Friday 6 May 2022

DORONGAN MUDIK

Berbicara perihal dorongan mudik saat Idulfitri sepertinya dapat dikelompokkan: 1. Refreshing. Selama sebelas bulan hidup di kota, penuh dengan kesibukan. Perlu setahun sekali ganti suasana, menghibur diri melupakan sejenak suasana tempat bekerja. Boleh jadi orang dari kota besar mudiknya ke kampung halaman. Dimana kampung halamannya di kota kecil. Adapula yang selama sebelas bulan bekerja di pedalaman, setahun sekali mudik ke kota besar tempat asalnya dilahirkan. 2. Nostalgia, dapat kembali makan, minum kesukaan ketika masih kecil yang paling enak jika dinikmati langsung di daerah asalnya. Juga dapat lagi melihat tempat2 bermain ketika masih kecil, serta bersua kembali dengan teman2 sepermainan yang masih hidup. 3. Dorongan Teramat Penting bersimpuh dihadapan ORTU. Di ruang yang terbatas ini “dorongan teramat penting” ini diberikan kupasan yang khusus. Kebanyakan penduduk kota2 besar, berasal dari pedesaan (lazim di sebut kampung). Sanak famili berasal dari kampung. Kalaulah kedua Ortu atau salah satunya masih hidup di kampung, maka mudik menjadi hal yang sangat penting. Karena mumpung Ortu masih hidup dapat sungkem, secara formil dan dengan sungguh2 mohon ampunan dan maaf dari mereka atas kesalahan2 kita. Karena bila adalah kata2, sikap2, perbuatan2 kita yang mereka tidak redha, begitu besar akibatnya. Tersebut kisah di era Rasulullah masih hidup. Seorang sahabat bernama Al-Qamah. Sejak masa muda ia dikenal saleh. Patuh, setia, dan taat beragama. Al-Qamah selalu ada di shaf depan di antara sahabat lainnya setiap shalat berjamaah. Dia juga dikenal sangat santun terhadap ibunya. Ayahnya sudah meninggal, segala kepentingan ibunya tidak ia abaikan. Tak sampai hati ia membiarkan ibunya mengambil air. Sesudah al-Qamah beristri dan tinggal di rumah sendiri, disengaja atau tidak, ia kurang memberi pelayanan kepada ibunya. Tetapi, ibunya tidak melapor tentang kekurangannya, hanya diam saja. Orang sekitar tak tahu bahwa ibu Al-Qamah sakit hati. Kemudian, terbetik berita bahwa Al-Qamah sakit. Sakitnya tambah berat. Para sahabat berjaga-jaga ketika tampak ia seperti mau meninggal, mereka silih berganti untuk mentalqinkan, "Laa ilaaha illallaah ..." tapi apa yang terjadi? Beberapa kali mereka coba mengulang, namun lidah Al-Qamah tidak bergetar, tidak dapat mengikuti, lidahnya kelu dan kaku. Salah seorang sahabat melapor kepada Rasulullah tentang situasi ini. Segera Rasulullah datang. Rasulullah menyuruh seorang sahabat menjemput ibu Al-Qamah. Kepada ibunya Rasul bertanya, apa ada tingkah Al-Qamah yang memberatkan dirinya ??? Jika ada dosa terhadap ibunya sendiri maka segera dimaafkan! …….. Ibunya menyebutkan bahwa anaknya itu orang baik dan taat kepada Allah…... "Saya ini sedih ya Rasul, sesudah ia berumah tangga sangat kurang perhatiannya kepada saya, sebab itu saya tidak memaafkannya," katanya. ………. "Kalau begitu," ujar Rasulullah, "Ayo para sahabat kumpulkan kayu bakar, supaya Al-Qamah ini dibakar saja." ………... Mendengar sikap tegas Rasul, menangislah ibu itu sambil meronta-ronta. "Wahai Rasulullah, maafkan saya ya Rasul, jangan anak saya dibakar, saya mohon jangan ya Rasul. Saya sudah memaafkan Al-Qamah, saya sudah maafkan dia.'',………. Sifat kasih sayang seorang ibu timbul, pada detik2 ketika anaknya akan dibakar, dia tidak tega, karena akan jelas di pandangan mata. Rasulullah paham betul bagaimana, kasih sayang seorang ibu, makanya bersikap setegas itu. Seorang Ibu betapapun besar sakit dihati lantaran perbuatan anak, disaat anaknya akan didera kesulitan tampil sebagai orang pertama membela. Peristiwa ini juga sekaligus mengejarkan kepada semua orang tua, agar sedini mungkin