untuk mendapatkan pertolongan Allah kuncinya adalah “shalat yang khusyu’, dan sabar” Kedua; Mendekatkan diri kepada allah (taqarrub ilallah) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُعَاءَ “Keadaan seorang hamba paling dekat dengan rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu.” (HR. Muslim no. 482) Oleh karena itu, adalah sangat dianjurkan bila shalat sendiri, misalnya shalat sunat tahajud, ketika sujud banyaklah berdo’a. Tetapi jika menjadi imam pada shalat berjamaah, hendaknya sujud yang wajar2 saja, karena diantara makmum ada yang ingin segera selesai, lantaran ada keperluan. Ada juga makmum yang bila sujud berlama-lama akan meluap isi lambungnya, apalagi di subuh hari senin dan kamis, banyak orang yang berpuasa. Ketika Sahur dianya mengakhirkan sahur (ambil pahala sunat), lantas perutnya sedang penuh; diajak sujud berlama-lama akan terdorong keluar isi sahurnya. Ketiga: Mendapatkan ketenangan jiwa الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ۝٢٨ (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram. Al-Qur’an: (QS. Ar-Ra’d: 28) Shalat adalah bentuk dzikir (mengingat Allah) paling sempurna. Rutin melakukannya membantu mengurangi kecemasan, stres, dan memberikan ketenangan jiwa. Keempat: Mencegah Perbuatan Keji dan Munkar. اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ۝٤٥ Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 45) Dua hal yang diperintahkan dalam surat Al-Ankabut 45 di atas; Membaca Al-Qur’an dan Shalat; itulah kunci mencegah perbuatan keji dan mungkar. Kelima: Menghapus dosa Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا » “Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667) Keenam: Merupakan Identitas muslim. Meninggalkan shalat telah Nabi namakan dengan kesyirikan. بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ “Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566). Semoga kita semua menjadi orang yang melaksanakan shalat dengan istiqamah, dalam keadaan apapun juga, sehingga memperoleh enam manfaat tersebut di atas. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 14 Juni 2025 19 Dzulhijjah 1446H

Monday, 14 April 2025

AYAT DI BACA dalam SHALAT

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.325.06.04-2025 Durasi turunnya Al-Qur'an ke permukaan bumi ini kurang lebih sepanjang 23 tahun. Ada juga beberapa ulama yang menyebutkan 22 tahun, 22 bulan, 2 hari. Al-Qur'an yang tersusun dalam mushaf yang ada sekarang, tidak disusun berdasarkan urutan turunnya surah-surah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Susunan seperti sekarang ini disusun seperti petunjuk Allah melalui malaikat Jibril turun ke bumi mendatangi Nabi Muhammad saw setiap malam di bulan Ramadhan untuk bertadarus Al-Qur’an bersamanya. Dalam sebuah riwayat dikatakan: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ Dari Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah Saw adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril As menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah Saw orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus” (HR. Bukhari) Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi bertadarus (membaca dan mempelajari) Al-Qur’an bersama Jibril selama bulan Ramadhan. Selama tadarus ini, Jibril memberitahu letak dan urutan setiap ayat. Hadits ini menjadi dalil bagi golongan ulama yang meyakini bahwa urutan ayat dan surat Al-Qur’an adalah tauqifi yaitu berdasarkan tuntunan dari Nabi atas petunjuk Allah melalui malaikat Jibril. Jibril mengkhatamkan Al-Qur’an setahun sekali bersama Nabi setiap bulan Ramadhan, sedangkan pada tahun dimana Rasulullah meninggal, Beliau mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali bersama Jibril. Tersusunlah urutan dalam mushaf seperti sekarang, diawali Al-Fatihah sebagai surat Pertama dan An-Nas sebagai surat terakhir surat ke 114. Ketika shalat Jahar berjamah di masjid2, imam akan membaca ayat2 setelah Al-Fatihah dengan ayat2 yang dianya hafal (mudah baginya). sejalan dengan petunjuk Allah untuk mendirikan shalat: “……………. فَٱقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ ………………….” “…………, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah sembahyang,………………” (Al-Muzzammil 20) Tidak ada kewajiban untuk membaca surat-surat dalam shalat secara berurutan sesuai urutan mushaf Usmani di Al-Qur’an seperti sekarang, meskipun demikian, membaca surat atau ayat yang sesuai urutan di Al-Qur’an dianjurkan. Di beberapa masjid misalnya; ada imam di shalat Jahar (utamanya isya atau subuh), di rakaat pertama setelah Al-Fatihah, membaca ayat 190 s/d ayat 194 (lima ayat) surat Ali Imran. Pada rakaat ke dua setelah membaca Al-Fatihah imam memilih membaca surat Al-Baqarah ayat 184 s/d 186 (tiga ayat). Sedangkan surat Ali Imran berdasarkan urutan mushaf Al-Qur’an sekarang adalah surat KETIGA, surat Al-Baqarah di urutan surat KEDUA. Jadi lebih dahalu surat Al-Baqarah. Demikian juga jika kita mengacu kepada surat mana yang lebih dahulu turun ke bumi diterima Rasulullah, surat Al-Baqarah pada urutan ke 87, surat Ali Imran di urutan ke 89. Tetap saja Al-Baqarah lebih dahulu diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw dari pada surat Ali Imran. Sehubungan dengan adanya sebagian pihak yang berpendapat, sebaiknya memilih bacaan ayat Al-Qur’an (utamanya shalat Jahar) diurut di rakaat pertama surat yang lebih dahulu turun, atau surat yang lebih dahulu dimuat dalam mushaf, barulah menyusul di rakaat kedua ayat2 dari surat yang lebih belakangan turun, atau tersusun diurutan belakangan dimuat di dalam mushaf. Misalnya dalam yang dicontohkan di atas, kalau mengacu kepada pendapat di alenia ini maka imam sebaiknya membaca surat Al-Baqarah 184 s/d 186 di rakaat pertama, pada rakaat kedua menyusul surat Ali Imran 190 s/d 194. Di beberapa daerah dan beberapa masjid, jika imam membaca surat yang lebih belakangan di rakaat pertama, pada rakaat kedua membaca surat yang lebih dahulu, misalnya di balik Ali Imran di rakaat pertama, Al-Baqarah di rakaat kedua, maka sesudah shalat, ada sebagian jamaah yang berbisik-bisik, imamnya membaca ayat terbalik. Jamaah yang bisik2 ini umumnya dianya belum mendapatkan informasi bahwa tidak ada kewajiban untuk membaca ayat dalam shalat secara berurutan. Namun agaknya untuk menghindarkan fitnah, sebaiknya memilih ayat yang dibaca secara berurutan. Bagi pihak yang berpendapat sebaiknya ayat2 dibaca sesuai urutan surat berargumentasi: 1. Setidaknya telah mengikuti tata letak surat yang diajarkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah dalam tadarus Ramadhan. 2. Baginya merasa bahwa lebih mudah mengingat (menghafal) ayat2 tersebut karena berurutan. Juga mengikuti petunjuk surat Al-Muzzammil 20, dimana “membaca ayat yang mudah bagimu”. Sedangkan bagi yang berpendapat, boleh saja di baca untuk ayat dalam shalat tidak berurutan, karena tidak ada perintah (dalam hadits), misalnya mewajibkan harus membaca ayat dalam shalat secara berurutan. Titik berat pendapat ini pada Al-Muzzammil 20 (Bacalah ayat yang mudah). Demikian sekilas info semoga bermanfaat dan yang penting kita utamanya menghindari fitnah dalam kebersamaan berjamaah. Semoga Allah senantiasa mempersatukan kita semua, menerima amal ibadah kita. وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 15 Syawal 1446H, 14 April 2025

