Saturday 14 May 2022

Kelompok Ikhlas

Ikhlas; adalah amal ibadah yang hanya mengharapkan redha Allah semata, tidak mengharapkan pujian, penilaian baik dari orang lain atau dari masyarakat. Dilihat dari tujuan orang ikhlas, boleh jadi dapat dibedakan atas 4 (empat) kelompok. Pertama. Kelompok orang “Ikhlas ada maunya”: Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya terbersit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk menghilangkan kesulitan dan kebingungan. Ia melaksanakan shalat tahajud dan bersedekah karena ingin usahanya berhasil. Ciri orang “ikhlas ada maunya ini”, beribadah ketika sedang butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berhenti. Contoh: Ingin Jabatan; ketika dalam proses untuk mendapatkan jabatan yang bersangkutan dengan khusu’ dan intensif melaksanakan ibadah, dengan ikhlas agar Allah mengabulkan do’anya. Setelah jabatan diperoleh yang bersangkutan mengurangi frekuensi, kuantinas dan kualitas ibadahnya. Shalatnya sudah yang wajib-wajib saja, dengan waktu yang cepat, demikian juga ibadah lainnya semakin dilupakan.😆😆😆😆 Teringat teman saya ketika dalam proses ujian pejabat, dari peqawai TU ke pegawai junior officer. Begitu intensnya rekan tadi beribadah, shalatnya lama dan tertib. Begitu lulus ujian, diangkat jadi junior officer, shalatnyapun jadi cepat sekali. Kadang di akhir waktu (zuhur sudah dekat ashar), tidak lagi berupaya berjamaah.😃😃😃😃 Ketika ditanya “kenapa shalatnya cepat sekali” jawabnya “sudah hafal” Contoh lain; Istri sedang hamil; hampir tiap hari membaca Al-Qur’an dan berdo’a agar istri melahirkan anak mereka dengan selamat. Selanjutnya setelah istri melahirkan, Al-Qur’an pun disimpan rapi lagi di rak buku. Ingin mendapat rezeki yang banyak; motivasi sedekah dengan harapan usahanya sukses, bahkan minta penggantian dari Allah, dia mengharapkan penggantian seperti yang diredaksikan pada surat Al-Baqarah 261: مَّثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ  ۗ وَاللَّهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَشَآءُ  ۗ وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." Kedua: Kelompok orang “Ikhlas lugu minim ilmu”: Yakni orang yang beramal hatinya bersih dari riya’ serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan api neraka. Ibadah orang ini cenderung berkesinambungan, tetapi ia tidak mengetahui mana yang harus dilakukan dengan segera dan mana yang bisa diakhirkan, serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menganggap semua ibadah itu adalah sama. Contoh: Shalat sunat diutamakan dari shalat wajib; di bulan Ramadhan yang bersangkutan mengutamakan shalat tarawih dari pada shalat wajib. Hal ini ada juga dilakukan justru oleh jamaah Ramadhan di Masjidil Haram. Sebagaimana biasa di Masjidil Haram, shalat tarawih sejak awal Ramadhan sampai 20 Ramadhan tarawih 20 rakaat dan witir 3 rakaat. Selanjutnya mulai tanggal 21 Ramadhan tarawih hanya 20 rakaat tidak dilanjutkan dengan witir. Pukul 1 dini hari dilaksanakan shalat tahajud disambung witir, selesai sekitar pukul 3 dinihari. Ada sebagian jamaah “umrah Ramadhan” mengenyampingkan shalat magrib dan shalat isya berjemaah ke Masjidil Haram untuk menyiapkan diri ikut shalat tahajud dan selesai shalat tahajud tidak ikut berjemaah di Masjidil Haram pada shalat subuh. Menyantuni orang lain diutamakan dari kerabat sendiri; namun kelompok ini begitu murah hati membelanjakan hartanya untuk kepentingan masyarakat, kepentingan sosial lainnya, sementara tidak menyantuni kerabat dekatnya. Ritual agama yang sunah dan bahkan yang tidak ada tuntutannya diutamakan dari yang wajib dan ada tuntunannya. Banyak terlihat di masyarakat, sangat dipentingkan acara-acara untuk ritual yang diyakininya adalah merupakan acara peribadatan kepada Allah, sementara ritual tersebut hanya sunah belaka, tetapi untuk ibadah itu ibadah wajib terabaikan. Tidak jarang upacara-upacara yang dianggap ibadah itu tidak terdapat dalam tuntunan agama. Ke tiga: Kelompok orang “Ikhlas karena Allah” : Yakni orang yang beribadah hanya karena Allah, bukan ingin surga atau takut neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah dan mengagungkan-Nya. Semua amal ibadah dilakukan bukan musiman, tetapi secara berkesinambungan, konsisten. Ke empat. Kelompok orang “Ikhlas gerak hati”, yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya menyaksikan ia sedang digerakkan Allah karena memiliki keyakinan bahwa tidak memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Semuanya berjalan atas kehendak Allah. Evaluasi keikhlasan diri: Dari empat kelompok ikhlas diatas, mari kita evaluasi diri kita masing-masing apakah diri kita sudah termasuk orang yang ikhlas. Kemudian bandingkan dengan empat golongan orang dalam berikhlas, dimanakah kini kita masing-masing sudah berada. Ketahuilah bahwa dalam dialog antara iblis dengan Allah ketika iblis diusir dari surga, seperti diabadikan dalam surat Shad ayat 82 s/d 83 bahwa iblis mendapat ijin dari Allah untuk menyesatkan manusia. Orang yang tidak dapat dipengaruhi oleh iblis hanya orang yang mukhlasin. Selengkapnya ayat tersebut sebagai berikut: قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ "(Iblis) menjawab, "Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya," (QS. Sad 38: Ayat 82 إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ "kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka."" (QS. Sad 38: Ayat 83) Semoga Allah menjadikan kita semua ikhlas beribadah karena Allah semata. اَللّهُمَّ إ ِنِّي أَعُوْ ذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِ كَ وَأَنَا أ َعْلَمُ وَأَ سْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أ َعْلَمُ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Syawal 1443 H. 14 Mei 2022. (958.05.22)

No comments:

Post a Comment