Monday 29 June 2020

Ragu AMAL diterima.

Dalam beribadah tiap individu memiliki  pengalaman berbeda, Contoh ketika shaum Ramadhan ybl, mungkin:
*. Ada yang tidak tuntas menjalankan puasa, karena sakit, atau halangan syar’ie lainnya.
*. Ada yang merasa hampir puas, karena seluruh rangkaian ibadah Ramadhan beserta ibadah ikutannya terselenggara dengan baik.
*. Ada juga yang pertengahan, ibadah puasa tak satupun jebol, tapi ibadah ikutannya tak dapat mengikutinya. 
*. Mungkin macam-macam lagi pencapaian yang  anda dapatkan, anda dan Allah saja yang mengetahuinya.

Mungkin timbul pertanyaan di dalam hati, apakah shaum yang kita laksanakan dengan ibadah-ibadah ikutannya di terima Allah atau tidak. Bgmn pula dg rangkaian ibadah kita di Ramadhan 1441 H, dimana berbagai ibadah ikutannya banyak terhalang oleh covid 19.

Perasaan bimbang, ttg keterima atau tidak ibadah tersebut adlh manusiawi. Namun guna menentramkan hati, baik kita merujuk sejenak pada Hadist Riwayat Ahmad, At Tirmizy dan Ibnu Majah ketika Aisyah r.a. bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ. perihal tafsir dari surat Al- Mukminun ayat 60. yang berbunyi:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”

Aisyah r.a. bertanya “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud ayat ini ialah orang-orang yang biasa mabok-mabok minum khamar, dan mencuri?.

Menanggapi pertanyaan ini Rasulullah ﷺ  bersabda: “Bukan wahai Putri As-Shiddiq! Akan tetapi itu adalah orang-orang yang rajin berpuasa, mendirikan shalat dan bersedekah, walau demikian mereka senantiasa khawatir bila amalan mereka tidak diterima Allah, karenanya mereka bersegera dalam mengamalkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.

Jadi soal ibadah kita diterima atau ditolak oleh Allah s.w.t. serahkan bulat-bulat kepada Allah urusannya asalkan dalam beribadah kita telah memenuhi kriteria “Wal amalu bit tanjil”, beramal sesuai dengan kafiat, atau tata cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, diikuti dengan ikhlas karena Allah semata.

Menilik ayat di atas dan hadits berkenaan dengan itu, maka wajar agaknya jika kita merasa khawatir kalau-kalau ibadah kita tertolak.

Tetapi rupanya orang-orang yang merasa khawatir ibadahnya tertolak itulah, justru merekalah yang diterima ibadahnya.

Dlm keseharian kadang kita miris mendengar ada yg berani menyatakan amal seseorang tak sah dan ditolak, karena begini, begitu. Satu dan lain tak sefaham dg faham si pembuat pernyataan.

Sebaliknya kita juga miris bila mendengar ada orang yg memastikan kalau melakukan tata cara beramal seperti yg diajarkan menurut fahamnya pasti diterima Allah.

Padahal jelas soal diterima atau ditolak amal baik seseorang, hak mutlak Allah. Panduan yg diberikan kpd kita hanyalah:

1. Ikhlas hanya untuk Allah. Kadar keikhlasan itu sendiri sangat abstrak yg kita sendiripun ndak tau, terpulang kpd Allah lagi apakah kita sdh benar2 ikhlas.

2. Mengikuti petunjuk Rasulullah ﷺ  . Karena kita skrg hidup sdh 14 abad lebih dari zaman Rasulullah, maka acuan i'tibak petunjuk Rasulullah, tentu dg jalan merifer kpd para ulama terdahulu dan pada ustadz/ustadzah yg datang kemudian kpd kita.

Ustadz/ustadzah itu dg macam2 keahlian dan kekhususan ilmu, mereka mentransfer ilmunya dari referensi yg digunakannya, kadang berbeda pendapat, beda sudut pandang dll.

Sehubungan dg itu tidak ada kata lain "hanya kpd Allah kembali kita serahkan, apakah amal baik dan ibadah kita diterima atau ditolak Allah"

Guna penyerahan diri kita kpd Allah baik kita camkan surat Luqman 22:
وَمَنْ يُّسْلِمْ وَجْهَهٗۤ اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ  بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى ۗ  وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ
"Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan."

Smg ibadah puasa dan seluruh ibadah pengiringnya yg kita lakukan di bln Ramadhan 1441 H lalu diterima Allah. Kmdn kita diberikan kemampuan ikut ber Qurban di Idul Adha yad.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 8 Dzulkaidah 1441 H.
29 Juni  2020.
(665.6.2020).

No comments:

Post a Comment