Friday 12 May 2023

Fenomena Alam

Kembang aneka warna indah mempesona, bunga semerbak menebar wangi. Burung berkicau merdu. Tunduknya hewan ternak kepada gembala dan pemiliknya. Deburan ombak menyisir pantai, semilir angin sepoi di persawahan. Banyak lagi fenomena alam, bila direnung cukup menakjubkan. Semua tentu bukan kebetulan, ada yang menciptakan, ada yang mengatur kenapa demikian. Fenomena alam ini merupakan ayat kauniyah demikian banyaknya sehingga Allah katakan di surat Al Kahfi 109: قُلْ لَّوْ كَا نَ الْبَحْرُ مِدَا دًا لِّـكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَـنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَـنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا "Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." Kalimat Tuhan (ayat kauniyah), jauh lebih banyak dari ayat2 "qauliyah" yang tersurat di dalam kitab2 suci. Ayat2 qauliyah berupa firman Allah dengan ayat2 disampaikan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril dan kini dikodifikasi dalam mushaf terdiri atas 114 surat terinci dalam 6 ribu 6 ratus 66 ayat, ada juga yang menyebut 6.236 ayat dengan tambahan 112 kalimat basmalah. Himpunan huruf2 berjumlah 1 juta 27 ribu huruf. Ayat2 kauniyah yang begitu banyak itu sudah nampak jelas sejak kita bangun tidur, keluar rumah, apa lagi travelling ke berbagai destinasi wisata, destinasi wisata religi, sekurangnya terdapat 4 kali dianjurkan oleh Allah, agar kita memperkaya menyaksikan ayat2 kauniyah dengan ayat sebagai berikut: “………...قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱ”. Katakanlah: "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat ………”. Keseharian, di diri kita sendiri terdapat sejumlah ayat2 kauniyah. Perempuan dan laki-laki, dibedakan Allah dengan jelas. Secara umum perempuan dan laki-laki terdapat banyak persamaan, yaitu diantaranya: punya sepasang daun telinga dikiri kanan kepala, sekian derajat menghadap kedepan, berupa tulang rawan. Alangkah sengsaranya tidur jika daun telinga berupa tulang keras. Jantung berdetak sendiri sejak lima bulan sebelum lahir sampai tutup usia. Tak seorangpun sanggup mengatur denyut nadi yang digerakkan jantung itu. Soal detak jantung saja, ada orang yang berpenyakit denyut nadinya tidak normal; kecepatan atau kelambatan, manusia sebatas dapat berikhtiar berobat menormalkan kembali detak jantungnya. Tapi tak seorangpun yang sanggup membuat jantung berdetak kembali bila jantungnya telah dihentikan Allah untuk berdenyut. Juga merupakan ayat kauniyah diri ini, adalah ngantuk dan tidur: وَمِنْ ءَايٰتِهِۦ مَنَامُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَآؤُكُمْ مِّنْ فَضْلِهِۦٓ  ۚ إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam, dan siang hari usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." (Ar-Rum ayat 23). Tidak jarang orang SUSAH TIDUR, walau dengan kamar tidur yang nyaman, udara terkontrol, tempat tidur dan kasur standar empuk. Keamanan terjamin, rumah berpagar tinggi dilengkapi dengan CCTV, di komplek elit yang dijaga Satpam. Ada pepatah “kita dapat membeli kasur, tapi tak dapat membeli tidur”. Sesungguhnya yang menidurkan dan yang membangunkan kita dari tidur adalah kuasa Allah, merupakan salah satu “ayat kauniyah”. Oleh karena itu Islam mengajarkan begitu terbangun dari tidur berdo’a: Berdasarkan hadits riwayat Bukhari, doa bangun tidur pagi sesuai sunnah adalah: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ (Alhamdullillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur) “Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami, dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan”. Sedangkan sebelum tidur diajarkan berdo’a: بِاسْمِكَ اللهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوْتُ (Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut). "Dengan menyebut nama Allah yang menghidupkan dan mematikan." Sementara itu, pernah kumelihat, ketika jalan pagi, seseorang dengan pakaian lusuh, beralaskan karton tanpa bantal, tertidur pulas di trotoar di luar pagar sebuah gedung. Properti miliknya berupa kantong plastik besar kelihatannya terisi tiga perempat, hanya digeletakkan tak jauh dari kakinya. Dia tak khawatir barang2 nya akan digondol maling. Banyak sekali “ayat kauniyah” dalam diri ini, bila dikaji satu persatu terlalu panjang artikel ini. Ijinkan satu lagi ku kaji yaitu “Kumis dan Jenggot”. Hanya laki2 yang berkumis dan berjenggot, mengapa perempuan tidak?. Kumis dan jenggot laki2 dewasa, terus tumbuh, dicukur nanti tumbuh lagi, pada usia diatas limapuluhan rata2 kumis dan jenggot mulai berubah warna. Kenapa berubah warna?. Maka maha benar Allah dengan firman-Nya di surat Al-Kahfi 109 yang dikutip diatas. Bahwa tanda2 kebesaran Allah berupa ayat2 kauniyah, walaupun dua kali jumlah air laut didunia ini di jadikan tinta untuk menulis ayat2 Allah berupa “ayat2 kauniyah” tak akan cukup untuk menulisnya. Diri kita ini adalah isi alam, sehingga kajian mengenai diri kita ini termasuk kajian tentang fenomena alam. Namun kita telah diberitahu Allah melalui ayat kedua dari terakhir surat Al-Kahfi yang dikutip di atas bahwa tak kan dapat kita tulis, akan tetapi dapat kita jadikan renungan setiap kita melihat, mengalami fenomena alam, guna menambah kekuatan iman. Untuk lebih banyak meresapi ayat2 kauniyah berupa fenomena alam, selagi badan sehat, selagi tenaga kuat, selagi usia masih ada, diikuti punya biaya untuk mengamalkan perintah Allah melalui ayat di kutip diatas “berjalanlah dimuka bumi…………..”. Melalui travelling itu makin banyak dapat dilihat kebesaran Allah melalui “ayat2 kauniyah”. Semoga dengan mentadaburi ayat2 Qauliyah terkodifikasi dalam Al-Qur’an dan ayat2 Kauniyah yang tersebar diseantero dunia dan fenomena alam, bertambahlah iman dan taqwa kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jum’at, 21 Syawal 1444 H. 12 Mei 2023 (1.150.05.23)

No comments:

Post a Comment