Saturday 27 May 2023

SARANA Rawat IMAN dan TAQWA

Slogan IMAN dan TAQWA ini gampang sekali untuk dinasihatkan kepada orang. Para ustadz selalu mengingatkan dalam setiap majelis ta’lim, ceramah dan khutbah Jum’at. Bahkan merupakan salah satu rukun Khutbah; adalah khatib harus mengajak jamaah untuk meningkatkan iman dan taqwa. Tetapi tidak gampang untuk dilaksanakan, termasuk ustadz yang gencar menyampaikan nasihat itu sendiri. Kalau begitu bagaimana sarananya agar setiap insan selalu dapat memelihara IMAN dan TAQWA sehingga merasa diawasi oleh Allah terus menerus, harus terlaksana paling kurang dua hal penting: 1. Setiap diri harus taat melaksanakan ibadah; bagi ummat Islam sekurangnya perintah shalat, karena dengan demikian dirinya selalu berdzikir (ingat Allah) sekurangnya dalam shalat 5 waktu. Manakala di tempat pekerjaan ketika mulai pagi menjelang dzuhur ada kesempatan berbuat amal buruk. Diri ingat bahwa ketika shalat subuh berdialog dengan Allah. Telah memohon agar “ditunjuki jalan lurus, bukan jalan orang yang dimurkai, bukan pula orang yang sesat”. Sedangkan berbuat kemungkaran, kecurangan, jelas dimurkai Allah, jelas jalan yang sesat. Ingat permohonan itu, maka insya Allah urung melakukan perbuatan tercela tersebut. Begitu selanjutnya diperbaharui lagi mengingat Allah ketika dzuhur dan kembali berkegiatan lagi dan jika bertemu lagi dengan kesempatan beramal buruk, ingat baru saja shalat dzuhur dan seterusnya, begitu pula berbisnis apapun, sampai ashar dan maghrib, merasa tidak lepas dari pengawasan Allah. Bersambung dengan shalat isya setelah menjelang istirahat di kediaman masing2, mereview apa yang telah terjadi guna beristighfar bila ada yang keliru untuk perbaikan keesokan hari dan selanjutnya. وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ (dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar) Al-Ankabut 45. 2. System dalam masyarakat. Mungkin pembaca bertanya, aah itu para koruptor kan shalatnya taat, tiap waktu tak pernah tinggal. Para koruptor kadang haji lebih sekali, umrah saban tahun. Tapi kenapa masih saja korupsi…………..? Ini pertanda bahwa diri ybs, mungkin sekali lagi mungkin belum betul2 menghayati shalatnya, kemungkinan berikut ybs sudah tidak kuat melawan bujuk rayu syaitan. Syaitan akan mendatangi manusia dari berbagai arah. ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (Al-A'raf ayat 17) Oleh karena itu perlu ketaatan pemeluk agama dengan ibadah kepada Allah dibarengi dengan adanya system yang diterapkan agar dapat membentengi kedatangan syaitan dan menguatkan Iman. System dimaksud adalah seperangkat aturan yang harus dibuat sehingga tidak mudah orang berkesempatan melakukan pelanggaran. System dari peraturan2 itu ditegakkan oleh yang punya otoritas, sebagai wakil Allah dimuka bumi ini. Sebagai contoh di Makkah dan Madinah, misalnya; Ketika adzan sudah berkumandang, setiap kegiatan bisnis dihentikan. Pedagang tidak mau lagi menerima pembayaran dari pembelinya, walau sudah putus harga. Barang2 dagangan diselimuti hanya dengan kain tanpa menutup pintu toko, pedagang pergi shalat. Apa sebab demikian, antara lain ada aturan, system yang baku di kedua kota tersebut. Bila seorang pedagang kedapatan menerima transaksi ketika adzan sudah dikumandangkan, akan dianggap melanggar hukum dan dikenakan denda yang tidak sedikit. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Ada aparat yang mengawasi pelaksanaan system. Begitu pula hendaknya di dalam tatanan kemasyarakatan dalam seluruh kegiatan, hendaklah ada system sedemikian rupa sehingga setiap orang bertransaksi apapun, mengurus surat menyurat atau perizinan, mengikuti tender, melaksanakan pembangunan gedung, pembangunan proyek triliunan. Pokoknya dalam interaksi apapun ada suatu system sehingga setiap orang merasa diawasi Allah baik oleh dirinya sendiri, maupun oleh system. Dengan demikian insya Allah tidak akan ada tender berpura-pura, pemenang tender proyek setelah terbongkar menjadi kasus, alamat kantor perusahaannya di dalam gang, pemilik rumah ndak tau rumahnya jadi alamat kantor