Wednesday, 9 April 2025

KELUARGA SAMAWA

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.322.03.04-2025 Acap kali kita mendengar ucapan yang disampaikan orang kepada kedua mempelai, ketika menghadiri suatu acara pernikahan “semoga SAMAWA” merupakan singkatan dari “Sakinah, Mawaddah, Warrahmah”. Sakinah berarti ketenangan, ketenteraman, kedamaian, atau keamanan. Dalam konteks pernikahan, sakinah menggambarkan kondisi harmonis dan damai yang dirasakan oleh pasangan suami istri. Kata Sakinah termuat dalam Al-Qur’an misalnya dalam Surat Al- Fath ayat 4. هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗوَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana”. Mawaddah berarti kasih sayang, cinta, atau harapan. Merujuk pada perasaan cinta terhadap sesuatu dan harapan untuk melihatnya terwujud. Mawaddah sering dikaitkan dengan kata-kata sakinah dan warrahmah dalam konsep sakinah mawaddah warahmah. Ketiga kata ini antara lain dimuat dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum ayat 21: وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”. Untuk mendapatkan keluarga “Sakinah, Mawaddah, dan Warrahmah”, ada beberapa persyaratan dan prinsip yang perlu diterapkan oleh setiap anggota keluarga: PERTAMA; Keluarga harus ditegakkan dalam bingkai taqwa. Ketaatan terhadap ajaran agama adalah dasar dari kehidupan keluarga yang penuh keberkahan. Setiap anggota keluarga, baik suami, istri, maupun anak2, harus menjaga hubungan mereka dengan Allah dengan melaksanakan ibadah secara konsisten. Surat Al-Anfal Ayat 29 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. KEDUA; Bertutur kata yang baik. Suami – Istri harus saling menghargai, saling menghormati, mudah memaafkan (sebab manusia tak luput dari berbuat salah). Tidak terdengar ucapan2 kasar, bila terjadi masalah diselesaikan dengan saling memberikan masukan yang baik, atas dasar keseteraan (tidak ingin menang sendiri), keputusan disetujui bersama. Dari suami – istri yang rukun, tidak terjadi pertengkaran, yang keluar dalam tutur kata mereka kalimat2 menyenangkan, maka akan terbangun keluarga yang penuh kasih sayang. Anak2 keturunan keluarga yang demikian ini akan berkepribadian lembut, santun dalam bersikap, sopan dalam berlaku, enak terdengar bila bertutur. Sebaliknya bila suami – istri penuh dengan kata2 kasar, carut marut dan makian, maka anak2 keturunannya akan meniru, karena rumah tangga adalah tempat belajar yang utama. Al-Baqarah Ayat 263: ۞ قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًىۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ ۝ “Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun”. KETIGA; Saling melindungi. Setiap anggota keluarga harus merasa aman, nyaman, dan dilindungi dari segala bentuk kekerasan fisik maupun emosional. Diwujudkan dalam cara berbicara yang lembut ( seperti syarat kedua), memberikan dukungan, dan membantu satu sama lain ketika menghadapi masalah. Dengan sendirinya tidak terjadi KDRT. …هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ… "… “Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka………”(QS Al-Baqarah : 187) Pakaian berfungsi sebagai pelindung, berfungsi sebagai penutup aurat dalam keseharian berarti istri harus menutupi aib suami, sebaliknya suami juga harus dapat menjaga dan melindungi aib istri. Konsekwensi sebagai pakaian, tentu sering kotor oleh karena itu wajar selalu harus dicuci dalam pengertian ini harus saling mengingatkan untuk tetap bersih, selalu siap dan enak dipakai kembali. KEEMPAT; Menyadari fungsi masing-masing. Suami dan istri harus saling memahami dan menghargai peran masing-masing dalam keluarga. Suami bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, sedangkan istri sebagai pendamping yang setia. Kedua peran ini harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran, untuk menciptakan keseimbangan dalam rumah tangga. Demikian juga nantinya kalau sudah mempunyai anak2 keturunan, ketika anak2 sudah mulai mengerti, setiap anak2 sudah diberikan peran dalam rumah tangga sesuai tingkat pertumbuhan usianya dan jenis kelaminnya. “…………………..اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ “Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri)……..” (An-Nisa ayat 34) “…………….وَلَهُنَّ مِثْلُ ٱلَّذِى عَلَيْهِنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ. …………………………..” “…………… Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf……………” (Al-Baqarah-ayat-228) KELIMA; Komunikasi terbuka dan baik. Komunikasi yang baik dan terbuka antara suami-istri, dan juga anak-anak (sesuai pertumbuhan/kecerdasan mereka). Semua perasaan, pendapat, dan masalah keluarga harus dapat dibicarakan dengan bijaksana tanpa ada yang disembunyikan. Komunikasi yang buruk sering kali menjadi sumber masalah dalam rumah tangga. Penting untuk menciptakan suasana terbuka dan saling mendengarkan. Termasuk mengenai sumber pendapatan dan pengeluaran pembiayaan. Adalah tidak baik, bila seorang suami atau istri merahasiakan darimana diperoleh sumber pendapatan dan dimana disimpan. Sangat tidak baik bila salah satu pihak ( suami – atau istri) merahasiakan kemana disalurkannya penghasilannya (antara lain misalnya mengirimi orang tua). Tak elok bila merahasiakan dimana tempat disimpannya tabungan dan depositonya. Antara lain segi negatif merahasiakan simpanan akan bermasalah bila meninggal dunia, belum sempat menceritakan di bank mana menyimpan uang. Al-Qur'an mengajarkan etika dan cara berkomunikasi yang baik, menekankan penggunaan kata-kata yang baik, lembut, dan jujur, serta pentingnya mendengarkan dengan penuh perhatian dan menghormati orang lain. Terbatasnya ruang tulis, Enam (6) teknik berkomunikasi petunjuk Al-Qur’an dalam artikel ini hanya disebutkan jenisnya, sedangkan referensi ayat masing2 jenis hanya dicantumkan “nama surat dan ayat ke.. “ dengan tanpa menyalin ayat yang berkenaan secara utuh. Enam (6) Teknik berkomunikasi tsb adalah: 1. Qaulan Sadida (perkataan yang benar) lihat (QS. Al- Ahzab ayat 70) 2. Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik) lihat (QS. Al-Baqarah ayat 235) 3. Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut) lihat (QS. Thaha ayat 44) 4. Qaulan Baligha (perkataan yang berbekas) lihat (QS. An- Nisa ayat 63) 5. Qaulan Karima (perkataan yang mulia) lihat (QS. Al-Isra’ ayat 23) 6. Qaulan Maisura.(perkataan yang pantas) lihat (QS. Al-Isra ayat 28) Semoga baik rumah tangga yang baru maupun rumah tangga para sepuh dapat dibangun menjadi keluarga yang SAMAWA, mengamalkan petunjuk2 Allah. وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 11 Syawal 1446H, 10 April 2025

Monday, 7 April 2025

Sinyal TUBUH akan ditinggalkan RUH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.321.02.04-2025 Tidak seorang pun yang dapat memprediksi kapan ajal datang menjemput. Tidak sedikit orang yang lamaaa…. sakit, belum tiba ajalnya bertahan hidup lalu sembuh kembali. Sementara itu ada orang tanpa sakit, tau2 meninggal dunia. Wajar jika manusia berikhtiar untuk mencari tau apa sajakah "sinyal tubuh akan di tinggalkan Ruh". Berangkat dari firman Allah: وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh, katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 85) Ada peluang untuk manusia mencari tau tentang Ruh; dari akhir ayat dikutip diatas dimana manusia diberitahu Allah, diberi sedikit ilmu mengenai Ruh. Berbekal dari pengetahuan yang sedikit tentang ruh itu, tentu halal-halal saja kalau ada pihak2 dengan keakhlian tertentu memprediksi kapan ruh akan meninggalkan jasad, ketika seseorang masih dalam keadaan tidak berbaring sakit, tidak mengidap suatu penyakit. Ditemukan juga dalam Al-Quran, perihal ruh setiap manusia antara lain di dua ayat dikutip dibawah ini: Surat Al-An’am Ayat 60: وَهُوَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُم بِٱلَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِٱلنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰٓ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ “Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. Surat Az-Zumar Ayat 42: ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَٱلَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيْهَا ٱلْمَوْتَ وَيُرْسِلُ ٱلْأُخْرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. Berarti ketika tidur, Ruh berpisah sementara dengan jasad, dikembalikan lagi ketika kita terbangun. Ayat-ayat diatas menginfrormasikan bagaimana Allah memegang kehidupan dan kematian manusia, serta peran tidur sebagai suatu bentuk "kematian kecil" yang memisahkan sementara antara jiwa dan tubuh. Dalam pengertian lain, bahwa sebetulnya setiap diri, setiap hari mati. Kalau ajal belum tiba dihidupkan kembali ketika bangun dari tidur. Saban kita bangun tidur bersamaan dengan itu kita memulai kehidupan baru lagi. Jasad kita yang kemarin sejatinya sudah mati, berganti dengan jasad kita yang baru hari ini sekaligus menua………. selanjutnya jasad kita besok, wajah kita besok, bukan lagi wajah kita kemarin, seterusnya makin menua. Karena perubahannya sangat tipis, maka tidak terasa…….. tau2 sudah tua, tau2 pipi sudah kempot, mata sudah bergayut, dibawah mata sudah ada bulan sabit. Anak yang ketika lahirnya kita saksikan, tau2 kini sudah berbadan tegap. Tau2 dia sudah menjadi pengusaha, tau2 sudah tua juga. Istri kita/ suami kita sepembaringan, tau2 sudah jadi Kakek, sudah jadi seorang Nenek. Tua belum tentu sebagai sinyal sudah dekat dengan Tubuh kan ditinggalkan RUH, sebab banyak yang muda lebih duluan berpulang, daripada yang tua. Namun ada beberapa sinyal utamanya bagi LANSIA tentang tidak berapa lama lagi Ruh akan meninggalkan Jasad diantaranya: 1. Menurunnya nafsu makan berkepanjangan, makanan2 ketika dulu jadi favorit dilidah tidak terasa enak lagi, sehingga makan menjadi sedikit, diiringi berat badan menyusut. Ternyata takaran rezeki manusia sejak lahir sampai Ruh meninggalkan Jasad sudah ditentukan Allah. Secara rinci setiap jenis makanan sudah ditetapkan volumenya. Misalnya nasi sekian ton, garam sekian kwintal, gula sekian ton dan seterusnya. Jika diri jadi nya harus mulai berpantang garam, mungkin jatah garam awak sudah hampir habis. Jika diri harus berhenti mengkonsumsi gula, mungkin dulu masa muda sudah kebanyakan makan gula, maka jatah rezeki gula tinggal sedikit. Daging ayam sudah tak selera, bertanda rezeki daging ayam sudah menipis dll……….. contoh (pembaca silahkan mengkreasikannya). Dari Abi Umamah Radhiyallahu anhua bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: «Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: أيُّها النَّاسُ اتَّقوا اللَّهَ وأجملوا في الطَّلبِ فإنَّ نفسًا لن تموتَ حتَّى تستوفيَ رزقَها وإن أبطأَ عنْها “Wahai sekalian manusia bertakwalah kepada Allah dan berbuat baiklah dalam mencari (rezeki). Karena sesungguhnya suatu jiwa tidak akan pernah meninggal dunia hingga ia menghabiskan (seluruh) rezekinya, walaupun terlambat datangnya” (HR Ibnu Majah: 2144). 2. Pelupa; Teman lama yang tadinya ingat betul namanya, ketika ketemu tidak ingat lagi walau sudah dicoba mengingatnya dengan mencari insial dari A – Z. Tak jarang wajah dan suaranya masih ada dalam memori. Ini pertanda bahwa Ruh sebagai sumber energi untuk mengeluarkan ingatan, sudah tidak melekat kuat lagi dengan Jasad. 3. Mudah letih; kemampuan organ2 tubuh sudah mulai melemah, pertanda sebentar lagi akan kehabisan fungsinya, tibalah saatnya nanti Ruh meninggalkan jasad. 4. Rawan terkena penyakit; Jejer duduk dengan orang Flu gampang tertular, bila mulai sakit penyembuhannya lama. 5. Tak tahan perubahan Iklim. Ganti musim langsung kena penyakit, terpapar gerimis langsung pilek, beda dengan masa muda dulu, tahan berbagai cuaca. Butir 3, 4 dan 5, kita jadinya kembali seperti bayi lagi, lemah, mudah terserang penyakit, tak tahan perubahan cuaca. Bunda kita menggendong kita masih bayi dengan hati2, dibalut selimut tebal, diberi koplok empuk agar tak mudah masuk angin. Benar2 keadaan orang tua lanjut usia yang tak lama lagi Ruhnya meninggalkan Jasad, kembali seperti bayi lagi. Seperti diungkapkan Al-Qur’an surat Yasin Ayat 68: وَمَن نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى ٱلْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ “Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?” Begitulah,…………..semoga Allah memberikan kearifan kepada kita agar setiap saat memahami “Sinyal Tubuh akan ditinggalkan RUH”, yang setiap saat dapat saja terjadi. Dengan demikian senantiasa menyiapkan diri untuk bekal ke akhirat nanti. وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 9 Syawal 1446H, 8 April 2025

