Tuesday 9 June 2020

Kagum DIRI

Suatu ketika rekreasi, melihat pemandangan indah dari atas bukit, pandangan tertuju ke danau, beberapa tindak dihadapan, tanaman bunga aneka warna, semerbak wangi, di udara sejuk. Pikiran hanyut beberapa saat kagum atas fenomena alam demikian asri.
Qalbu berbisik,.............. KAGUM atas sang PENCIPTA. Ini suatu model kagum bersyukur atas nikmat.

Pikiran sejenak membayangkan.........apalah artinya pergi ke tempat rekreasi nan asri seperti ini, bila INDRA dan RAGA tdk berfungsi...................
Aneka warna bunga, luasnya danau dll keindahan jadinya sia2.............
Takkan dpt dinikmati bagi orang yg matanya tak dpt melihat. ............ dstnya............ lalu.......... Pewisata yg sehat itupun bersyukur.............
KAGUM kpd alam dan lbh KAGUM lagi kpd sang Pencipta Alam. Hatipun berzikir ...................
Ini model kagum sejalan dg kehendak Allah.

Ada model KAGUM jenis lain yaitu KAGUM kpd DIRI SENDIRI.  Rupaya KAGUM jenis ini mrpkan penyakit Rohani.

Kekaguman "diri sendiri" itu kadang diproklamirkan pula kpd orang lain. Penyakit ini biasa menyerang orang-orang yang sukses dalam masyarakat, orang yang sukses dalam hidup.

Ia menyatakan bahwa sukses dirinya lantaran kerja kerasnya, lantaran usahanya yang sungguh-sungguh dan lantaran kepiawaiannya, lantaran kecerdasannya, lantaran kekuatannya.

Tak jarang orang seperti ini memberikan nasihat kepada pihak lain dengan kata-kata misalnya: “Kalau ingin sukses seperti saya ikuti langkah saya, saya bangun setiap hari sebelum pukul 4 pagi dan langsung membaca buku…….”.
Stlh olah raga, sarapan langsung bekerja mencari rezeki.............Tiada hari tanpa kerja, tidak ada waktu berpangku tangan.

Sahabat lama yg kbtln kurang beruntung, bertamu yg tadinya ingin minta tolong .......... urungkan niat..... lalu ndak jadi ngomong. Takut malah dikatain "malas".

Seterusnya contoh-contoh lain diberikannya. Pokoknya dalam pernyatannya semua keberhasilannya adalah karena usahanya. Jenis orang "KAGUM DIRI" ini bukan baru sekarang, sejak doeloe sdh ada. Diwakili QARUN sbgmn apa yang diungkapkannya diabadikan di dalam Al-Qur’an surat Al Qashash 78.
قَا لَ اِنَّمَاۤ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ ۗ
"Dia (Qarun) berkata, Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.

Padahal si sukses lupa. Rezeki Allah yg memberikan, tak mungkin diperoleh tanpa penyertaan Allah Swt.

AnNaml 71:
وَا للّٰهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ فِى الرِّزْقِ

"Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki,........"

Ankabut 62.
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
"Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."


Ditegaskan Allah dalam Al Qur’an diantaranya surat Al Hadid 23. Bahwa soal sukses bukan hanya tersandar kpd ikhtiar, bukan hanya bergantung kepada "kerja....kerja..... daan kerja", hrs di iringi dg "do'a..... do'a daaan do'a".

لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَا تَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَا للّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرِ ۙ 
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"

Kerja  ... kerja... kerja sbg ikhtiar.
Tanpa do'a, wujud dari sombong.
Bagai fatamorgana di tanah datar.
Seperti air, padahal lahan kosong.

Smg, diri ini, para pembaca semua terhindar dari penyakit "Kagum diri" ini karena salah satu yg dikelompokkan sbg "BINASA" oleh Rasulullah; dalam hadits yang ma’ruf disebutkan:

Tiga hal membuat binasa.

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, hadist hasan)

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 18 Syawal 1441 H.
10 Juni 2020.

No comments:

Post a Comment