Thursday 19 May 2022

TANGKAL HINA dan SENGSARA

Dalam status sosial dan strata apa saja manusia tak ingin kehinaan dan kesengsaraan. Sebaliknya ingin dihargai dan bahagia, kalaulah tidak dihargai setidaknya janganlah sampai dihina. Kalaulah tidak bahagia-bahagia amat sekurangnya tidaklah sengsara. Konsep menangkal kehinaan dan kesengsaraan, yang mungkin patut kiranya dipertimbangkan oleh para pembaca, ada 2 (dua) besaran seperti berikut: PERTAMA; Berpegang kepada agama Allah, dalam pengertian bukan sekedar beragama, tetapi menta'ati aturan agama tersebut dengan maksimal. Adapun aturan agama itu ada panduannya. Sebagai contoh bagi pemeluk agama Islam, sumber “utama” aturan itu adalah “Al-Qur'an dan Hadits”. Untuk melaksanakan ibadah kepada Allah kata KUNCINYA apabila jelas ada perintah Al-Qur'an dan suruhan Rasul-Nya atau dicontohkan Rasulullah. Diluar itu dapat saja terjerumus ke-sia-sian, ditolak ibadah tsb. Ibadah kepada Allah inilah yang disebut hablum minallah. Ibadah yang dibuat-buat berpotensi dihinakan atau saling menghina, bermuara kepada kesengsaraan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan, أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867) Melalui you tube akhir2 ini sering dijumpai ada tontonan. tentang bagaimana ada beberapa ustadz yang kadang membicarakan hal-hal tertentu menyangkut; kata sebagian ustadz tak ada tuntunan dari Rasulullah, sementara disanggah ustadz yang lainnya, juga dengan mengetengahkan dalil2. Keadaan demikian ini nampaknya kurang bagus di publish. Sebaiknya para ustadz2 yang berbeda pendapat tersebut mendiskusikannya sesama mereka, misalnya bertemu silaturahim, diskusi mereka tersebut sekali lagi bukan untuk konsumsi publik, agar orang2 awam tidak bingung. Kalau terus2an berpolemik di you tube, bukan mustahil keceplosan saling merendahkan, ujung2nya akan saling hina dan yang demikian itu pangkal kesengsaraan. KEDUA; Agar diri tidak terhina dan sengsara adalah memelihara hubungan sesama manusia, dalam artian bukan hanya kepada seiman saja tetapi kepada semua manusia. Sebab memang Allah ciptakan manusia ini tidak satu dalam keimanan. Untuk referensi ditemukan banyak ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa dunia ini dihiasi banyak keyakinan a.l. ........... ۗ اَفَلَمْ يَايْـئَسِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْ لَّوْ يَشَآءُ اللّٰهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيْعًا ۗ ................." " .........Maka tidakkah orang-orang yang beriman mengetahui bahwa sekiranya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya...................." (QS.13 Ar-Ra'd ayat 31). Kata kunci untuk melaksanakan kegiatan perilaku aktivitas hidup termasuk berhubungan sosial kemasyarakatan. Kata kuncinya: SEPANJANG TAK ADA LARANGAN dari Al-Qur'an dan Rasul-Nya dapat dilakukan untuk berbuat kebaikan. Justru perwujudan iman itu adalah perbuatan kebajikan, kemaslahatan manusia. Bukan sebaliknya menebar kebencian, perpecahan dan teror. Iman adalah abstrak, sebagai bukti iman, terkonkritkan dalam perbuatan kebaikan dimaksud. Bila banyak orang sudah tidak lagi berbuat baik kepada sesama, bahkan sebaliknya seperti dikemukakan di atas, maka yang terjadi kehinaan dan kesengsaraan. Contoh kejadian perbuatan terorisme, menimbulkan kesengsaraan banyak orang yang tidak berdosa dan dampaknya banyak pihak yang mendapat hinaan setidaknya persepsi kurang baik. Sehingga stempel teroris kadang dicapkan kepada kelompok tertentu. Kembali ke pokok tulisan konsep Islam agar terhindar dari kehinaan dan kesengsaraan, mari kita simak: ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْۤا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْۢبِيَآءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas." (QS Ali Imran 112). Semoga kita semua sanggup menghindari kehinaan dan kesengsaraan di dunia dan di akhirat dengan berhasil taat menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 18 Syawal 1443 H. 19 Mei 2022. (961.05.22)

No comments:

Post a Comment