Thursday, 3 April 2025

Sesudah RAMADHAN

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.320.01.04-2025 Tujuan shaum Ramadhan adalah "Taqwa". Untuk mencapai tujuan tersebut dengan sabar dan perjuangan telah dilakukan. Mempuasakan perut, lidah, mata, telinga, dan raga serta hati. Bagaimana kadar ketaqwaan masing2 individu, diri sendiri merasakannya dan Allah saja yang mengetahui. Andaikanlah “Taqwa” itu diumpamakan sebuah bangunan, membangun suatu bangunan, jauh lebih mudah dari pada merawat bangunan. Banyak bangunan2 terutama bangunan sarana umum, belum lama diresmikan pemakaiannya, sudah banyak yang nampak berantakan kurang terawat. Begitu pula agaknya bangunan taqwa yang telah kita wujudkan melalui shaum Ramadhan jika tidak dirawat, di bulan2 sesudah Ramadhan akan mulai berkurang. Untuk melakukan perawatan ketaqwaan yang sudah diperoleh di bulan Ramadhan haruslah terus menerus melakukan kebiasaan pada bulan Ramadhan dengan istiqamah: 1. Selama Ramadhan rajin melaksanakan qiyamul lail berjamaah di masjid, ditambah shalat tahajud. Setelah Ramadhan juga sekurangnya kebiasaan itu diteruskan berupa shalat tahajud. 2. Selama Ramadhan tiap hari baca Al-Qur'an ada yang mentarget khatam lebih dari sekali. Sesudah Ramadhan kebiasaan itu diteruskan sekurangnya 2 bulan sekali khatam. Al-Qur'an standar 604 halaman. Kalau 2 bln sekali khatam yaaah targetkanlah 10-11 halaman perhari. Saban habis shalat 2 halaman. 3. Rajin sedekah dan infak di bulan Ramadhan setiap subuh ke masjid, terawih ke masjid masukkan ke kotak amal. Sesudah Ramadhan lanjutkan sekurangnya di jatah tiap hari infak ke kotak amal, misalnyapun jumlahnya kecil tapi rutin. 4. Biasanya selain zakat fitrah, moment Ramadhan mengeluarkan zakat mal. Nah sesudah Ramadhan bantu orang susah semampunya, baik dengan tenaga fikiran dan harta. 5. Selama Ramadhan sanggup mempuasakan: a. Perut; yang halal saja tidak dimasukkan ke perut, sesudah Ramadhan harus mampu menghindari mencari rezeki yang haram. b. Mulut; juga tetap memelihara lidah dari berbicara yang tak berfaedah. c. Mata; dari melihat yang diharamkan, d. Telinga; terpelihara dari mendengar yang tak baik, e. Anggota tubuh; raga tidak terbawa menuju tempat maksiat f. Hati; bersih dari berpikir negatif. Enam kesanggupan dapat dilakukan di bulan Ramadhan ini hendaklah dapat dipertahankan semaksimal mungkin sesudah Ramadhan. Justru hasil shaum Ramadhan terlihat perwujudan pengamalannya sesudah bulan Ramadhan. Pokoknya hasil latihan selama Ramadhan untuk menjaga "taqwa" yang telah terbangun di bulan Ramadhan secara istiqamah diteruskan. Jangan sampai seperti perumpamaan yang diinformasikan Allah surat An-Nahl 92 berikut ini: وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًا "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali". Sudah dengan tekun ibadah Ramadhan, dijalani; "ibadah yang sudah terpintal baik, mengurai kembali setelah Ramadhan usai". Naudzubillahi mindzalik. تقبل الله منا و منكم صيامنا و صيامكم جعلنا الله وإياكم من العائدين و الفائزين كل عام و أنتم بخير Semoga Allah SWT menerima ibadah (puasa) kita, Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang kembali (dalam keadaan suci) dan termasuk orang orang yang mendapatkan kemenangan, dan semoga Anda semuanya senantiasa dalam kebaikan setiap tahun. Selamat Idul Fitri 1446 H. mohon maaf lahir dan bathin. وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 4 Syawal 1446H, 3 April 2025

Saturday, 29 March 2025

PUASA NABI MUSA

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.319.19.03-2025 Guide tour kami menuju Aqsha melalui gurun Sahara berkebangsaan Mesir, tetapi sangat fasih berbahasa Indonesia kecuali kata bangun diucapkannya “ban.. gun”. Kata itu berulang diucapkannya jika dalam perjalanan diantara kami banyak yang tertidur dan ada moment yang perlu dia kemukakan. Sekitar pukul 3 petang, matahari sudah redup, kembali “Mr Hamdi” guide yang ramah itu berseru “ban…. gun, ban ….. gun, ban ……. gun. sebentar lagi kita sampai di kaki gunung Sinai. Perjalanan panjang menjelajahi gurun Sahara 21 Juni tahun 2022 itu, lebih dari 13 jam. Rombongan kami sempat singgah menyaksikan maqam Nabi Harun dan Nabi Shalih. Di kaki gunung Sinai terlihat bekas tangan Samiri membuat sesembahan berupa anak lembu. Perjalanan antar benua ini dimulai pkl 7.30 dari Cairo (Africa). Finish pkl 21.30. di Kota Taba perbatasan Mesir - Palestina (Asia). Dua jam-an sebelum sampai ke kaki gunung Sinai Tour Leader dan Guide setempat, menawarkan untuk mendaki ke puncak gunung Sinai. Saya merupakan anggota rombongan tertua, langsung angkat tangan mendaftarkan diri, diikuti oleh beberapa orang lainnya. Pikirku sekalian “mandi biar basah”, sudah jauh2 perjalanan, sekalian, semua kesempatan harus diambil, untuk tambah pengalaman hidup. Pihak penyelenggara program akan memfasilitasi, kami2 yang akan naik ke gunung Sinai. Sedangkan rombongan lain akan terus dengan bis semula lanjut ke Taba (perbatasan Mesir dengan Palestina). Kami yang akan naik ke G. Sinai, setelah turun akan disediakan angkutan tersendiri melanjutkan perjalanan ke Taba. Sampai di kaki gunung diberikan penjelasan; untuk naik ke gunung tempat Nabi Musa menerima 10 perintah Tuhan itu harus menggunakan “Multi Moda Transport” (Pinjam istilah International Trade), yaitu dengan beberapa model angkutan. Mula2 naik sejenis “Angkot” ke stasiun ONTA. Pendaki kemudian akan diangkut dengan Onta entah berapa jarak tempuhnya (tergantung si Onta dan Jokinya). Selanjutnya tersedia tangga ke puncak gunung dengan 750 anak tangga. Untuk mendaki anak tangga itu bagi ku yang sudah 70 keatas ini tentu akan menggunakan model angkutan berikut lagi, yaitu “digendong”, bahasa kampungku “berambin” (nempel dibelakang seseorang dengan tangan kebahu orang yang menggendong, dan kaki melingkari pinggang penggendong). Akhirnya kuputuskan tidak ikutan naik ke G. Sinai. Lantas anggota rombongan yang juga tadinya angkat tangan, juga mengurungkan niatnya. Mentari sudah agak redup, kami serombongan utuh, naik bis melanjutkan perjalanan ke TABA. Sebenarnya di hati ini kepengin naik ke Gunung Tursina atau disebut juga Gunung Sinai itu, sebab Nabi Musa AS pernah bermunajad kepada Allah selama 40 hari dan BERPUASA di gunung itu, untuk mendapatkan 10 Perintah Tuhan. Sejatinya kepengin lihat dimana Nabi Musa berdiri menghadap Allah seperti diabadikan dalam Al-Qur’an Al- A’raf 143: وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى وَلَٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبْحَٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". 10 Perintah Allah kepada ummat Nabi Musa, termuat dalam surat Al-An’am 151 s/d 153 diterima Nabi Musa di puncak Gunung Tursina (Sinai) itu: ۞ قُلْ تَعَالَوْا۟ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُم مِّنْ إِمْلَٰقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا۟ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Al-An’am 151) وَلَا تَقْرَبُوا۟ مَالَ ٱلْيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُۥ ۖ وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ بِٱلْقِسْطِ ۖ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَإِذَا قُلْتُمْ فَٱعْدِلُوا۟ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۖ وَبِعَهْدِ ٱللَّهِ أَوْفُوا۟ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (Al-An’am 152) وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Al-An’am 153). Nabi Musa melakukan RITUAL PUASA ketika bermunajat di Gunung Tursina atau disebut juga Gunung Sinai itu selama 40 hari, tidak makan dan tidak minum. Tujuan puasa Nabi Musa untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka menerima wahyu. Wahyu berupa perintah Allah yang begitu jelas tersurat pada ayat 151 s/d 153 Al-An’am di atas. 10 perintah Allah diterima langsung Nabi Musa di puncak Gunung Sinai bila dirinci sbb: 1. janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan ALLAH, 2. berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, 3. janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, 4. janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, 5. janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar, 6. janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. 7. sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. 8. apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), 9. penuhilah janji Allah. 10. Harus bersatu di Jalan Allah; dengan kalimat: “janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya”. Selain itu Allah menyatakan “Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya”. Mengingat beratnya medan menurut informasi guide, serta dari kaki gunung kami dapat melihat dan membayangkan tingginya gunung dan terjalnya Gunung Sinai itu, dengan berat hati keinginan tersebut diredam dalam2. Karena tenaga harus dipersiapkan untuk perjuangan masih panjang menuju Aqsha, bakal menghadapi gerbang masuk ke negeri yang dikuasai Israel, dikabarkan pengawasannya sangat ketat. Puasa yang kita lakukan saat ini tentu berbeda dengan syariat Nabi Musa, durasi puasa Nabi Musa selama 40 hari, sedangkan kita sekarang hanya sebulan. Ini membuktikan kebenaran surat Al-Baqarah ayat 183 bahwa ummat sebelum kita berpuasa. “………………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………………” “…………. sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…….” Semoga puasa kita serta semua ibadah kita diterima Allah dan sesudah Ramadhan kita menjadi lebih baik, lebih bertaqwa. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 29 Ramadhan 1446H, 29 Maret 2025

