Monday 8 May 2023

TAK LUPUT dari KEKELIRUAN

Bahwa manusia, sebagai individu, sebagai pemimpin, sebagai karyawan, sebagai pengusaha, sekalipun sebagai Nabi tetap saja tak luput dari kealfaan, kesalahan dan kekeliruan. Disarikan dari tafsir Al-Azhar Juzu 10, Prof. Hamka halaman 53 sampai halaman 63, ketika menafsirkan surat Al Anfal 67 sampai 71. Bahwa usai perang Badar dengan kemenangan yang gemilang, dimana musuh terbunuh 70 orang dan tertawan 70 orang, dengan tidak sedikit dipereloh rampasan perang. Perang Badar adalah perang pertama bagi umat Islam menghadapi musuh, belum berpengalaman bagaimana menyikapi kalau nanti usai perang dapat menawan musuh. Lantas Rasulullah mengajak sahabat2 beliau bermusyawarah tentang “akan diapakan” 70 tawanan perang badar ini. Abu Bakar kemukakan pendapat; “Wahai Rasulullah, mereka adalah kaummu dan keluargamu. Biarkan mereka dan jangan terburu-buru menghukumi mereka. Bisa jadi Allah akan menjadikan mereka bertobat. Ambillah tebusan dari mereka yang bisa dipergunakan untuk meneguhkan barisan kaum muslim.” Golongan terbesar dari kaum muhajirin, mendukung pendapat Abu Bakar. Sementara itu Umar berpendapat; “Wahai Rasulullah, mereka telah mengusir dan mendustakanmu. Bunuh mereka. Mereka adalah pemimpin kafir. Allah telah mencukupimu dan tak membutuhkan harta tebusan mereka.” Pendapat Umar ini didukung oleh sebagian besar kaum Anshar. Setelah mendengar pertimbangan dari dua kubu itu, Rasulullah masuk ke kemahnya. Beberapa saat kemudian Rasulullah keluar dan mengatakan, “Tuhan Allah telah membuat lembut hati setengah manusia selembut susu, dan Tuhan pun membuat keras hati setengah manusia sekeras batu. Engkau hai Abu Bakar adalah laksana Ibrahim alaihis salam yang berkata”: رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ  ۖ فَمَنْ تَبِعَنِى فَإِنَّهُۥ مِنِّى  ۖ وَمَنْ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ "Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Ibrahim ayat 36) Abu Bakar oleh Rasulullah juga di umpamakan bagaikan Nabi Isa alaihis salam yang berkata: إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ  ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."" (Al-Ma'idah ayat 118) Kepada Umar Nabi Muhammad katakan bahwa Umar laksana Nabi Nuh tatkala ia berkata: وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكٰفِرِينَ دَيَّارًا "Dan Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (Nuh ayat 26). Perumpaan Umar oleh Rasulullah juga persamakan seperti Nabi Musa yang berkata: وَقَالَ مُوسٰى رَبَّنَآ إِنَّكَ ءَاتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُۥ زِينَةً وَأَمْوٰلًا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ  ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلٰىٓ أَمْوٰلِهِمْ وَاشْدُدْ عَلٰى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ "Dan Musa berkata, "Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Fir'aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka dan kuncilah hati mereka sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih." (Yunus ayat 88) Rasulullah memutuskan menerima usul Abu Bakar yaitu akan membebaskan tawanan 70 orang itu dengan tebusan. Sampailah kabar ke Makkah, bahwa Muhammad memberi pilihan kepada para tawanan antara dibunuh atau ditebus. Maka, orang Quraisy bergegas menuju Madinah, memberikan harta, dan membebaskan para tawanan dengan harta tebusan. Sehari setelah keputusan diambil, esok paginya Umar mendapati Nabi Muhammad dan Abu Bakar menangis di kemah Nabi. Umar menanyakan tentang apa penyebab tangisan itu, agar diapun dapat ikut menangis. Nabi menjawab: “Aku menangisi kawan2mu yang mengusulkan supaya tawanan itu menebus diri. Tuhan telah mengancam mereka dengan siksaan-Nya lebih dekat dari pohon ini” (pohon tumbuh dekat kemah). Nabi memberitahukan bahwa telah turun ayat 67 dan 68 surat Al-Anfal: مَا كَانَ لِنَبِىٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُۥٓ أَسْرٰى حَتّٰى يُثْخِنَ فِى الْأَرْضِ  ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْأَاخِرَةَ  ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ "Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di Bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (Al-Anfal ayat 67) لَّوْلَا كِتٰبٌ مِّنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَآ أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ "Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena (tebusan) yang kamu ambil." (Al-Anfal ayat 68). Dari kedua ayat di atas, diketahui bahwa keputusan yang telah diambil tidak tepat menurut Allah, umpamanyalah tidak ada ketetapan Allah terdahulu (para pejuang Badar diampuni Allah), maka akibat keputusan itu akan mendapat siksa yang besar. Dari peristiwa ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Dalam hal belum diperoleh petunjuk Allah akan hal memutuskan sesuatu, nabi Muhammad memusyawarahannya dengan para sahabat. Contoh lain: dalam menentukan tempat berkemah perang Badar-pun nabi menerima usul dari sahabat bernama “al Habbab”. Setelah mengusul bertanya apakah ini merupakan petunjuk Allah, di jawab Rasulullah bukan petunjuk Allah. Karena bukan merupakan wahyu Allah “al Habbab” berani mengusulkan tempat berkemah berbeda dengan arahan Nabi Muhammad. Usul diterima. 2) Ternyata bahwa Nabi pun bisa terjadi mengambil suatu keputusan yang tidak tepat, tanpa petunjuk wahyu ilhahi, sekalipun keputusan itu diambil atas dasar musyawarah. 3) Sesuatu keputusan yang telah diambil apalagi menyangkut keputusan untuk sekelompok orang banyak, sudah merupakan janji yang harus ditepati, tidak dicabut kembali. Nabi tidak membatalkan keputusan itu. 4) Para kubu yang bertentangan usul, setelah diambil suatu keputusan walaupun usul yang dipakai terbilang salah, malah usulnyalah yang benar, karena keputusan telah di ambil pihak pengusul yang usulnya tidak diterima, tidak menepuk dada bahwa sebenarnya dia yang benar, akan tetapi mendukung keputusan yang telah diambil, walaupun salah. Dalam case tersebut Umar dan para pendukungnya tidak protes putusan yang dilaksanakan adalah usul Abu Bakar dan pendukungnya. 5) Bahwa ummat dimasa kini, melalui ulama2 yang memenuhi syarat, bila tidak terdapat petunjuk yang jelas nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat mengambil keputusan melalui ijtihad. 6) Bahwa ternyata Nabi sebagai manusia biasa tidak luput dari keliruan. Namun bagi para Nabi dan Rasul ketika tak sengaja lalai, tak sengaja mengambil keputusan yang keliru; langsung Allah tegur dan bahkan diberi petujuk bagaimana seharusnya berbuat. Kekeliruan yang terjadi pada diri Nabi2 dan Rasul2 pada hakekatnya merupakan sesuatu yang Allah kehendaki untuk jadi petunjuk buat ummat manusia. Salah satu contoh ketika nabi Muhammad berjanji kepada orang yang menanyakan berapa lamakah penghuni gua Kahfi tertidur; Rasulullah menjawab:”datanglah besok”, lantas ditegur Allah diabadikan dalam surat Al-Kahfi ayat 23 dan 24 berikut: وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۠ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًا "Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu besok pagi,"" (Al-Kahf ayat 23) إِلَّآ أَنْ يَشَآءَ اللَّهُ  ۚ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسٰىٓ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا "kecuali (dengan mengatakan), "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) dari pada ini."" (Al-Kahf ayat 24). Kekeliruan Nabi Muhammad dan teguran Allah itu merupakan sesuatu yang harus menjadi perhatian kita bahwa dalam berjanji untuk sesuatu yang akan datang, sekalipun besok harus disandarkan kepada "kalau Allah mengijinkan". Demikian, semoga tamsil peristiwa2 di atas dapat kita jadikan acuan untuk melakukan setiap amal perbuatan, mengambil keputusan, ber perilaku termasuk bertutur kata. Sehingga kita dapat menjadi hamba2 Allah yang dicintai-Nya. والله اعلم بالصواب آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 Syawal 1444 H. Senin, 8 Mei 2023. (1.148.05.23).

No comments:

Post a Comment