Tuesday 20 December 2022

SILANG SENGKETA

Berbicara tentang silang sengketa, ternyata bukan monopoli milik manusia, hewan walau dengan species yang sama juga sering bersengketa. Hanya saja pemicu sengketa beberapa jenis hewan, terbatas soal teritorial, makanan dan memperebutkan pasangan. Pemicu sengketa antar manusia, lebih kompleks ketimbang hewan. Sengketa teritorial bagi manusia, bukan saja terjadi antar perseorangan, sesama saudara kandung, perseorangan dengan perusahaan, bahkan antar negara. Marak sekarang sengketa tentang tanah tempat berumah, sengketa lahan perkebunan. Di satu sisi penduduk asli di pedalaman telah lama mengusahakan suatu lahan (tanpa memiliki legalitas sertifkat kepemilikan), harus bersengketa dengan suatu perusahaan besar yang mendapat HGU. Sengketa antar negara; tapal batas, kepemilikan suatu pulau, sering menjadi sengketa negara satu dengan negara yang lain saling klaim kepemilikan. Sengketa makanan, buat manusia lebih luas lagi menyangkut soal rezeki. Tak jarang saling sikut, kadang berujung korban jiwa. Sengketa tempat usaha, contoh kecil sengketa lahan parkir, sampai ke masalah sengketa merek dagang. Bagi manusia sengketa terpicu soal pasangan tidak sevulgar pada hewan, namun tetap ada walau sangat sedikit. Dampaknyapun kadang luar biasa, sampai menghilangkan nyawa. Sering juga berakhir di meja hijau. Sengketa tidak kalah serunya buat manusia, perkara sengketa beda pendapat, sengketa beda pilihan. Di suatu negara demokrasi, beda pendapat dan beda pilihan ini dihormati, seyogyanya tidak meruncing jadi sengketa. Sengketa TIDAK berpotensi terjadi bila masing2 kubu taat kepada aturan “kelola perbedaan” yang telah disepakati. Beda pendapat manusia satu dengan manusia lain adalah merupakan bawaan lahir. Sampai2, anak manusia terlahir kembar identik saja tidak seluruh pendapat dan pilihan mereka sama, apalagi manusia lain ibu-bapak, lain daerah tempat dilahirkan. Maka sangat wajar berbeda pendapat, lumrah berbeda pilihan. Allah menjadikan manusia ini tidak satu, berbeda-beda pendapat, ayat2 yang erat dengan pembahasan ini baik dikutip berikut ini: وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وٰحِدَةً  ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ "Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)," (QS. Hud 11: Ayat 118) وَلَوْ شَآءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وٰحِدَةً وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتٰىكُمْ  ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِ  ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُون Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan," (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 48) وَلَوْ شَآءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وٰحِدَةً وَلٰكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَآءُ فِى رَحْمَتِهِۦ  ۚ وَالظّٰلِمُونَ مَا لَهُمْ مِّنْ وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ "Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka pelindung dan penolong." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 8) Perbedaan pendapat, perbedaan pilihan adalah sunatullah terjadi buat kita manusia, namun hendaklah dikelola dengan baik, sesuai kesepakatan bersama dengan itikad baik. Artinya masing2 dengan penuh kejujuran tanpa kecurangan mentaati kesepakatan bersama itu. Karena apabila perbedaan pendapat, perbedaan pilihan itu menjadikan suatu masyarakat “silang sengketa” akan menghabiskan energi sehingga kekuatan suatu bangsa akan menjadi hilang. Perhatikan peringatan Allah berikut ini: "........... وَلَا تَنَا زَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ ............." ",,,,,,,,, dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang ..........." (QS. 8 = Al-Anfal ayat 46). Bagi ummat Islam, Allah secara khusus memberikan petunjuk untuk “mengelola perbedaan pendapat” seperti ayat berikut ini: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِى الْأَمْرِ مِنْكُمْ  ۖ فَإِنْ تَنٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْأَاخِرِ  ۚ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 59). Bangsa kita yang dalam waktu tidak terlalu lama lagi akan menghadapi “pesta demokrasi” dimana akan marak terjadi perbedaan pendapat, perbedaan pilihan. Semoga Allah memberikan petunjuk dan melindungi kita semua, sehingga terhindar dari silang sengketa. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 26 Jumadil Awal 1444 H. 20 Desember 2022. (1.075.12.22)

No comments:

Post a Comment