Friday, 28 March 2025

PUASA dan SHALAT Nabi ISA

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.318.18.03-2025 Allah berfirman kepada Nabi Isa, apakah beliau pernah mengaku Tuhan ? Secara lengkap termuat di dalam surat Al-Maidah ayat 116 وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah? Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” ( QS Al-Maidah : 116) Pertanyaan Allah tersebut, ada yang meriwayatkan terjadi pada waktu matahari sedang terbenam (yaitu waktu maghrib). Nabi Isa langsung mendirikan sholat sebanyak 3 rakaat. Tiap rakaat sholat Nabi Isa memiliki maksud yang berbeda: Rakaat pertama, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan akan ketiadaan ke-Tuhanan pada dirinya. Rakaat kedua, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan ketiadaan ke-Tuhanan pada diri ibunya (Maryam). Rakaat ketiga, untuk menetapkan ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa. Sehingga dengan peristiwa itu jadilah Nabi Isa adalah orang pertama mendirikan shalat Maghrib. Tentu saja teknik, syarat dan rukun shalatnya tidaklah sama dengan yang dilaksanakan ummat Islam sekarang. Shalat ummat Islam, dilakukan dengan mencontoh Nabi Muhammad saw: عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي»، رَوَاهُ البُخَارِيُّ. Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 628 dan Ahmad, 34:157-158] Nabi Isa juga berpuasa, selama 40 hari dan 40 malam di padang gurun sebelum memulai misinya, sebagai bentuk persiapan dan pengabdian kepada Tuhan. Kisah puasa 40 hari ini tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an, Al-Qur’an menyebutkan bahwa puasa dilakukan juga oleh ummat sebelum Islam. “………………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………………” “…………. sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…….” (Al-Baqarah 183) Sampai sekarang ummat Nasrani puasa 40 hari tidak boleh makan yang ada ruhnya. Berpuasa bagi ummat Islam tidak langsung diperintahkan Allah begitu Islam didakwahkan Rasulullah, akan tetapi pertama kalinya disyariatkan berpuasa pada tahun kedua Hijriah yakni, pada Senin, 10 Sya’ban tahun ke-2 Hijriah atau satu setengah tahun setelah Rasulullah SAW dan umatnya hijrah dari Makkah ke Madinah. Sebagaimana halnya shalat, berpuasa syariat Nabi Isa dengan apa yang dilakukan oleh ummat Nabi Muhammad saw berbeda syarat dan rukunnya. Syarat puasa bagi ummat Islam: Beragama Islam, Baligh atau sudah cukup umur, Berakal sehat dan waras, Sehat jasmani dan Rohani, Bukan termasuk musafir yang sedang melakukan perjalanan panjang dan jauh, Dalam keadaan yang suci dari hadas besar, Memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk melaksanakan puasa. Rukun puasa bagi ummat Islam: Berniat berpuasa, Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Puasa juga harus dijalankan dengan penuh kesadaran ibadah. Artinya, puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan kasar, kebohongan, serta perbuatan dosa lainnya. Dengan kata lain; mempuasakan “perut”, “lidah”, “mata”, “telinga”, “raga” dan “hati”. Orang yang sakit, lanjut usia, ibu hamil, ibu menyusui, atau musafir (orang yang sedang dalam perjalanan jauh), mereka mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa. Semoga Shalat kita, Puasa kita, dan seluruh rangkaian kegiatan ibadah Ramadhan kita diterima Allah SWT. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 28 Ramadhan 1446H, 28 Maret 2025

Wednesday, 26 March 2025

PUASA dan SHALAT NABI YUNUS

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.317.17.03-2025 Nabi Yunus diutus Allah pada kaum NAINAWA. Sekarang kota ini ada di Irak, provinsi NINAWA dengan ibukota “Mosul” terletak di tepi Sungai Tigris dan merupakan kota terbesar ketiga di Irak setelah Baghdad dan Basra. Sekitar 780 Tahun SM, Nabi Yunus berdakwah di negeri Nainawa, ketika itu penduduknya menyembah berhala. Setelah sekian lama Nabi Yunus berdakwah, penduduk Nainawa enggan beriman kepada Allah SWT. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Nabi Yunus a.s. telah berdakwah selama 33 tahun dan hanya 2 orang yang mengikuti ajarannya, yakni bernama Tanuh dan Rubil. Melihat kaum Nainawa tidak pernah berubah, Nabi Yunus a.s. marah, kecewa, dan putus asa sehingga ia meninggalkan kaumnya tersebut. Nabi Yunus pergi ke sebuah pelabuhan di Palestina, kemudian menumpang kapal laut menuju kota Tasiyisy yang terletak di sebelah barat Palestina. Dalam perjalanan inilah nabi Yunus harus melompat dari kapal ke laut sebab badai yang melanda. (Kisah dipadatkan). Tiba di laut, Nabi Yunus ditelan oleh ikan paus, namun selamat berkat pertolongan Allah, karena Nabi Yunus berdzikir, berdo’a terus-menerus, seperti diabadikan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 87: لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". Allah mengabulkan doa Nabi Yunus dan memerintahkan ikan paus untuk mengeluarkan Nabi Yunus ke daratan yang kering dan tandus. Selama berada dalam perut ikan, Nabi Yunus as berpuasa dari makan dan minum. Tentang berapa lama nabi Yunus berada dalam perut ikan, dengan demikian berpuasa; ada yang meriwayatkan sejak waktu dhuha sampai sore hari. Adapula yang menyebutkan 3 hari, 7 hari dan 40 hari. Yang jelas selama dalam perut ikan Nabi Yunus berpuasa, beliau berpuasa selama dalam perut ikan itu. Benarlah jadinya apa diinformasikan Allah di surat Al-Baqarah ayat 183: “………………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………………” “…………. sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…….” Untuk berbuka, dikisahkan, beliau memakan buah semacam labu yang Allah tumbuhkan untuknya di tepi pantai beliau didamparkan ikan. Rincian kisah Nabi Yunus ini terdapat pada surat As-Saffat ayat 139-148 {وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (139) إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (140) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (141) فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142) فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144) فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ (145) وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ (146) وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ (147) فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (148) } Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. Dalam surat Al-Anbiya telah disebutkan bahwa kisah Nabi Yunus a.s. وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (Surat Al-Anbiya Ayat 87) فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَنَجَّيْنَٰهُ مِنَ ٱلْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُۨجِى ٱلْمُؤْمِنِينَ “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”. (surat-Al-Anbiya-ayat-88) Menurut Imam Haqqi, Nabi Yunus AS dimuntahkan ikan paus di pantai, bertepatan pada waktu Ashar (menjelang sore). Kemudian, beliau segera melakukan sholat empat rakaat sebagai rasa syukurnya kepada Allah karena telah mengabulkan do’anya keluar dari empat kegelapan: 1. Kegelapan atas dirinya meninggalkan kaumnya. 2. Kegelapan di dasar lautan lepas. 3. Kegelapan pada kala malam. 4. Kegelapan di dalam perut ikan. Kisah ini menjelaskan bahwa: 1. Nabi Yunus juga berpuasa, tidak makan tidak minum selama berada dalam perut ikan paus. 2. Nabi Yunus adalah orang pertama yang melaksanakan shalat Ashar 4 rakaat, bersyukur atas dikeluarkan Allah dari 4 kegelapan. Puasa kita sekarang ini, dengan tujuan untuk menjadi orang beriman yang bertaqwa. Tujuan shalat kita saat ini adalah bukan bersyukur atas terbebas dari 4 kegelapan seperti Nabi Yunus, tetapi agar menjadi orang beriman yang terbebas dari perbuatan keji dan mungkar (lihat surat Al-Ankabut 45) إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” Semoga Allah menjadikan kita semua orang beriman dan taqwa dan terbebas dari perbuatan keji dan mungkar. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 26 Ramadhan 1446H, 26 Maret 2025

