Saturday 24 December 2022

Menyikapi COBAAN

Siapa saja, dalam kehidupan ini pasti pernah atau sedang atau akan mendapatkan cobaan. Bentuk cobaan pada dasarnya ada dua yaitu: cobaan yang menyakitkan dan cobaan yang menyenangkan. Kedua jenis cobaan ini berdampak hampir sama. Banyak orang yang tidak berhasil mengatasi cobaan menyakitkan, luntur imannya. Tidak sedikit pula orang yang terjerembab kelembah nista karena mendapat cobaan kesenangan. Khusus cobaan yang menyakitkan Allah mengingatkan di dalam surat Al-Baqarah ayat 155: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَىْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوٰلِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ  ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِينَ "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," Bentuk cobaan yang menyakitkan menurut ayat di atas dikelompokkan menjadi 5 macam cobaan yaitu: 1.Ketakutan, 2.Kelaparan, 3.Kehilangan harta benda, 4.Kehilangan jiwa, 5.Kegagalan usaha, dilambangkan di dalam ayat kekurangan buah-buahan. Lebih jauh dapat disetarakan dengan kegagalan panen, dengan demikian bermakna kegagalan dalam usaha. KETAKUTAN Belakangan ini, rasa aman sudah semakin tidak dapat dinikmati oleh masyarakat. Naik angkot khawatir ketemu penodong, bahkan untuk kaum wanita lebih sedih lagi, selain penodong, juga pemerkosa. Di toko-toko/supermaket yang buka 24 jam dikabarkan sering terjadi rampok. Di perkampungan selalu diintai maling. Curanmor saban hari jadi berita. Belum lagi berbagai model penipuan; mulai dari penipuan investasi bodong, penipuan via medsos, melalui HP. Semua ini masuklah dalam musibah yang ditegaskan ayat 155 dari surat Al-Baqarah di atas. KELAPARAN. Adalah menyangkut perekonomian, jadi bila kini segalanya naik, kemampuan beli untuk memenuhi urusan perut sudah semakin sulit dengan naiknya harga segala yang berhubungan dengan dapur, mulai dari gas untuk memasak, bahan bakar kendaraan untuk pengangkutan makanan naik, diikuti semua kebutuhan hidup naik, ini suatu cobaan yang telah disebutkan di ayat dikutip di atas. Masih banyak saudara kita makan hanya sekedarnya, belum dapat membuat kenyang memenuhi standar kebutuhan kalori. Secara umum kita patut bersyukur belakangan ini cobaan akan makanan ini tidak mendera untuk seluruh masyarakat. Tidak seperti halnya pernah terjadi disuatu periode di masa lampau di negeri kita ini, keperluan hidup utama seperti beras susah dicari. Bagi pembaca yang sudah berusia tujuhpuluh tahun lebih, tentu masih merasakan dalam era tahun enampuluhan bangsa kita pernah mengalami kesulitan menyeluruh. Walau ada uang tetapi beras yang susah didapat. KEHILANGAN HARTA Adapun cobaan ketiga dapat dipetik dari ayat di atas adalah “Kehilangan harta benda”. Cobaan ini boleh jadi terkait dengan tidak aman dalam kehidupan bermasyarakat. Berhubungan erat dengan cobaan kedua yaitu banyak anggota masyarakat yang lapar. Sehingga apa boleh buat harus memenuhi kebutuhan mendasar berupa makan dengan mengambil harta orang lain, bila perlu merampok dan menghilangkan nyawa orang lain. Kehilangan harta benda dapat juga terjadi lantaran musibah dan bencana alam, seperti tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin puting beliung. KEHILANGAN JIWA. Sedangkan cobaan yang keempat berupa kehilangan jiwa. Bagaimapun panjang usia kita, sudah pasti akan datang suatu saat jiwa berpisah dari raga. Keluarga yang ditinggalkan mendapat musibah atau cobaan berupa “kehilangan jiwa” orang yang disayangi, atau bahkan dia adalah tulang punggung keluarga, sebab dari diri yang kehilangan jiwa itulah diharapkan sumber penghidupan. KEGAGALAN USAHA. Terakhir atau yang kelima cobaan