Saturday 6 May 2023

BERBEDA tapi SAMA

Tiga orang berteman sama2 pesan “Nasi Gudeg” di suatu rumah makan. Sebetulnya kemasan Nasi Gudeng tidak sekedar hanya berupa “Nasi” dan “Gudeg”, tetapi ada “kerecek”, “telor pindang”, “sambel”, “tahu utuh” dan “sepotong tempe bacem”. Akan tetapi lantas lazim disebut “Nasi Gudeg” Ternyata teknik memakannya berbeda dari tiga teman tersebut. Namun sama2 makan mengisi energi. Sama pula seleranya hari itu pengennya makan “Nasi Gudeg”, ber-sama2 semeja. Satu diantaranya; teknik makannya, semua unsur asesories Gudeg di campur jadi satu, barulah nasi diambil sesendok demi sesendok nasi dicampur dengan lauk pauk yang sudah dicampur itu. Orang kedua; nasi disendok, untuk melancarkan masuknya nasi dari mulut ke perut setelah dikunyah, lauk masing2 dicuil masing2 sedikit2 disendok, kadang tidak komplit. Orang ketiga lain lagi. Nasi setumpuk dalam piring, dibaginya menjadi 5 bagian: Pertama diambilnya nasi yang seperlima itu sedikit demi sedikit dicampurnya dengan “kerecek” dan sedikit “sambel”, diatur nasi yang seperlima tamat sesuai dengan volume “Kerecek”. Kedua, dengan perlakuan yang sama campuran nasi “dengan tahu utuh” kalau sambelnya tidak terlalu pedas ikut di ulas dengan sambel. Ketiga, kini giliran nasi dicampur dengan tempe bacem. Keempat, selanjutnya gudeg yang disantap bersama nasi. Kelima, barulah telor pindang dimakan bersama nasi. Masing2 dari ketiga orang itu, melakukan teknik makan yang mereka anut, bukannya tidak punya alasan. Orang pertama beralasan agar aneka rasa dari seperangkat asesories Gudeg tersebut menjadi satu cita rasa. Sehingga lidah merasakan betul nikmatnya satu unit ramuan “nasi gudeg”. Orang kedua berargumentasi; Nasi sebagai menu utama disiapkan, lantas dengan mencuil komponen lauk pauk dibubuhkan di se unit nasi yang akan disuap, akan terasa bagaimana aneka ramuan itu ketika dikunyah. Dengan begitu dapat dinikmati benar bumbu2 yang mana yang pas, bumbu mana yang rada kurang dan bumbu mana yang agak kelebihan. Orang ketiga, lain lagi alasannya; kalau dengan dicampur sekaligus semua kelengkapan “nasi gudeg”, akan tidak dapat membedakan secara signifikan bagaimana cita rasanya Nasi dicampur “kerecek”. Bagaimana cita rasa bila nasi digaul dengan “tahu”. Juga dapat dirasakan betul citarasa ketika nasi ditemani oleh “tempe bacem”. Gudeg ketika dimakan dengan nasi, akan dapat dibedakan bila dimakan dengan lauk lain. Barulah terakhir “telor pindang” digandeng dengan nasi akan terasa, pindangnya nendang. Ini baru dari satu sudut kita melihat perilaku manusia berbeda, itupun baru dari tiga orang. Sesuatu terbilang kecil yakni mengenai teknik makan. Masing2 memiliki cara berpikir sendiri teknik makan, masing2 dengan alasan dan argumentasi, mereka juga tidak dapat saling bantah, atau tidak elok memaksakan agar tehniknya yang paling baik, yang paling layak digunakan. Apalagi mengenai hal2 yang lebih besar, seperti pendapat menyelesaikan masalah kemasyarakatan, masalah memilih calon pemimpin, adalah wajar masing2 orang berbeda paham, berbeda pendapat, berbeda figur yang akan dipilih. Manusia memang secara kodrati berbeda satu individu dengan individu lainnya. Sedang kembar identik saja tidak sama persis, istimewanya kembar identikpun oleh Allah dibedakan “sidik jarinya”. Begitulah setiap manusia dari manusia pertama sampai manusia terakhir nanti, sudah ber-milyar2 manusia terlahir ke dunia ini sidik jarinya tidak sama. Allah akan membangkitkan kembali manusia dengan menyusun kembali identitas individunya yang berbeda-beda tersebut dari sidik jari, jari jemarinya yang berbeda itu. Makanya ketika dibangkitkan Allah nanti, setelah dunia kiamat, tidak akan ada salah orang yang dibangkitkan. Masing2 individu bangkit sesuai sidik jari dari jari jemarinya. Lihat surat Al-Qiyamah ayat 3 dan 4: أَيَحْسَبُ الْإِنْسٰنُ أَلَّنْ نَّجْمَعَ عِظَامَهُۥ بَلٰى قٰدِرِينَ عَلٰىٓ أَنْ نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ "Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya?" "(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna." Perbedaan pendapat, perbedaan pilihan di dalam masyarakat yang lebih luas, ditentukan dengan ketentuan yang harus ditentukan peraturan, ditetapkan rambu2 yang disepakati yang harus dipatuhi. Karena dalam hal2 yang menyangkut hubungan dengan orang banyak, hubungan kemasyarakatan, bila dibiarkan masing2 individu menyelesaikan dengan teknik, dengan caranya sendiri2 seperti menyikapi makan “nasi gudeg” dikisahkan di atas, maka akan terjadi ketidak teraturan, akan terjadi kekacauan. Oleh karena itu dibuatlah ketentuan, aturan yang akan dipatuhi bersama. Ketentuan dan aturan itu masing2 individu menyatukan persepsi dalam kelompok. Masing2 kelompok menyatukan persepsi dengan antar kelompok. Terciptalah peraturan yang harus ditaati seluruh individu, seluruh kelompok. Allah mengetahui keberagaman kemauan manusia, DIA memerintahkan kepada manusia haruslah semua urusan diputuskan dengan musyawarah: وَأَمْرُهُمْ شُورٰى بَيْنَهُمْ . …………….” “……..sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka……….” (Asy-Syura ayat 38) Dalam hal memusyawarahkan sesuatu pantas kita rujuk petunjuk Allah berikut ini: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ  ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ  ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْأَمْرِ  ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ  ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal." (Ali 'Imran ayat 159). Bagaimanapun contoh kecil di meja makan menyantap “nasi gudeg” di atas patut kiranya menjadi perhatian kita, biarpun berbeda pendapat tetapi tetap duduk dalam satu meja. Usai makan merekapun jalan bersama tanpa mempersoalkan lagi beda cara menyelesaikan/menyantap makanan. Semoga Allah menjadikan kita semua menjadi bangsa yang rukun, walaupun beda pendapat, walaupun beda pilihan, walaupun beda dalam teknik memperjuangkan keadilan dan kemakmuran bangsa ini. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Syawal 1444 H. Sabtu, 6 Mei 2023. (1.147.05.23).

No comments:

Post a Comment