Tuesday, 25 March 2025

SHALAT dan PUASA NABI IBRAHIM

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.316.16.03-2025 Sesungguhnya hidup ini dipenuhi dengan ujian sehingga Allah sampai memberitahukan kepada orang beriman: أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabut ayat 2) Puasa merupakan salah satu bentuk ujian buat orang beriman, sanggupkah mempuasakan 6 perkara: Perut, Lidah, Mata, Telinga, Raga dan Hati. Bagi yang sanggup jadilah orang yang beriman naik derajat menjadi orang taqwa. Nabi Ibrahim sejak kecilpun sudah beriman tidak mempercai kepercayaan Raja Namrud dan rakyatnya, kendatipun ayahnya sebagai pembuat patung2 yang disembah mereka. Al-Qur’an menceritakan tentang keberimanan Nabi Ibrahim bermula dengan mencari Tuhan, yang termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-An'am ayat 74-79, وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا ءَالِهَةً ۖ إِنِّىٓ أَرَىٰكَ وَقَوْمَكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata". (Al-An’am 74) وَكَذَٰلِكَ نُرِىٓ إِبْرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلْمُوقِنِينَ “ Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. (Al-An’am 75) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ ٱلَّيْلُ رَءَا كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلْءَافِلِينَ “Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Al-An’am 76) فَلَمَّا رَءَا ٱلْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِى رَبِّى لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلضَّآلِّينَ “Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat". (Al-An’am 77) فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّى هَٰذَآ أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ “Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (Al-An’am 78) إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Al-An’am 79) Atas keimanannya itu nabi Ibrahim mengalami beberapa ujian berat dari Allah, dua diantaranya yaitu diuji dengan dibakar hidup2 oleh raja Namrud dan diperintahkan menyembelih anaknya yang ketika itu satu2nya yaitu Ismail. Ketika menghadapi ujian di bakar oleh raja Namrud, diriwayatkan bahwa nabi Ibrahim dalam keadaan berpuasa dalam rangka penyerahan dirinya kepada Allah. Atas perintah Allah Api tidak mencenderai, bahkan menyelamatkan Nabi Ibrahim: قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ “Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", (Al-Anbiya 69) Ketika menghadapi ujian menyembelih anaknya, dengan keimanan yang kuat, penyerahan diri yang bulat kepada Allah penyembelihan tetap dilaksanakan. Atas kuasa Allah, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail lulus dari ujian tersebut. Allah mengganti pengorbanan kedua Nabi itu dengan sembelihan berupa Qibas yang diturunkan dari Surga. Kisahnya diabadikan dalam surat As-Saffat ayat 102 sampai 108. (agar artikel ini tak terlalu panjang, maaf tidak dikutipkan, silahkan pembaca menyimak ayat2 tersebut dari Alqur’an) Peristiwa yang mencemaskan itu terjadi setelah tergelincir matahari tanggal 10 Dzulhijjah (kini diabadikan menjadi hari raya kurban = Idul Adha). Saat itu bertepatan dengan waktu zuhur, Nabi Ibrahim mewujudkan syukurnya dengan langsung melaksanakan sholat empat rakaat sebagai tanda syukur kepada Allah: 1. Rakaat pertama sebagai tanda syukur karena Allah telah mengganti kurbannya dengan tebusan (diganti dengan Qibas). 2. Rakaat kedua sebagai tanda syukur karena Allah telah menghilangkan kesedihan mengenai anak yang dicintainya. 3. Rakaat ketiga untuk memohon keridhaan Allah SWT atas dirinya. 4. Rakaat keempat sebagai rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan dengan sembelihan seekor domba Qibas yang diturunkan dari surga. Dari kisah ini diketahui: Pertama; bahwa Nabi Ibrahim juga melaksanakan puasa sehingga benarlah apa yang diinformasikan Allah di surat Al-Baqarah ayat 183: “………………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………………” “…………. sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…….” Kedua; bahwa orang pertama yang melaksanakan shalat zuhur adalah Nabi Ibrahim. Sedangkan orang pertama melaksanakan shalat Subuh adalah Nabi Adam (seperti telah di tulis di artikel sebelum ini). Semoga puasa Ramadhan yang kita laksanakan mengantarkan kita menjadi orang beriman yang dinaikkan Allah ke derajat bertaqwa. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 25 Ramadhan 1446H, 25 Maret 2025

Sunday, 23 March 2025

SHALAT dan puasa NABI ADAM AS

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.315.15.03-2025 Semua agama samawi meyakini bahwa manusia pertama yang diciptakan Allah adalah Nabi Adam AS. Kapan tepatnya terciptanya Nabi Adam AS, dari sumber agama manapun tidak diperoleh informasinya. Di dalam agama Islam hanya didapat informasi “hari penciptaan” Nabi Adam AS yaitu hari Jum’at. Rasulullah SAW. dalam sebuah hadits, beliau bersabda: ‏ خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ ‏ “Sebaik-baik hari adalah hari Jumat, karena pada hari itulah Adam diciptakan. Pada hari itu pula ia dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu pula ia dikeluarkan daripadanya. Dan hari kiamat tidak terjadi kecuali pada hari Jumat.” (HR. Muslim No. 854) Nabi Adam AS. diturunkan ke bumi terpisah jauh dengan pasangannya Hawa. Agaknya diturunkan pada malam hari waktu bumi (penulis = Kamis malam Jum’at), karena dalam Riwayat yang dipetik ini bahwa; Nabi Adam AS sangat takut dan khawatir karena keadaan di bumi sangat gelap dan tidak ada cahaya sama sekali, berbeda kontras dengan keadaan di Surga. Setelah gelap gulita itu berlalu, terbitlah fajar, bumi berangsur terang menghilangkan kekhawatiran dan rasa takut Nabi Adam AS. Atas fenomena alam yang baru pertama kali dialaminya itu, Nabi Adam AS melakukan shalat dua rakaat sebagai bentuk syukur. Nabi Adam AS mengerjakan sholat dua rakaat menjelang terbit fajar. Rakaat pertama sebagai tanda syukur karena terlepas dari kegelapan malam. Sedangkan rakaat kedua, sebagai tanda syukur atas datangnya siang. Atas dasar hadits dan Riwayat diatas jadinya diketahui bahwa: Shalat yang dilakukan di bumi yang pertama kali adalah shalat subuh. di Subuh hari Jum’at, jumlah shalatnya dua rakaat. Orang/manusia pertama yang melakukan shalat adalah Nabi Adam AS. Shalat dilakukan merupakan perwujudan syukur. Beralih ke soal puasa; di dalam ayat perintah puasa untuk kita dimasa kini terdapat ungkapan bahwa “puasa yang kita diperintahkan menjalankannya itu juga seperti yang pernah dijalankan oleh umat sebelum kita ini”. “………………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………………” “…………. sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…….” (Al- Baqarah 183) Mengacu pada ungkapan di ayat tersebut, maka berarti sebagai manusia pertama Nabi Adam AS. juga berpuasa. Untuk mengetahui hal tersebut mari kita ikuti salah satu riwayat seperti yang dikutip dari Ibnu Abbas. Dikisahkan Nabi Adam AS., setelah berada di bumi, begitu datangnya siang tubuh Nabi Adam AS terbakar matahari hingga menghitam. Allah SWT kemudian memerintahkannya untuk berpuasa selama tiga hari (patokan bulan di langit hari ke 13, 14, dan 15) yaitu pada “awal purnama, purnama penuh dan akhir purnama”. Setiap hari puasanya, sebagian tubuhnya menjadi putih, hingga akhirnya seluruh tubuhnya kembali putih setelah berpuasa tiga hari. Oleh karena itu, hari-hari tersebut dinamakan “Ayyamul Bidh”, merujuk pada pemutihan tubuh Nabi Adam AS. Membicarakan istilah “Ayyamul Bidh” Versi lain mengaitkan nama tersebut dengan kecerahan bulan purnama yang terjadi pada malam ke-13, 14, dan 15. Dikarenakan kecerahan bulan tersebut, hari-hari ini disebut 'hari-hari putih'. Rasulullah SAW sendiri sering berpuasa pada hari-hari ini, dan beliau senang berpuasa di malam-malam yang cerah. Akan hal Puasa “Ayyamul Bidh”, Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, berkata: أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ Artinya: "Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur" (HR. Bukhari no. 1178) Kembali ke puasa Nabi Adam AS : Menurut Ibnu Katsir, Nabi Adam AS berpuasa selama tiga hari tiap bulan sepanjang tahun. Riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Adam AS berpuasa tiap tanggal 10 Muharram sebagai ungkapan syukur lantaran Allah mengizinkannya bertemu dengan istrinya, Hawa, di Arafah. Nabi nabi lain: seperti nabi NUH AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Daud AS, Nabi Yunus AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, Nabi Aiyub AS juga berpuasa. Puasa para nabi tersbut dapat ditelusuri jejak riwayatnya. dengan demikian benarlah apa yang diungkap ayat 183 Al-Baqarah “………………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………………” “…………. sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…….” Semoga shaum Ramadhan ini sanggup kita laksanakan sebaik-baiknya sehingga membuahkan “Taqwa”. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 23 Ramadhan 1446H, 23 Maret 2025

