Sunday 22 May 2022

OTOMATIS dan DIRINTIS

Kelas dua ES EM AA, tahun 1968, kami tempo doeloe mulai dijuruskan. Diriku bersama 7 orang seangkatan masuk kelas "PASPAL". Guru pengajar "Kimia", sebelum mulai ngajar di hari permulaan bertanya kepada kami: "Kalian harus belajar kimia ini sebetulnya untuk apa???". Teman2ku termasuk diriku menjawab, sesuai apa pendapat kami ketika itu, spontan tanpa persiapan, tak menduga ada pertanyaan seperti itu. Masing2 kami semua dapat giliran menjawab, maklum sekelas kami hanya delapan. Rupanya jawaban kami menurut “Guru Kimia” itu tak ada yang benar. Selanjutnya beliau menyebutkan jawaban singkat: “Belajar kimia UNTUK MENCARI REZEKI”. Dijelaskan bahwa: “Apapun ilmu pengetahuan yang diperoleh dimasa muda, melalui belajar apa saja selanjutnya dengan ilmu itu kalian menjadi berprofesi apapun, akhirnya untuk mencari rezeki. Makin tinggi ilmu kalian, secara logika semakin mudah dalam mencai rezeki”. Demikian guru kimia kami menuturkan. Berbicara soal rezeki; almarhummah nenekku pernah mengatakan: “Ulat di dalam batu saja pasti akan mendapat rizki”. Bagaimana ceritanya seekor ulat kok berada dalam batu. Tentu dia belum menjadi ulat, tadinya mahluk ini begitu halusnya, sehingga dapat masuk ke pori-pri kecil dari sebuah batu besar. Kebetulan di dalam batu besar itu ada rongga yang kemudian mahluk cikal bakal ulat itu dapat mukim. Ulat tadi tumbuh berkembang di dalam batu tersebut, sudah pasti si ulat mendapat rizki, kalau tidak mana mungkin dia dapat membesar. Kukaitkan dengan statement guruku kimia kami itu, kan si ulat tidak punya ilmu apa2, dianya tak pernah sekolah. Kata bijak nenekku ini, sungguh dalam…….. pengertiannya, untuk memberikan semangat dan motivasi buat kehidupan, bahwa jangankan lagi kita sebagai manusia yang lengkap panca indra, dilengkapi pula dengan ilmu pengetahuan, hidup bebas tidak terkungkung di dalam batu, jelas bahwa kita pasti mendapatkan rezki, sebab ikhtiar kita kan lebih luas dapat dilakukan. Bila direnung lebih dalam, memang rezeki untuk seluruh mahluk ini ada dua jenisnya, kalau boleh saya diberi nama; REZEKI YANG OTOMATIS dan REZIK YANG DIPEROLEH HARUS DIRINTIS. PENERIMA rezeki OTOMATIS. Tidak kecuali, semua mahluk yang bergerak dan yang tidak bergerak menerima rizki otomatis ini. Contohnya setiap makluk hidup didarat menerima oksigen sebagai rezeki yang diterimanya untuk bernafas. Semua mahluk di daratan dan dipermukaan lautan menikmati sinar Matahari. Baik juga bila diambil tamsil, bagaimana seekor kupu-kupu. Asal hidupnya dalam kepompong. Calon kupu-kupu ini ketika dalam kepompong dapat dipastikan dianya mendapat rezeki otomatis, hingga dapat tumbuh berkembang sehingga perlahan-lahan tapi pasti setelah masa yang ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, diapun keluar dari kepompong menjelma menjadi mahluk baru yang dapat terbang berupa Kupu-Kupu. Nah ketika sudah mulai dapat terbang maka sebagian rezeki otomatis untuknya sudah tidak diterimanya lagi, walau masih ada berupa terangnya sinar Matahari, oksigen untuk bernafas. Untuk hidup selanjutnya sang Kupu-Kupu harus berikhtiar dengan merintis cara mendapatkan rezeki, mengepak-ngepakkan sayapnya untuk menghampiri aneka bunga guna mengisap sari madunya untuk mempertahankan hidupnya sampai waktu yang di tentukan. Begitu pula tamsil ini bagi manusia, bila sudah dapat berdiri sendiri, rezeki sudah harus mulai dikais, tidak lagi hanya mengandalkan rizki otomatis selama kurang lebih