Wednesday 28 December 2022

GILIRAN ber JAYA

Tujuanku hari itu, ingin pulang ke kediaman kami di kampung seberang. Ku toleh kiri kanan bahkan sampai ku cari ke warung2 seputar pangkalan penyeberangan (bahasa daerahku "kalan tambang"), tak seorangpun kuliat. Kulangkahkan kakiku menuju ke pinggir sungai, ternyata ada sampan kecil tertambat lengkap dengan dayung (pengayoh bahasa kampungku). Spontan kunaiki sampan itu, kulepas talinya, kudayung menuju seberang. Soal mendayung sampan meskipun tidak terlalu mahir, aku sudah terbiasa, merupakan ketrampilan yang harus dimiliki "anak tepian sungai" sezaman denganku. Kuamati di tumpukan property si empunya di dalam sampan, terdapat sebungkus gula pasir setengah kiloan, agaknya pemilik sampan meninggalkan sampannya untuk melengkapi belanjaannya di pasar setengah kilometeran dari “kalan tambang”…... Sesampai di seberang ku dapati salah seorang yang pekerjaannya se-hari2 sebagai pendayung sampan memungut sewa dari penumpang ("penambang", istilah setempat). Setelah nego, dia bersedia menggandeng sampan itu kembali ke tempat asalnya, nanti setelah penumpang perahu miliknya penuh, dia menuju ke seberang. Untuk bantuannya itu keberikan balas jasa 20 ribu rupiah. Baru saja aku melangkah beberapa tindak dari pinggir sungai menuju rumah kami sekitar satu kilometer dari “kalan tambang”, kakiku menyentuh bantal guling, sampai batal gulingku jatuh dari tempat tidur. Kulihat jam di depan kamar mandi tak jauh dari tempat tidur kami, menunjukkan pukul 02.30., rupanya itu dinihari. Agaknya alam bawah sadarku kembali ke masa kecil sampai remajaku, berdiam di tepian sungai Pawan. Sungai Pawan yang membelah kotaku dengan kecamatan sekitarnya, dulu dibawah tahun 1980, hanya mungkin diseberangi dengan sampan atau perahu bermesin. Kini sudah terbaring jembatan menghubungkannya. Dengan adanya jembatan itu sejumlah kawan2ku dulunya “penambang” entah kerja apa, sebab hampir tak ada lagi pengguna jasa menyeberangkan orang, kendaraan, menggunakan jasa mereka. Jembatan penyeberangan telah meng kanibal mata pencarian "Penambang". Kejayaan Penambang pun habis waktunya fungsinya digantikan jembatan. Era 2000 an menjamur di kota2 besar wartel kemudian warnet. Eee sekarang produk itu mati dengan sendirinya di kanibal oleh hand phone canggih, bukan saja dapat nelpon tapi dapat internetan, video call. W.A. Instagram…….. Masih segar ingatanku, tahun 1970 an hanya rumah orang tertentu yang terpasang telepon, saking khususnya rumah yang terpasang telepon tertulis “ada telepon”. Kejayaan warnet kini dipergilirkan oleh mobile phone, populer dengan nama “HP”. Sebelum era telepon digital yang diputar, ketika ku bertugas di Surabaya 1973, telepon di kota terbesar kedua di Indonesia itu, bertelepon harus disambungkan oleh operator Telkom, dengan menyebutkan “Utara nomor..” atau “Selatan nomor..”. Sekarang sudah hampir semua rumah tangga sudah menghentikan berlangganan telepon kabel. Transportasi berbasis online kini di Jakarta juga kota2 besar agaknya sudah mengkanibal angkutan konvensional taxi termasuk angkot dan Bajay. Begitu pengakuan supir taxi angkot dan Bajay. Walau pengusaha menyikapi dangan menurunkan setoran. 