Saturday, 22 March 2025

SAHABAT

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.314.14.03-2025 Sebagai makhluk sosial, setiap manusia harus berinteraksi sesama manusia, timbullah pertemanan. Kelompok pertemanan itu muncullah group2, kini sangat marak group WA teman sekampung, group WA teman sekampus, group WA masa sekolah dan seterusnya. Diantara sekian banyak teman tersebut ada yang menjadi “Sahabat”. Pengertian “teman” dan “sahabat” beda2 tipis, tapi tetap dapat dibedakan. “Teman” adalah seseorang yang kita kenal dan sering berinteraksi. Sedangkan “Sahabat” adalah teman yang memiliki hubungan lebih dekat, intim, dan kepercayaan yang mendalam. Betapa jeleknyapun teman, mesti ada guna. Sekilas kuceritakan empat puluhan tahun yang lalu, seorang pejabat kantor kami pindahan dari kota lain. Sekitar seminggu setelah berdinas di kediamannya yang baru, beliau mengamalkan kebiasaannya “jalan pagi” sebelum ke kantor. Apes bagi pejabat tersebut waktu jalan pagi di hari itu ketemu penodong, dirampas arlojinya. Sampai ke kantor peristiwa itu tersiar. Salah seorang pegawai minta informasi kepada pejabat baru tersebut, tentang tempat dan waktu terjadi penodongan. Sebelum dzuhur arloji kembali, dengan tidak kurang suatu apapun. Agaknya pantas di duga si pegawai punya jaringan pertemanan dengan group penodong, entahlah…….. mekanismenya bagaimana. Dari pengertian “teman” dan “sahabat”, maka kita boleh beteman dengan siapa saja, tapi hati2lah memilih sahabat. Ada peribahasa “Teman seribu terasa kurang, musuh satu terlalu banyak”. Dalam memilih sahabat Al-Qur’an mengajarkan syarat tertentu: 1. Pilih sahabat yang shaleh dan beriman. 2. Pilih sahabat yang tidak membawa pengaruh buruk. 3. Pilih sahabat yang mendorong untuk beramal baik. 4. Pilih sahabat yang tidak berpotensi berkhianat. 5. Pilih sahabat yang dapat meningkatkan ukhwah. Pada pokoknya memilih sahabat dalam ajaran Al-Qur'an adalah memilih orang yang dapat membawa ke jalan Allah, yang memiliki akhlak yang baik, yang dapat saling mendukung dalam kebaikan, dan yang dapat menjauhkan kita dari dosa. Sahabat yang baik akan menjadi sumber kebahagiaan, sedangkan sahabat yang buruk dapat membawa kita jauh dari kebenaran. Penyesalan orang salah memilih sahabat dilukiskan dalam Al-Qur’an: يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَا نًا خَلِيْلًا "Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku)," (QS. Al-Furqan ayat 28) Pengertian dalam bahasan ini bahwa “teman akrab” adalah “sahabat”, bukan teman biasa. Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al-Azhar juzu' 19 hal 10-12. Mengkisahkan tentang bagaimana kesudahan seseorang yang salah memilih sahabat, yaitu Uqbah bin Abu Mu'aith. Uqbah bin Abu Mu'aith berteman akrab (sahabat) dengan Ubayyu bin Halaf. Uqbah akhirnya murtad karena pengaruh sahabatnya Ubayyu. Selain murtad, juga sampai memaki-maki serta meludahi muka Rasulullah yang ditemuinya usai shalat. Akhir kehidupan Uqbah tertawan dalam perang Badar, Nabi perintahkan Ali untuk membunuhnya. Itulah potret seseorang yang terpengaruh sahabat. Di akhirat nanti menyesal seperti terungkap di ayat 28 Al-Furqan di atas. Semula Uqbah bin Abu Mu’aith, telah bersyahadat, masuk Islam dihadapan Rasulullah langsung; lebih jauh kisahnya seperti termuat dalam tafsir Al-Azhar juzu' 19 hal 10-12 disarikan berikut: Uqbah adalah salah seorang pemuka Quraisy di Mekah, dianya berteman baik dengan Nabi Muhammad saw, meskipun dia belum memeluk Islam punya pertemanan yang akrab, sering bertukar pandangan dalam ber-bincang2. Suatu hari Uqbah mengundang Nabi Muhammad saw makan ke rumahnya. Ketika makanan mulai terhidang, Rasulullah menyatakan bahwa dia belum mau memakan makanan yang terhidang itu sebelum Uqbah mengucapkan Dua Kalimah Syahadat. Salah satu tradisi orang Arab sejak zaman sebelum Islam, dan setelah Islam tradisi itupun tetap dipelihara, ialah memelihara hati tetamu selama tamu berada di rumahnya. Rasulullah mengambil peluang baik itu, karena dia mengetahui dengan baik jiwa Uqbah. Uqbahpun menuruti permintaan Rasulullah, karena menurut istiadat yang sudah mengakar buat orang Arab, adalah tabu menolak permintaan tamu. Beberapa waktu setelah menjadi Islam Uqbah bertemu dengan sahabatnya Abayyu bin Khalaf. Abayyu sangat mencela sikap Uqbah memeluk Islam dan mengajak keluar dari agama Islam (murtad). Uqbah ditengah kebingungannya, diajari Abayyu; agar kemurtadannya lebih tegas; supaya Uqbah me-maki2 dan meludahi muka Nabi Muhammad saw, usai shalat. Hal itu dilaksanakan oleh Uqbah. Hidup ini harus pandai2 memilih sahabat termasuk memilih pendamping hidup, betul2 harus ekstra hati2 karena sahabat termasuk istri atau suami pendamping hidup besar sekali perannya untuk keselamatan di dunia dan akhirat. Sangat baik jika diamalkan do'a yang diajarkan Rasulullah ﷺ untuk terlindung dari sahabat yang jahat: اَللَّهُـمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوْءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ سَاعَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ صَاحِبِ السُّوْءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوْءِ فِيْ دَارِ الْـمُقَامَةِ “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, sahabat yang jahat dan tetangga yang jahat di tempat tinggal tetapku.” (HR. At-Thabrani). Banyak referensi yang didapati dalam Al-Qur’an selain (Al-Furqan ayat 28) yang telah dikutip diatas tentang memilih sabahat a.l. berikut: لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِلْإِنسَٰنِ خَذُولًا “Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia”. (Al-Furqan 29) (lanjutan dari Al-Furqan 28). وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ. ………………..” “………..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran………………:” (Al-Ma’idah ayat 2) Semoga kita semua sanggup memilih sahabat yang dapat membawa kebahagiaan keselamatan dunia dan akhirat. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 23 Ramadhan 1446H, 23 Maret 2025

Yang BERJENGGOT Lebih Berhak

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.313.13.03-2025 Di beberapa masjid di perkotaan, penunjukan imam tetap secara resmi di angkat dengan surat keputusan pengurus masjid, diberikan honor. Imam tetap yang ditunjuk, memenuhi syarat2 menjadi imam. Antara pengurus masjid dan imam rawatib yang terpilih, diikat perjanjian berkala (misalnya setahun). Terbuka kemungkinan salah satu pihak mengakhiri perjanjian atau memperpanjang di periode berikutnya. Namun ada juga masjid yang tidak secara resmi menetapkan imam rawatib, sehingga yang maju menjadi imam atas dasar kebiasaan saja. Misalnya pas adzan sudah berlalu tinggal nunggu iqamah, si muadzin tolah-toleh, kemudian majulah seseorang yang biasanya jadi imam. Umumnya ada beberapa orang yang biasanya jadi imam, sebutlah misalnya Pak “A” pak “B” dan Pak “C”. Sering kali terjadi ketiga imam yang biasa mengimami satupun tidak hadir, disituasi seperti inilah terjadi saling tunjuk antar Jemaah. Seorang jamaah senior (sebut saja Pak “D”), terbiasa juga jadi imam, sayangnya terakhir ini sudah udzur (sudah kurang kuat berdiri). Ketika timer iqamah di "running text" sudah kurang beberapa menit lagi, pak “D” mendekati dua orang jamaah yang ditenggarainya memenuhi syarat jadi imam. Dua orang tersebut saling mempersilahkan, salah satu diantaranya menjawab “YANG BERJENGGOT LEBIH BERHAK”. Jamaah yang berjenggot tak punya pilihan, maju menjadi imam, walau tadinya mempersilahkan bapak yang tidak berjenggot, sebab beliau lebih senior. Kondisi seperti diatas, dimana masjidnya setiap shalat 5 waktu, selalu berkumandang adzan, jamaah tidak kurang dari tigapuluhan orang diwaktu shalat zuhur dan ashar, shalat maghrib mendekati seratus jamaah, walau shalat isya dan subuh jamaahnya menyusut. Kiranya masjid2 seperti tersebut dalam kisah diatas, pantas disarankan mengangkat imam rawatib secara resmi bila dimungkinkan dengan model seperti disebutkan diawal tulisan. Bersyukur; bahwa agama Islam telah mengatur secara rinci seluruh sisi kehidupan ummatnya, mulai dari bangun tidur sampai ke tidur lagi, termasuklah persoalan menentukan imam shalat (walau soal jenggot tidak dimuat). Namun boleh dijadikan alasan untuk memilih, seperti halnya yang paling rapi pakaian, yang paling baik fostur tubuhnya pokoknya yang paling ……… (berjenggot mengikuti sunnah Rasulullah). Sebetulnya telah tersedia aturannya dalam agama islam tentang imam shalat, tinggal mengikuti saja. Beberapa kriteria-kriteria tertentu yang perlu diperhatikan dalam menuntukan imam rawatib di suatu masjid. Sebagai rujukan mari kita perhatikan hadist Rasulullah Saw: وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ كِلَاهُمَا، عَنْ أَبِي خَالِدٍ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ : حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ رَجَاءٍ، عَنْ أَوْسِ بْنِ ضَمْعَجٍ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَائَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا، وَ فِي رِوَايَةٍ: سِنًّا، وَلاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ وَلاَ يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ. [رواه مسلم] Rasulullah SAW bersabda: “Yang mengimami suatu kaum, hendaklah yang paling baik bacaan kitab Allah (Al-Quran) nya. Jika di antara mereka itu sama, maka hendaklah yang paling tahu tentang sunnah, dan apabila di antara mereka sama pengetahuannya dalam Sunnah, hendaklah yang paling dahulu berhijrah, dan apabila di antara mereka sama dalam berhijrah, hendaklah yang paling dahulu memeluk Islam. Dalam riwayat lain disebutkan “Yang paling tua usianya. Janganlah seorang maju menjadi imam shalat di tempat kekuasaan orang lain, dan janganlah duduk di rumah orang lain di kursi khusus milik orang tersebut, kecuali diizinkan olehnya”. (HR.Muslim No: 673). Semoga masjid2 di negeri kita yang mayoritas pemeluk agama Islam, dimana ummatnya boleh ikutan shalat di masjid mana saja, ketika ikut berjamaah memperoleh imam yang “Kapabel”. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 21 Ramadhan 1446H, 21 Maret 2025