yang diabadikan dalam ayat tadi adalah “kegagalan usaha”. Petani gagal panen, pengusaha merugi, pedagang sulit pembeli. Semua cobaan ini kadang terkait satu dengan lainnya, saling pengaruh dan berhubungan seperti diungkap di atas. Itulah bentuk-bentuk cobaan yang pernah dialami, atau mungkin akan dialami, atau mungkin sedang dialami kita sebagai individu dan mungkin sebagai bangsa. Sebelumnya sudah diberitahukan oleh pencipta alam ini dan pencipta diri kita manusia yang menghuni sementara alam dunia ini pada ayat-ayat di atas. SOLUSI MENYIKAPI MUSIBAH. Allah memberikan solusi mengatasi cobaan/musibah di atas melalui ayat-ayat 153 dan 156 surat Al-Baqarah dengan tiga langkah yaitu: SABAR, SHALAT DAN BERSERAH DIRI. Langkah pertama; SABAR. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ  ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصّٰبِرِينَ "Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah ayat 153) Sabar, bilamana mendapatkan musibah menyakitkan/menyedihkan/menyusahkan, tidaklah bersedih terlalu dalam, sehingga berputus asa seakan-akan tidak mau hidup lagi. Memandang dunia ini sudah gelap, tidak lagi mau berikhtiar untuk hidup. Karena menerima musibah itu, sampai menjauhkan diri kepada Allah. Sementara itu jika mendapat cobaan musibah yang menyenangkan, dapat mengekang diri agar tidak pongah, menepuk dada dan mengekang diri tidak menggunakan kesenangan itu justru untuk berbuat maksiat  terhadap Allah. Jangan sampai lantaran kenikmatan diterima dari Allah justru meninggalkan ibadah kepada Allah. Langkah kedua;SHALAT. Dalam pengertian, dalam keadaan apapun, dalam keadaan mendapatkan cobaan yang menyakitkan/menyedihkan maupun cobaan yang menyenangkan dan menggembirakan, tetap shalat sebagai wujud bertaqwa kepada Allah, tetap menjalankan perintah Allah dan tetap menjauhi larangan Allah. Langkah ke tiga; BERSERAH DIRI. Seperti tersurat pada ayat ke 156 surat Al-Baqarah: الَّذِينَ إِذَآ أَصٰبَتْهُمْ مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رٰجِعُونَ "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (Al-Baqarah ayat 156) Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. Bukan tidak mungkin, terutama dalam menghadapi cobaan yang menyakitkan, menyedihkan, berupa ketakutan, kelaparan, kematian dan kehilangan harta, kegagalan usaha yaitu sulit mendapatkan rezeki. Kita sudah bersabar dan berikhitar, kita sudah shalat dalam rangka bertaqwa dan berdo’a, tetapi belum juga kunjung datang penyelesaian, belum juga kita dapat keluar dari kemalangan-demi kemalangan. Bila tidak diikuti dengan langkah ketiga ini yaitu berserah diri, disitulah nanti orang tersebut akan terjerumus kepada kelunturan iman. Akan keluar dari mulutnya atau mungkin sampai kehatinya bahwa percuma sudah sabar, percuma sudah bertaqwa, tetapi tetap juga suasana tidak berubah. Mendingan kalau begitu kumenyeberang saja kepada keyakinan lain yang membawa kemusyrikan. Semoga kita semua pembaca makalah ini yang insya Allah mempunyai iman yang kuat, tidak akan luntur imannya bila menerima cobaan dan makanala mendapatkan musibah tersebut cepat-cepat mengembalikannya kepada Allah S.w.t., dengan kalimat berserah diri atau kalimat ISTIRJA “INNALILLAHI WAINNA ILAIHI RAJIUN”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Terjemahan dari ayat 157 surat Al-Baqarah berikut ini. أُولٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ  ۖ وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ Semoga Allah senantiasa membimbing kita menjadi manusia yang sabar, shalat dan berserah diri. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Jumadil Akhir 1444 H. 25 Desember 2022. (1.077.12.22)

No comments:

Post a Comment