3 Tahun lalu, “T.T.” seorang pengemudi Bajay mengantarkanku dari rumah ke Stasiun K.A. Gambir mengisahkan sebelum tersaing oleh transportasi online, setoran Rp 130 ribu, sekarang diturunkan jadi Rp 80 ribu/hari. Tapi,..; sambungnya: "lebih mudah cari Rp 130 ribu ketimbang Rp 80 ribu". Masuk di akal, Bajay pasti kalah bersaing dengan "online transport", sebab dari rumahku ke Gambir (3 tahun lalu sebelum BBM naik) cuma belasan ribu ndak usah nawar. Bang T.T. supir Bajay dari rumahku ke Gambir semula pasang tarif Rp 25 ribu, setelah nego dapat Rp 20 ribu. Jelas aman, nyaman dan murah pakai "on line". Nah kejayaan moda transportasi konvensional kini tengah digilirkan dengan moda transportasi berbasis online. Belakangan sudah banyak komoditi yang dapat dibeli dengan tidak banyak lagi melangkahkan KAKI, cukup dengan JARI…... Alamat sebentar lagi gedung toko2 serba mewah akan kekurangan pengunjung, lambat laun harus menerima kenyataan, pergiliran kejayaan, karena pelanggan akan beralih "belanja menggunakan JARI". Mall yang dibangun besar2 indah jika tidak diikuti inovasi pelayanan, bakal sepi pelanggan. Komoditi apa saja, mulai dari makanan, alat electronik, pakaian, perabot tukang dan perabot rumah tangga semuanya dapat dipesan dengan JARI. Begitupun keberjayaan kekuasaan suatu bangsa, suatu dinasti, mesti di pergilirkan, sejarah dunia mencatat hal tersebut secara lengkap. Pernah berkuasa dinasti DAWUD, terkenal dengan anaknya SULAIMAN. Menyusul Raja Namrud, Fir’aun, Kaisar Romawi dan dinasti2 Kekaisaran Cina. Dengan demikian adalah alami jika yang berkuasa selalu ganti berganti. Di negeri kita ada istilah zaman ORLA, Zaman ORBA, Zaman Reformasi dan zaman2 apa lagi, pasti Ke JAYAAN itu akan di PERGILIRKAN. Menyoal tentang pergiliran berjayanya suatu produk, keberjayaan suatu bangsa, keberjayaan suatu dinasti, bila disimak tuntunan Al-Qur'an memang merupakan sunnatullah, Allahpun memberitahukan: وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَلِيَـعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman”. (Ali Imran ayat 140) Penggalan dari ayat ini, memberikan informasi, kejayaan dan kehancuran memang diatur oleh Allah termasuk juga kejayaan berwujud kekuasaan. Kadang bila diliat seorang Raja disebuah kerajaan yang berkuasa dan kuat dalam berbagai sudut, sepertinya tak mungkin tergantikan. Yang terjadi sebaliknya Kaisar dan Raja yang besar bagaimanapun juga jatuh, dipergilirkan. Begitu pula suatu produk, akan habis masa tenarnya, kemudian digantikan produk yang lainnya. Itu semua dikondisikan Allah agar manusia semakin hari semakin cerdas, karena terus menerus berinovasi. Sekaligus untuk menguji orang yang beriman, apakah dengan jatuhnya produk yang sedang ia geluti, ybs. berputus asa atau tawakkal kemudian lanjut berikhtiar mencari karunia Allah lainnya yang tersedia demikian banyak. Juga untuk menguji orang beriman apakah akan mengkultuskan seseorang yang sedang berkuasa, menyanjung, memujinya setinggi langit, sehingga se-olah2 sudah tidak ada lagi yang lebih baik dari diri si penguasa yang sedang berkuasa, atau hanya yakin dan percaya bahwa satu2nya ALLAH, berkuasa mutlak tak tergantikan. Sedangkan kekuasaan kejayaan manusia pasti dipergilirkan. Wain yakun shawaban faminallah. Wa in yakun khathaan faminni waminassyaitan. Wallahu warasuluhu bari ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datang dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti datangnya dariku sendiri dan dari syaitan. Allah serta RasulNya berlepas diri dari padanya). Barakallahu fikum. Wallahu 'alam bishawab. وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif arbi. Jakarta, 4 Jumadil Akhir 1444 H. 28 Desember 2022. (1.079.12.22)

No comments:

Post a Comment