Thursday, 20 March 2025

KIAT BERNIAT

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.312.12.03-2025 Semua amal perbuatan, utamanya terkait dengan ibadah, baik Ibadah “mahdhah” (ibadah yang tata caranya telah ditentukan) untuk ketaatan kepada Allah maupun ibadah menjalani kehidupan seperti mencari nafkah, ibadah berbuat kebaikan di masyarakat, ibadah berbuat baik kepada makhluk2 ciptaan Allah sering diartikan Ibadah “ghairu mahdhah” barulah bernilai dalam pandangan agama bila didahului oleh niat. Ada beberapa kiat dalam berniat: Pertama; Ikhlas karena Allah Al-Quran menekankan pentingnya ikhlas dalam setiap perbuatan. Niat yang baik harus didasari oleh keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau keuntungan duniawi. Firman Allah dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5. وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ۝٥ “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)”. Ayat ini mengajarkan bahwa setiap amal yang kita lakukan harus dilakukan dengan niat yang tulus ikhlas hanya untuk Allah semata. Kedua; Selalu mengoreksi niat secara rutin. Dalam kehidupan sehari-hari, niat kita bisa terpengaruh oleh berbagai faktor, sehingga penting untuk selalu memperbaiki dan menyelaraskan niat dengan tujuan akhir kita, yaitu mendapatkan ridha Allah. ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ Firman Allah dalam Surah Al-Mulk ayat 2. “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Niat yang baik akan menghasilkan amal yang baik pula. Maka, penting untuk selalu memurnikan niat agar setiap amal yang kita lakukan tidak terpengaruh oleh dunia. Ketiga; Selalu mengingat tujuan hidup yang hakiki Salah satu cara untuk menjaga niat agar terjaga keikhlasannya ialah selalu mengingat tujuan hidup kita yang sebenarnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Ini mengingatkan kita agar segala hal yang kita lakukan, baik ibadah “mahdhah”, maupun Ibadah “ghairu mahdhah” atau hubungan sosial, selalu terfokus pada tujuan akhir meraih ridha Allah. Firman Allah dalam Surah Az-Zariyat ayat 56. وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ۝٥٦ “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Dengan mengingat tujuan utama kita sebagai hamba Allah, niat kita dalam setiap perbuatan akan selalu terjaga dan tidak menyimpang. Keempat; Berdoa untuk menjaga niat Doa adalah salah satu cara yang efektif untuk memohon petunjuk Allah agar niat kita selalu ikhlas dan tidak terganggu oleh kepentingan duniawi. Berdoalah agar Allah memberi kemudahan untuk menjaga niat dan menjauhkan dari godaan dunia. Salah satu do’a yang dapat diamalkan agar terhindar dari “syirik tercampur kedalam niat”: اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ “Allaahumma innii a’uudzu bika an usyrika bika wa anaa a’lam, wa astagh-firuka limaa laa a’lam.” “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun terhadap apa yang tidak aku ketahui.” (HR. Bukhari, no. 716 dalam kitab Adab Al-Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albani). Kelima; Murnikan niat dalam setiap tindakan Sebelum melakukan suatu tindakan, baik itu ibadah atau aktivitas lain, pastikan untuk selalu mengingatkan diri sendiri mengenai niat awal kita. Jika kita merasa niat kita terganggu atau tercampur dengan hal-hal yang tidak murni, lebih baik untuk mengoreksi niat kita sebelum melanjutkan. Dengan menjaga niat, kita bisa mengharapkan bahwa setiap amalan yang kita lakukan akan diterima dan diberkahi oleh Allah. إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ “Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (surat Az-Zumar ayat 2) Demikian seulas renungan di suasana Ramadhan ini, semoga semua ibadah kita dapat dilaksanakan dengan niat hanya karena Allah. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 20 Ramadhan 1446H, 20 Maret 2025.

Wednesday, 19 March 2025

MENGELOLA PROBLEM HIDUP

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.311.11.03-2025 Problem kehidupan setiap individu berbeda, namun untuk sebagai bahan kajian ada baiknya diinvetarisir problem kehidupan secara umum yaitu: 1. Problem Pribadi: stress , cemas, patah semangat, bingung, tidak focus. 2. Problem keluarga: konflik anak – ortu, mantu – mertua, antar saudara, suami istri. 3. Problem Ekonomi: terlilit hutang, sulit mencari pekerjaan, salah satu pasangan suami istri boros tidak baik dalam mengelola keuangan, penghasilan kurang dari cukup. 4. Problem bagi yang bekerja di instansi formal: karier terhambat, beban kerja yang terlalu berat tidak seimbang dengan penghasilan, persaingan antar pekerja. 5. Problem Kesehatan: Terkena penyakit kronis, penyakit2 lantaran usia lanjut. 6. Problem Sosial: merasa terisolasi dalam lingkungan, merasa diacuhkan masyarakat, tinggal di lingkungan tidak sesuai dengan kondisi ybs. Problem2 tersebut dimungkinkan dihadapi; dimasa yang sudah berlalu, dimasa sekarang, dan kemungkinan terjadi di masa yang akan datang. Ketika menghadapi, mengalami setiap problem, sikap yang harus diambil adalah: Pertama; bagaimana menghadapinya. Kedua; menjadikan problem yang telah dialami menjadi pelajaran. Ketiga; menyelesaikan problem dengan se-baik2nya, jika perlu cari bantuan. Di ketiga masa tersebut bila terjadinya problem, maka berbeda pula sikap yang harus diambil. Setiap individu berbeda cara mengatasi/menyelesaikan problem, tergantung ilmu yg dimilikinya, pengalaman masing2, serta situasi dan kondisi, ketika problem terjadi. Problem apapun yang dihadapi, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap jiwa, cenderung mendatangkan stress. Konsep yang ditawarkan oleh Allah untuk mengatasi stress adalah: Pertama; Shalat. وَاسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ وَاِنَّهَا لَكَبِيۡرَةٌ اِلَّا عَلَى الۡخٰشِعِيۡنَۙ “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”, (Al-Baqarah 45). يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٥٣ Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah 153) Kedua; Berzikir اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ‌ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28) Ketiga; Membaca Alqur’an يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.“ (QS. Yunus: 57) Dalam ayat yang mulia ini, setidaknya Allah Ta’ala menyebutkan 4 fungsi Al-Qur’an, yaitu: mau’idzah (nasihat) dari Rabb kita, syifa’ (penyembuh) bagi penyakit hati, huda (sumber petunjuk), dan rahmat bagi orang beriman Keempat; Berdo’a. Allah memberi petunjuk agar senantisa berdo’a وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Surat Al-Mu’min ayat 60) اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ Allahumma inni a'udzu bika minal 'ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a'udzu bika min 'adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat. "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian." Setiap diri mesti sekali waktu mengalami problem hidup. Semoga setiap mengalami problem hidup, kita semua sanggup mengikuti petunjuk2 Allah untuk mengatasi sehingga selamat dunia dan akhirat. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 19 Ramadhan 1446H, 19 Maret 2025.

Tuesday, 18 March 2025

MERAWAT - ISTIQAMAH

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.310.10.03-2025 Istiqamah, dapat juga diterjemahkan “tetap pendirian”, “tetap teguh” dan “konsisten” dalam konteks ketaatan terhadap Allah. Taat kepada Allah berarti “istiqamah” ketika menjalankan segala perintah Allah, “istiqamah” pula meninggalkan larangan2 Allah. Bagi siapapun yang sanggup “Istiqamah”, Allah akan menganugerahkan: 1. Ketenangan, kedamaian, dan ketenteraman dalam menjalani kehidupan ini tanpa adanya perasaan khawatir, perasaan takut, perasaan gelisah, atau perasaan cemas terhadap apapun yang sudah terjadi maupun yang akan dialami dimasa yang akan datang. 2. Di akhirat nanti akan kekal menjadi penghuni surga, sebagai balasan atas ke-“Istiqamah”- an selama hidup di dunia. إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”. (Al-Ahqaf ayat 13) أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ “Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”. (Al-Ahqaf ayat 14) Demikian janji Allah di dua ayat diatas, terhadap manusia yang “Istiqamah”, “tetap pendirian” bahwa “hanya ber-Tuhan kepada Allah” dengan segala konsekwensinya. Sebagai konsekwensi “hanya ber-Tuhan kepada Allah” intinya adalah mentaati segala petintah2 Allah dan menjauhi semua larangan2 Allah. Selanjutnya selama hidup secara “Istiqamah” atau “Konsisten” melakukan amalan sebagai berikut: Pertama; Rutin dalam beribadah: Iman yang kuat adalah dasar dari “istiqamah”. Mereka yang “istiqamah” terus meningkatkan segala jenis ibadah: 1. Shalat; mininal senantiasa dapat menjaga shalat lima waktu. Dalam keadaan normal, dilaksanakan tetap pada waktunya berjamaah. Bila memungkinkan ditambah dengan shalat2 sunnah termasuk shalat tahajud. 2. Berpuasa; minimal dalam keadaan normal melaksanakan shaum Ramadhan. Selalu berusaha dapat puasa2 sunnah, temasuk rutin puasa Senin-Kamis. 3. Berinfak dan bersedekah baik dengan harta, tenaga dan pikiran, ketika dalam keadaan sempit apalagi dalam keadaan lapang. 4. Membaca Al-Qur'an; setiap hari tidak pernah meninggalkan membaca dan mengkaji Al-Qur’an. Bagi yang melaksanakan shalat, sekurangnya setiap hari mendengarkan bacaan atau membaca Al-Qur’an di ayat2 ketika shalat. Kalau memungkinkan ditargetkan saban hari membaca “Mushaf Al-Qur’an” untuk senantiasa memperbaiki bacaan. Mereka yang mengamalkan amalan ini tergolong orang2 yang tidak putus dalam berdzikir. 5. Berzakat; ibadah ini tergandeng erat dengan shalat, sehingga tingkat “wajib” nya sama dengan shalat, sangat berat dosanya bila ditinggalkan. Jenis2 zakat misalnya; Zakat akan harta dibayarkan setelah sampai haul dan cukup nisabnya. Zakat fitrah dibayar sebelum Ramadhan berakhir. Zakat profesi masing2 ada yang membayarnya ketika menerima penghasilan. Zakat pertanian dilunaskan ketika panen. 6. Kecintaan terhadap masjid; Bentuk kecintaan terhadap masjid dapat terlihat dalam berbagai aspek kehidupan. Beberapa diantaranya meliputi: a. Rutin Beribadah di Masjid: Datang ke masjid untuk beribadah, terutama shalat berjamaah, shalat fardhu, atau kegiatan ibadah lainnya. b. Merawat dan Menjaga Kebersihan Masjid: ikut berpartisipasi dalam upaya menjaga kebersihan masjid, agar tetap nyaman digunakan untuk beribadah. c. Menumbuhkan Kegiatan Keagamaan: Melibatkan diri dalam kegiatan yang diadakan oleh masjid, seperti pengajian, kajian ilmu, atau kegiatan sosial lainnya, adalah bentuk kecintaan terhadap masjid. Bahkan jika memungkinkan sebagai pihak yang memberikan kajian atau memotori dari kegiatan2 masjid. d. Membangun Masjid atau Menyumbang untuk Masjid: Terlibat dalam pembangunan masjid, atau menyumbang baik secara material, tenaga, maupun dana untuk keperluan operasional dan perawatan masjid. e. Menyebarkan Kebaikan Melalui Masjid: Berperan serta menjadikan masjid sebagai tempat untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai Islam dan mempererat ukhuwah Islamiyah, kegiatan sosial dan dakwah. f. Mentaati Adab-Adab di Masjid: Seperti menjaga suara tidak berbicara keras, kasar, perkataan sia2 di dalam masjid, berpakaian sopan, dan berdo’a dengan khusyuk. Kedua; Menjaga niat. Niat yang tulus, ikhlas karena Allah dalam setiap tindakan akan membuat kita lebih mudah untuk istiqamah. Selalu ingat tujuan hidup kita, yaitu untuk mendapatkan keridhaan Allah. Ketiga; Berteman dengan orang Baik: Teman yang baik akan saling mengingatkan dalam kebaikan dan membantu kita tetap istiqamah. Berkumpul dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama akan memberi kita motivasi. Keempat; Bersabar dalam Menghadapi Ujian: Untuk dapat “Istiqamah” senantiasa menemui ujian dan cobaan, menguji sejauh mana kita dapat tetap istiqamah. Dalam menghadapi cobaan, penting untuk selalu sabar, tawakal, dan terus berusaha memperbaiki diri. Kelima; Menjaga Konsistensi dalam Beramal: Menjaga konsistensi dalam beribadah adalah kunci istiqamah. Meskipun kadang-kadang kita merasa lelah atau malas, tetaplah menjaga amalan-amalan rutin, seperti yang telah disebutkan di butir “1 sampai 6” diatas dan jangan tinggalkan berdoa. Keenam; Menjauhi larangan2 Allah. Menghindari dosa dan perbuatan yang dapat menggoyahkan iman, dengan selalu menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat mengganggu hubungan kita dengan Allah. Jika tulisan ini dipandang ada manfaatnya, silahkan share kepada sahabat, kerabat handai taulan. Namun jika tidak ada manfaatnya, abaikan saja segera hapus dari ruang baca anda. Yang baik datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Jika tersisip kekurangan/kekeliruan, karena tipis dan minimnya ilmu dan dangkalnya pengalaman penulis, mohon tolong dimaafkan. Demikian semoga Latihan yang dilakukan di bulan Ramadhan ini membawa kita menjadi hamba2 Allah yang “ISTIQAMAH”. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 18 Ramadhan 1446H, 18 Maret 2025

