Wednesday 17 June 2020

ANAK tak selalu cerminan ORTU

Seiring canggihnya teknologi transportasi,................. buah yg hanya hidup di daerah beriklim dingin dpt dinikmati di daerah tropis dan sebaliknya. Kadang ketika makan buah tertentu, kita tak tau persis wujud pohonnya,.......... karena buah sdh bgt jauh dari pohonnya.

Pepatah lama "Buah jatuh tak  jauh dari pohonnya". Kira2 maknanya "perangai, tabiat, tingkah laku anak mirip/cenderung sama dg Ortunya".

Dikaitkan kenyataan mengglobalnya dunia ini, maka sekarang agaknya pepatah ini terpatahkan.

* Anak seorang atlet renang, tak dg sendirinya pandai berenang, tanpa diajari/dilatih berenang.

* Nabi Ibrahim anak seorang pembuat patung yg di tuhan kan oleh kaumnya. Sekaligus Bapak nabi Ibrahim sbg penyembah patung.

Kenyataannya nabi Ibrahim menjadi seorang nabi di akui 3 agama Samawi.

Contoh bahwa anak blm tentu mengikuti jejak Ortunya seperti diungkap di atas, berlangsung terus dari zaman ke zaman termasuk zaman kekinian.

Boleh disimpulkan bahwa:
"ORTU memang BERPERAN, dijadikan CERMINAN berperilaku bagi si ANAK. Akan tetapi perilaku, falsafah hidup si anak banyak ditentukan oleh faktor lingkungan, pendidikan dan yg terakhir namun sangat penting adlh bimbingan/hidayah Allah.

Contoh yg baik diteladankan/diajarkan kpd anak blm tentu anak itu nantinya kelak menjadi orang baik. O.k.i. disamping pengarahan/pendidikan dan pengawasan atas pergaulan anak, jangan lepas dari do'a kpd Allah. Allah mengajarkan  langsung do'a untuk anak dan keturunan, dpt di petik dari Al-Qur'an surat Al-Furqan 74:
 رَبَّنَا هَبْ لَـنَا  مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Nabi Ibrahim saja berdo'a untuk anak keturunannya, sepertinya do'a nabi Ibrahim yg diabadikan di surat Al-Baqarah 128 ini layak ditiru:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَـكَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَاۤ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ ۖ 
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak-cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu

Sebaliknya contoh ekstrim BURUK; ayah yg tdk baik, jauh dari agama, tukang maksiat dll keburukan,  bukan mustahil anak keturunannya menjadi orang baik2. Contoh spt nabi  Ibrahim. 

Sampai skrg juga banyak anak yg beriman dan bahkan jadi ustadz/ustadzah asal dari Ortu yg bukan pemeluk Islam. Disini nampak jelas bahwa HIDAYAH Allah-lah yg sangat berperan.
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ ۚ  وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ  كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."
(QS. Al-An'am surat ke 6 ayat 125).

Dalam pada itu bukan mustahil seorang ustadz/ustadzah yg saban hari ada jadual ceramah di banyak masjid dan majelis taklim. Salah satu anaknya, menunjukkan  tanda2nya tak bakal menapaki jejak ORTU nya.

Ikhtiar, sudah........ tu anak dimasukkan pesantren. Pas libur, pulang ke rumah Ortu. Sblm adzan subuh, si ayah (yg juga ustadz) liat ke kamar si anak "alhamdulillah sdh ndak ada, tentu sdh ke masjid". Si ayah usai ngimami shalat subuh  di masjid dan dzikir sesaat mutar badan ngadap jamaah. Sdh diupayakan lirik ke seluruh shaf eee si bocah ndak nampak. Sampai dirumah diliat lagi ke kamar, juga ndak ada. Berpikir positif si ustadz, mungkin dia cari masjid jauh,..............untuk kejar pahala banyak langkah.

Si bunda punya instink lain, coba buka sprey tempat tidur. Ternyata santri ini tertidur pulas di kolong tempat tidur......benar instink si Bunda.

Blm terlambat pak ustadz, lakukan tindakan persuasif dan terus berdo'a. Karena apalah daya kita, sdg Nabi Muhammad saja diberitau Allah:
فَاِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ وَعَلَيْنَا  الْحِسَابُ
maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, dan Kami-lah yang memperhitungkan (amal mereka)."
(QS. Ar-Ra'd, surat ke 13 ayat 40)

Disamping ikhtiar jangan lupa berdo'a, smg Hidayah Allah yg tertanam dalam diri kita tetap dipeliharakan Allah.  Dan smg anak dan keturunan kita juga mendapat limpahan hidayah Allah. Smg anak keturunan kita diberikan kekuatan oleh Allah untuk berikhtiar meraih hidayah Allah. Dan kita sendiri dpt mempertahankan hidayah Allah. Lahaula wala quwwata ilabillah. Wallahu 'alam bishawab.

يّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.
Jakarta, 25 Syawal 1441 H.
17 Juni 2020.
(659-06-2020).

No comments:

Post a Comment