Sunday 4 December 2022

TAHAP TAU

Terdapat 5 tahapan "Tau". Tahap Pertama; Tidak tau. Bayi manusia begitu terlahir tak tau apa2, hidupnya tergantung orang sekelilingnya. Diantara sekian banyak bayi, adapula bayi yang kurang beruntung ,kelahirannya tidak diinginkan. Dia dibuang ditempat sampah. Kalau bayi itu bernasib baik ditemukan orang. Kadang sampai tua dia tetap tidak tau siapa ibu-bapaknya yang sebenarnya. Walau sudah jelas tak mungkin dianya ada di dunia ini tanpa ibu-bapak. وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَـٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًۭٔا (Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun), Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 78. Tahap Kedua; Ingin tau. Cucuku ketika baru pandai ngomong, rasa ingin taunya begitu besar. Apa saja di sekelilingnya dia tanyakan. Serutan kulit rotan dikursi rotan di rumahku ditanyakan "ini apa datuk?", begitu detil dia betanya terbuat dari apa, dari mana asalnya dst. Ingin tau itu disebabkan diantaranya; karena dianya belum pernah melihatnya. Setelah cucuku klas 4 SD, sekali waktu di ajak libur ke rumah uyutnya di suatu kecamatan di bilangan Jawa Timur. Cucuku tertarik melihat "obat nyamuk bakar", di rumah mereka tdk pernah menggunakan. Cucukupun bertanya, kini dia ingin taunya apa namanya, untuk apa. Karena dirumah mereka produk itu tdk pernah mereka gunakan. Ketiga; Mencari tau. Setelah anak2 bersekolah, mencari tau tidak lagi hanya dengan bertanya langsung dari apa yg dilihat, didengar, dirasakan. Proses mencari tau dengan mengikuti teori2 ilmu pengetahuan. Banyak hal2 yang belum pernah dilihat langsung, tetapi orang lain pernah melihatnya. Orang lain pernah merasakannya, orang lain pernah melakukan penelitian tentang sesuatu, selanjutnya dipublikasikan. Publikasi tersebut dapat diambil untuk sarana mencari tau. Boleh jadi juga untuk mencari tau dengan melakukan penelitian sendiri, merujuk kepada teori2 yang dinyatakan orang terdahulu. Makanya dokumen SK kenabian Muhammad s.a.w. itu dimulai dengan kalimat-kalimat “mencari tau” (Al-Qur’an surat ke 96: Al-'Alaq ayat 1-5) اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan," خَلَقَ الْإِنْسٰنَ مِنْ عَلَقٍ "Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah." اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ "Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia." الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ "Yang mengajar (manusia) dengan pena." عَلَّمَ الْإِنْسٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ "Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." Proses “mencari tau” ini pernah dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim, bahkan yang dicari tau oleh Nabi Ibrahim adalah tentang TUHAN seperti diabadikan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-An’Am ayat 76,77 dan 78. Proses “mencari tau”, Nabi Ibrahim disudahi dengan petunjuk Allah, tentang siapa sesungguhnya Tuhan pencipta sekalian alam itu. Hal tsb diabadikan dalam Al-Qur’an قَالَ لَئِنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَ كُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّآ لِّيْنَ "Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."" Keempat; Menjadi tau. Hasil dari tahap ketiga diatas, seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan. Berkat belajar dari teori2 para pendahulu. Oleh karena itu manusia yang belajar, bersekolah memungkin diusia relatif muda sudah banyak hal2 yang diketahui, karena dapat merangkum ilmu2 orang2 terdahulu. Perlu diketahui bahwa sampai habispun usia ini ilmu yang diturunkan Allah, tidak akan mungkin untuk dikuasai seorang manusia. Oleh sebab itu tak seorangpun yang dapat mengklaim dirinya paling berilmu. Terbentuklah cabang2 ilmu pengetahuan baik dibidang agama maupun dibidang ilmu2 pengetahuan dunia. Banyak manusia yang mengkhususkan diri dengan ilmu pengetahuan tertentu. Kelima; Memberi tau. Tahap terakhir tentang “TAU”, adalah memberitahukan apa yang sudah diketahui dengan mengajarkan kepada orang lain, atau mempraktekkan apa yang sudah diketahui dalam kehidupan. Menularkan ilmu pengetahuan adalah merupakan ladang kebaikan yang dapat dipanen terus menerus oleh pengajar, walaupun dia sudah tiada. Mempraktekkan ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki untuk membantu orang lain, adalah sesuatu kebaikan yang dinilai baik oleh sesama manusia dan tentu mendapatkan ganjaran yang besar disisi Allah. Semoga sekecil apapun ilmu yang kita miliki bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, bernilai sebagai kebaikan pula disisi Allah. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Jumadil Awal 1444 H. 4 Desember 2022. (1.068.12.22).

No comments:

Post a Comment