mengarahkan, mendidik anak2 keturunannya agar tidak berdosa kepada Allah dan berbhakti kepada orang tua, karena siksa akhirat jauh lebih dahsyat dari siksa dunia. Kata maaf dari lidah ibu itu amat spontan, saat itu juga lidah Al-Qamah lentur. Selesai ia menuturkan kalimat tauhid, terberitalah ia telah meninggalkan dunia. Nyaris ia termasuk ke dalam golongan umat yang disabdakan Rasul, yang artinya: "Tidak seorang hamba pun yang dianugerahi rezeki oleh Allah SWT kemudian dia tidak menunaikan hak kepada kedua orang tuanya, kecuali Allah menghapuskan amal baiknya dan menyiksanya dengan siksa yang pedih." Kejadian pada Al-Qamah suatu kisah singkat tapi mengajak untuk jadi renungan bermakna. Memang, ada orang mengatakan tiada sukar untuk berbakti kepada ibu-bapak. Gara-gara sibuk mengurus kebutuhan rumah tangga, ditambah ada saja permintaan sang istri tanpa sengaja ibu sendiri di rumahnya terlupakan. Apalagi kalau memang istri tidak peduli atau kurang suka pada mertuanya, sangat mungkin sang suami tiada dapat melayani. Semoga kita terlepas dari sikap durhaka kepada orang tua. Kedurhakaan Al-Qamah demikian kecil, diibaratkan sekarang mungkin dianya masih tiap bulan secara rutin men transfer duit untuk kebutuhan hidup ibundanya di kampung halaman. Tapi yang namanya orang tua, bukan hanya duit kebutuhan hidupnya tetapi juga tak kalah pentingnya “Perhatian”. Ku pernah menyaksikan, ketika masih tinggal di Surabaya. Seorang anak yang biasanya saban Idulfitri pulang ke rumah Ortunya di bilangan “Tambak Boyo”. Sohib saya itu lebaran kali itu tidak pulang. Karena tau saya akan mudik ke “Jatirogo” pakai kendaraan sendiri. Teman saya itu nitip sesuatu untuk Ortu mereka dan tentunya menyampaikan pesan bahwa mereka sekeluarga lebaran ini tidak dapat mudik (NB kala itu belum ada HP). Al hasil kamipun singgah kerumah Ortu sahabat saya itu di “Tambak Boyo”, titipan diserahkan, pesan pun disampaikan. …….. Nampak dari wajah kedua ORTU, mata mereka berkaca-kaca dan nampak lesu. Padahal segala makanan dipersiapkan akan kedatangan anak mantu dan cucu2. Naaah ini adalah hal yang mungkin membuat hati orang tua yang sudah renta tersebut tergerak merasakan kurang perhatian sang anak. Apakah yang begini ini tergolong seperti halnya Al-Qamah, wallahu ‘alam bishawab. Oleh karena itu, bagi yang masih ada Ortu apalagi lengkap ayah dan ibu, kalaupun tinggal seorang maka “MUDIK ADALAH HAL YANG SANGAT PENTING”. Bersimpuh dihadap ORTU dengan tulus ikhlas mohon redha mereka, cium tangannya dengan penuh hati (geteran ketulusan sang anak tersambung sinyalnya di bathin mereka). Ketahuilah kuran berbakti bukan hanya mencukupi kebutuhan hidup mereka, tetapi perhatian dan kasih sayang. Perhatikan pesan Rasulullah: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ……………………... وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ “………. dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya).” (HR. Tirmidzi). Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَقَضٰى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا  ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 23). Demikian, peliharalah perasaaan orang tua kita, sepanjang dia masih hidup. Sekali lagi pahamilah bahwa yang dibutuhkan orang tua bukan hanya kiriman uang, tetapi yang sangat penting perhatian dan kasih sayang. Semoga kita semua yang masih punya orang tua dapat berbhakti kepada kedua orang tua kita, kalau mereka telah tiada selalu tidak lupa berziarah ke pusaranya dan setiap waktu mengirim do’a. Kalau kita kini sudah tua, semoga anak2 keturuan kita berbhakti kepada kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 5 Syawal 1443 H. 06 Mei 2022. (952.05.22).

No comments:

Post a Comment