Wednesday 21 December 2022

GEMPA

Gempa bumi dengan kedalaman 10 km yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 21 November 2022 pukul 13.21 WIB. Gempa ini dirasakan hingga Bandung, DKI Jakarta, Tangerang, Rangkasbitung, dan Lampung. Seorang ustadz; pengasuh pesantren di Cianjur, beberapa tahun membangun bangunan permanen ruang belajar, asrama dan masjid di lokasi musibah. Gedung rampung pertengahan November 2022, direncanakan Desember 2022 akan ngundang sahabat kolega ustadz dari Jakarta dan pejabat setempat untuk peresmian bangunan baru berbiaya 6M tsb. Manusia berencana Allah jua yang menentukan, musibah datang terutama seperti gempa tak dapat diprediksi. Hanya dalam hitungan detik bangunan dibangun 3 tahun lebih itu hancur tak mungkin untuk direnovasi tambal sulam, kecuali dihancurkan baru dibangun kembali. Mungkin yang masih dapat digunakan adalah kubah masjid. Untungnya tak seorangpun santri beliau jadi korban. Menurut arti bahasa musibah adalah kejadian yang tidak diinginkan berkonotasi duka, menyedihkan, mengecewakan. Boleh jadi terkena penyakit, menderita kerugian, kehilangan sesuatu barang atau orang yang disayangi. Termasuklah gempa bumi. Menurut pemahaman religi makna musibah dapat dilihat dari dua sisi. Di satu sisi musibah dapat berwujud seperti termaktub di kalimat di atas dengan konotasi melahirkan duka. Disisi lain musibah dapat datang bersampul kesenangan, kebahagiaan dan kesuksesan. Musibah dalam arti apapun, merujuk Al-Qur'an, berulangkali disebutkan bahwa musibah tak terjadi tanpa izin Allah. Untuk mendukung renungan ini, dikutip ayat 22 dan 23 surat Al Hadid. مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَهَا; اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. Di ayat 22 diketahui bahwa musibah apapun baik yang menyedihkan maupun menggembirakan semuanya telah tercatat sebelum terwujud. Kemudian dijelaskan Allah di ayat 23. 1. Agar kita bila mendapat musibah yang menyedihkan, tak menyenangkan tidak terlalu bersedih hati berkepanjangan. Harusnya bersabar dan berdo'a agar musibah berlalu, dengan demikian mendapat musibah justru insya Allah mendapat pahala disisi Allah. 2. Giliran dapat musibah yang membahagiakan, menyenangkan, tidaklah lupa diri, lupa bahwa kebahagiaan, kesenangan itu anugrah Illahi yang sepantasnya untuk disyukuri. Dengan demikian kebahagiaan tidak disalah gunakan, tidak sombong, sebab Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. Dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan Radhiyallahu anhu ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya”. Ustadz yang pesantrennya hancur karena musibah gempa Cianjur tersebut memandang bahwa: Pertama; musibah ini adalah sebagai ujian Allah dipetik surat Al-Ankabut ayat 2 dan 3: أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوٓا أَنْ يَقُولُوٓا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ  ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِينَ "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" (ayat 2} "Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (ayat 3) Kedua; Hikmahnya semakin insyaf bahwa betapa besarnya dan dahsyatnya kekuasaan Allah. Bangunan phisik yang dibangun lebih dari 3 tahun dengan biaya milyaran rupiah, cukup dalam waktu ukuran detik hancur berantakan. Dalam konteks bahan2 bangunan seperti: besi beton, semen, pasir, dan segalanya untuk proses membangun adalah Allah yang menciptakan. Analoginya bagaikan diingatkan Allah seperti didalam surat Al-Waqi’ah 63 sampai 65: أَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُونَ ءَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ الزّٰرِعُونَ لَوْ نَشَآءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطٰمًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ "Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam?" (ayat 63) "Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan?" (ayat 64) "Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang," (ayat 65) Ketiga; semakin sadar bahwa bumi dan langit serta semua isinya termasuk diri2 ini adalah milik Allah, sehingga meluncurlah kalimat yang dipetik dari ayat 156 surat Al-Baqarah: الَّذِينَ إِذَآ أَصٰبَتْهُمْ مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رٰجِعُونَ "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." Semoga ujian musibah ini, menambah kuat iman bagi yang terdampak langsung, maupun warga bangsa yang jauh dari lokasi bencana. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 28 Jumadil Awal 1444 H. 22 Desember 2022. (1.076.12.22)

No comments:

Post a Comment