Sunday 25 December 2022

Cobaan KESUKSESAN

Umumnya, lazim dipahami bahwa cobaan adalah sesuatu yang menyakitkan. Padahal kesuksesan, keberhasilan, kebahagiaan, kejayaan; sering diwakili oleh kata “kenikmatan” juga merupakan wujud dari cobaan. Banyak orang yang berhasil lulus dalam ujian atas suatu yang menyakitkan, tidak menyenangkan. Tetapi justru banyak orang yang tidak lulus dicoba dengan kesuksesan, keberhasilan, kebahagiaan, kejayaan, kenikmatan. Jikalau kita ingin menghitung nikmat Allah takkan sanggup kita menghitungnya sampai keluar penegasan Allah di dua ayat dikutip dibawah ini surat 14 (Ibrahim) ayat 34 dan surat 16 (An-Nahl ayat 18) وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَظَلُومٌۭ كَفَّارٌۭ “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)” وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Secara rinci, sekalipun dengan peralatan secanggih apapun; nikmat Allah tak dapat dihitung, namun besarannya bolehlah kita ambil beberapa diantaranya yaitu secara umum: Nikmat kesehatan, Nikmat umur, nikmat kesempatan. Secara khusus kepada sedikit orang diberikan Allah nikmat: 1. Kekayaan berlimpah, 2. Jabatan, kekuasaan, pengaruh yang luas. 3. Anak2 keturunan yang sehat2, cerdas berprestasi, dipersiapkan untuk mengelola kekayaan yang berlimpah agar tak habis sampai puluhan keturunan. Anak2, cucu2 dan kalau memungkin sampai cicit2 keturunan secara berkesinambungan berkuasa sampai kiamat. Semua nikmat Allah yang diberikan kepada sedikit orang, diantaranya diformulasikan di atas digambarkan dalam Al-Qur’an: إِنَّمَآ أَمْوٰلُكُمْ وَأَوْلٰدُكُمْ فِتْنَةٌ  ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar." (QS.64 = At-Taghabun, ayat 15) وَمَآ أُوتِيتُمْ مِّنْ شَىْءٍ فَمَتٰعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا  ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقٰىٓ  ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ "Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti?" (QS. 28 = Al-Qasas, ayat 60). Atas kenikmatan2 yang Allah berikan kepada manusia, baik kepada kita semua sebagai orang kebanyakan, maupun bagi sedikit orang yang memperoleh anugerah kekayaan, jabatan, dan keturunan yang baik tersebut di atas, akan dimurkai Allah bilamana tidak bersyukur. Dalam hal ini Allah me-wanti2 di dalam Al-Qur’an surat 14 (Ibrahim) ayat 7: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" Dalam sejarah peradaban manusia diriwayatkan bahwa terdapat anak manusia yang mendapatkan anugerah kekuasaan yang belum pernah diberikan Allah kepada manusia sebelumnya dan juga tak akan diberikan Allah kepada orang sesudahnya yaitu “Nabi Sulaiman”. Mengenai kekuasaan Nabi Sulaiman, diberikan Allah dengan mengabulkan do’a Nabi Sulaiman tersebut, sampai diabadikan dalam Al-Qur’an surat Shad ayat 35 sampai 37: قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِى وَهَبْ لِى مُلْكًا لَّا يَنۢبَغِى لِأَحَدٍ مِّنۢ بَعْدِىٓ  ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِى بِأَمْرِهِۦ رُخَآءً حَيْثُ أَصَابَ وَالشَّيٰطِينَ كُلَّ بَنَّآءٍ وَغَوَّاصٍ "Dia berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi."" (ayat 35) "Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya," (ayat 36) "dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam," (ayat 37) Atas kekuasaannya yang begitu hebat itu, Nabi Sulaiman tidaklah berbangga diri, tidaklah sombong, namun tetap bersyukur kepada Allah seperti terukir dalam Al-Qur’an surat ke 27 (An-Naml) ayat 40. قَالَ الَّذِى عِنْدَهُۥ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ  ۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُۥ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ  ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ  ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ "Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia."" Di ayat 40 An-Naml di atas diketahui bahwa sehebat-hebatnya kekuasaan Nabi Sulaiman, masih memerlukan bantuan pihak lain untuk mewujudkan kemauannya yaitu “seorang yang mempunyai ilmu dari kitab”. Setelah kemauannya terwujud, Nabi Sulaiman tidak lupa bersyukur kepada Allah, selanjutnya memandang hal tersebut sebagai ujian kesyukurannya kepada Allah. Semoga Allah menjadikan kita semua menjadi hamba2-Nya yang pandai bersyukur. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 2 Jumadil Akhir 1444 H. 26 Desember 2022. (1.078.12.22)

No comments:

Post a Comment