sembilan bulan di kandungan ibu. Setelah lahir kedunia, rezeki si bayipun harus dengan ikhtiar (dirintis=diupayakan) dengan menangis. Mendengar tangis sang bayi, bundapun memberikan ASI, dimana ASI juga masih terkelompok rezeki yang otomatis, sebab otomatis begitu bayi lahir air susu ibu pun tersedia. Sebelum melahirkan, susu ibu tidak berisi susu. Selama masih belum dapat berkegiatan sendiri, kupu-kupu masih dalam kepompong, manusia masih dikandungan ibu, setelah lahir kedunia masih lemah, rizki yang diterima adalah rizki otomatis. Semua kita kala bayi butuh susu ibu. Makan disuapi, begitu besar sedikit, setelah mampu, nyuap sendiri dstnya. Maha benar Allah dengan segala firmannya di dalam Al-Qur’an diantaranya seperti tertuang dalam surat HUD ayat 6 Allah SWT berfirman: وَمَا مِنْ دَاۤ بَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ "Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." PENERIMA rezeki DIRINTIS Kita manusia juga salah satu mahluk penerima rezeki otomatis dan dirintis itu. Persoalannya rezeki dirintis untuk dapat menerimanya harus dengan usaha yang sungguh-sungguh. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai bidang kegiatan. Manusia diberikan kebebasan pula untuk meraih rezeki yang diterima secara dirintis ini dengan upaya apa saja. Boleh berlomba-lomba dan juga boleh dengan cara apa saja. Disinilah peran agama dan anturan undang-undang untuk memberikan batasan pencari rizki dirintis ini, guna menentukan bagaimana memilih cara yang diperkenankan dan bagaimana yang tidak dibolehkan. Manusia diciptakan Allah berpotensi “FUJUR dan TAQWA” (QS: 91 = Asy-Syams ayat 8): فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوٰىهَا "maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, Dapat saja merintis mencari rezeki dengan cara yang tidak halal, tetapi tak kurang juga banyaknya orang yang memilih merintis mencari rezeki dengan jalan yang halal. Perlu dipahami bahwa bagi orang yang beragama, ikhtiar merintis mencari rezeki, dilakukan disamping harus dengan cara halal, juga ada kadar yang telah ditetapkan oleh Allah s.w.t. Buktinya orang dengan rintisan lapangan usaha yang sama, ada yang sukses, sementara ada yang kurang sukses. Semua itu telah ditentukan kadarnya oleh Yang Maha Kuasa. Rezeki yang harus dicari dengan secara dirintis melalui ikhtiar dan ilmu, telah diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat 45 Al Jatsiah ayat 22. وَ خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ "Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan." Kembali ke statement “Guru kimia kami” dan Almarhumah Nenek-ku, keduanya benar bahwa manusia diberi Allah rezeki secara OTOMATIS, selain itu juga Allah menyiapkan rezeki yang harus dicari dengan jalan DIRINTIS, mulai dengan mempersiapkan diri dengan menuntut berbagai ilmu yang nantinya dengan ilmu itu dapat dipergunakan mencari rezeki. Selanjutnya tentang banyak sedikitnya rezeki yang kita peroleh: اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ وَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ "Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat." (QS. 13 = Ar-Ra'd, ayat 26). Semoga Allah masukkan apapun ikhtiar kita dalam mencari ilmu dimana dengannya merupakan sarana dalam merintis mencari rezeki dicatatan Allah sebagai amal baik kita. اَللَّهُمَّ طَوِّ لْ عُمُ و رَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 21 Syawal 1443 H. 22 Mei 2022. (963.05.22)

No comments:

Post a Comment