pemenang tender proyek milyaran rupiah. Pernah kualami ketika membayar rekening langganan rumah tangga (ketika itu belum populer bayar via rekening), disuatu perusahaan pelayanan umum (tidak etis disebut). Tertera dalam tagihan Rp 37.645,-- (tiga puluh tujuh ribu enam ratus empat puluh lima rupiah)................... Untuk memudahkan transaksi karena recehan sampai dua angka di depan koma sudah sulit mendapatkannya. Sedari rumah sudah disiapkan uang pecahan 20 ribu selembar, 10 ribu selembar, 5 ribu selembar, 2 ribu selembar, koin 500 sekeping, koin 200 sekeping. Total menjadi Rp 37.700. seharusnya sudah lebih Rp 55,- ....Tidak pas 645, karena pecahan tersebut sudah agak sulit, ok.lah. Apa yang terjadi para pembaca. Penerima (kebetulan Ibu-ibu sudah lumayan hampir pensiun, mungkin beberapa tahun lagi) mengatakan "kurang Pak!!!" seharusnya 38 ribu. Akhirnya saya ingatkan yang bersangkutan. "Tadi sudah lebih 55 rp". ...............Rupanya ibu kasir itu tetap bertahan minta uang pecahan 50 ribu kebetulan saya juga ada bawa,............ dan kemudian ibu kasir mengembalikan Rp 12.350. Malah hampir pas. Mungkin karena si ibu dalam beberapa detik terfikir benar si pelanggan tadi udah lebih 55rph. ……..Ibu itu tidak mau menerima uang receh tadi, tentulah gengsi sebab sudah menolak.......malah mengatakan kurang. Nggak apalah saya merasa sudah membantu ibu tadi mengingatkan bahwa ada pelanggan yang ngurus soal kecil begini. Karena dosa besar merupakan kumpulan dosa kecil2. Sekecil apapun penerimaan dengan cara yang tidak halal itu adalah haram. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6308) Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits, untuk mengingatkan umat Islam agar tidak meremehkan dosa-dosa kecil yang sering diperbuat. إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّ رَ اتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّ رَ اتِ الذُّنُوبِ كَقَ وْمٍ نَزَلُوا فِي بَطْنِ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، وَجَاءَ ذَا بِعُو دٍ حَتَّى أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ ''Awaslah kalian dari dosa-dosa kecil yang biasa diremehkan, sebab itu semua dapat terkumpul sehingga dapat membinasakan orangnya.'' Lalu beliau membuat perumpamaan, suatu kaum (rombongan) yang turun berkemah di hutan dan ketika tiba waktunya makan, tiap orang keluar mencari lidi serta dahan pohon. Setiap orang mendapatkan satu dahan sehingga terkumpul banyak dan dinyalakan api yang dapat memasak makanan.” (HR Ahmad). System secara lebih luas perlu dibudayakan. Supaya sarana pengingat Allah, mempertebal IMAN dan TAQWA itu bukan saja melekat pada diri, tetapi juga harus dibantu pihak lain, dibantu system sehingga tidak mudah untuk orang berbuat curang, melalui dua jalur yaitu: Pertama; dari dalam diri sendiri masing2 individu masyarakat melalui taat kepada agamanya sehingga takut berbuat dosa karena merasa diawasi Tuhan. Kedua; diawasi dari luar diri dalam bentuk system yang diciptakan oleh suatu bangsa disepakati bersama, pelaksanaannya diawasi oleh otoritas yang berkuasa. Layak kita bersyukur, belakangan ini banyak pembayaran tagihan rumah tangga, pengurusan perizinan, administrasi kemasyarakatan telah menggunakan system elektronik, sehingga mengurangi kemungkinan kecurangan. Tak kurang di kantor2 telah dilengkapi system pengawasan elektronik berupa CCTV. Namun bagaimanapun canggihnya teknologi pengawasan ekstern berupa system itu tadi, bila pengawasan intern berupa selalu taat melaksanakan ibadah, agaknya masih selalu dapat dicari jalan bagi pelaku korupsi, pelaku kecurangan, penipuan dan kemaksiatan menjalankan aksinya. Oleh karena itu kedua sarana IMAN dan TAQWA ini harus berjalan seiring sejalan. Dengan baiknya kedua sarana merawat IMAN dan TAQWA berupa pengawasan diri sendiri yaitu taat kepada Tuhan, diiringi oleh system pengawasan ekstern yang baik; semoga kecurangan, korupsi, penipuan dan kemaksiatan, akan berkurang. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Sabtu, 7 Dzulkaidah 1444 H. 27 Mei 2023 (1.157.05.23).

No comments:

Post a Comment