Saturday, 15 March 2025

KENAPA KITA BELUM DI AZAB ALLAH

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.309.09.03-2025 Al-Qur’an mengisahkan tentang umat2 terdahulu yang pernah diam di punggung bumi ini, di azab Allah dengan azab yang luar biasa. Disebutkan pula kenapa mereka sampai di azab Allah. Azab2 tersebut langsung ditimpakan ketika umat Nabi2 terdahulu tetap membangkang terhadap seruan Nabi di zaman mereka. Umat nabi Nuh; diazab Allah dengan ditenggelamkan, karena mereka tak mau berhenti menyembah berhala dan mengejek nabi Nuh. Bahkan berbuat jahat kepada siapa pun yang menjadi pengikut nabi Nuh. Nabi Nuh AS bersama kaumnya berlangsung sangat lama. Dalam surah Al-Ankabut ayat 14 dijelaskan bahwa Nabi Nuh AS berdakwah selama 950 tahun lamanya. وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْن “Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim” (Al-Ankabut ayat 14). Umat nabi HUD; di azab Allah berupa angin topan yang sangat dingin dan dahsyat yang berlangsung selama tujuh malam dan delapan hari. Menghancurkan mereka hingga tidak tersisa. Karena mereka sebagai kelompok yang musyrik dan ingkar kepada Allah SWT. Mereka bahkan menyembah tiga berhala yang dinamai “Shamda”, “Shamud” dan “Hira”. وَاَنَّهٗٓ اَهْلَكَ عَادًا ࣙالْاُوْلٰىۙ ۝٥٠ وَثَمُوْدَا۟ فَمَآ اَبْقٰىۙ ۝٥١ “dan bahwa sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan (kaum) ‘Ad yang terdahulu” (An-Najm 50) “dan (kaum) Samud. Tidak seorang pun ditinggalkan-Nya (hidup)”. (An-Najm 51) Umat nabi Shaleh; diazab Allah dengan gempa dahsyat karena umat Nabi Shaleh tidak mengambil pelajaran dari reruntuhan kaum 'Âd, mereka mendustakan nabi Shaleh sebagai Rasul dan juga Rasul-Rasul lainnya, mereka ingkar kepada Allah dan sombong serta tidak mau bersyukur yang pada akhirnya diturunkan azab yang mengakibatkan mereka musnah sampai tidak ada yang tersisa. وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْۗ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۝٧٣ “(Kami telah mengutus) kepada (kaum) Samud saudara mereka, Shaleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada bagi kamu tuhan selain Dia. Sungguh, telah datang kepada kamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini adalah unta betina Allah untuk kamu sebagai mukjizat. Maka, biarkanlah ia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan keburukan apa pun sehingga kamu ditimpa siksa yang sangat pedih.” (Al-A’raf 73) Umat nabi LUTH; diazab Allah dengan “suara yang keras” dan “tanah tempat kediaman mereka di jungkir balikkan”. Umat Nabi Luth diazab Allah karena perbuatan buruk yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth AS ini adalah melakukan homoseksual. فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِيْنَۙ ۝٧٣ “Maka, mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur ketika matahari” terbit.(Al-Hijr 73) فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ ۝٧٤ “Maka, Kami menjungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami menghujani mereka dengan tanah yang membatu”. (Al-Hijr 74) Umat nabi Syua’ib; Disebabkan kerap berlaku curang, menipu dalam jual-beli dan mengurangi takaran dan timbangan. mereka diazab dengan suara bergemuruh memekakkan telinga, sehingga mati berkelimpangan. وَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّاۚ وَاَخَذَتِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ ۝٩٤ “Ketika keputusan Kami (untuk menghancurkan mereka) datang, Kami selamatkan Syuʻaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Adapun orang-orang yang zalim, mereka dibinasakan oleh suara yang menggelegar sehingga mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka”. (Hud 94) Fir’aun di zaman nabi Musa; Tidak percaya ada Tuhan dan dia mengaku Tuhan. dan diazab Allah dengan ditenggelamkan di laut Merah. وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ۝٥٠ “(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya)”. (Al-Baqarah 50). Dari enam kasus azab yang diturunkan Allah ini, telah pula diketahui penyebab azab itu masing2. Azab Allah untuk kaum terdahulu itu langsung setelah peringatan tidak diindahkan oleh kaum yang bersangkutan. Adapun kesalahan2 yang mereka lakukan, bila dicermati, semuanya sudah dilakukan oleh manusia yang ada zaman now di bumi ini. Di bumi ini ada yang tidak mempercayai Tuhan (atheis), banyak penyembah berhala, tidak sedikit pelaku curang dari mulai rakyat sampai pejabat. Rakyat umumnya melakukan tindak kriminal seperti menipu mencuri adalah dikarenakan dorongan pemenuhan kebutuhan hidup. Sedang para pejabat meskipun sudah bergaji tinggi, masih juga korupsi, menipu, itu karena memperkaya diri. Demikian juga korporasi juga kini sudah mulai mengikuti perangai umat nabi Syu’aib; Minyak goreng dinyatakan dalam kemasan 1 liter, ternyata kurang dari 1 liter. BBM dioplos. Tersiar di TV bahwa Gas Melon juga dioplos. Demikian juga umat nabi Luth juga sudah banyak dimana-mana di belahan bumi ini, bahkan ada pula negara yang melegalkan nikah sejenis. Lalu kenapa azab itu belum diturunkan kepada penghuni bumi ini……… Ada dua jawaban yang mungkin didapat. Pertama; penegasan Allah: وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (Al-Anfal 33) Kedua; Rangkum dari dua hadits. Guna mempersingkat artikel ini hadits2 tsb tidak dikutip secara lengkap. Hadits pertama riwayat Ahmad nomor 1596 dan Muslim nomor 7442: Nabi Muhammad pernah memohon tentang 3 hal kepada Allah. 2 dikabulkan, 1 tidak dikabulkan. Do’a yang dikabulkan: 1. “tidak dibinasakan dengan kelaparan”. 2. “tidak dibinasakan dengan ditenggelamkan”. Do’a yang tidak dikabulkan tentang “mohon umat terbebas dari permusuhan” Hadits kedua; Rasulullah berdo’a akan empat hal. Tetapi Allah hanya mengabulkan setengahnya sebagaimana dikutip oleh Al-Asqalani dalam Badzlul Ma‘un dan Fathul Bari. Do’a yang dikabulkan Allah tentang: 1. Do’a untuk menghilangkan lemparan (batu) dari langit. 2. Do’a agar Allah tdk menurunkan azab penelanan bumi. Sedangkan do’a yang ditolak: 1. Pencampuran dengan keragaman kelompok sosial yang bertentangan. 2. Penderitaan akibat kekerasan dari sebagian kelompok lainnya. Pantas kiranya kita bersyukur walau kemaksiatan sudah meraja lela, semua kemaksiatan umat terdahulu telah kita saksikan dilakukan di zaman now, namun Allah masih tidak menurunkan azab-Nya sedahsyat azab kepada umat2 terdahulu, karena jaminan Allah di surat Al-Anfal 33 dan do’a nabi Muhammad terkutip singkat di atas. Semoga Allah memeliharakan, melindungi para pembaca semua dari ikutan dalam perbuatan maksiat. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 16 Ramadhan 1446H, 16 Maret 2025.