Sunday 1 December 2019

ILMU di RICE COOKER

Rice Cooker ditemukan pertama kali oleh Yoshida Minami. Awalnya, pada tahun 1937 alat ini pertama kali dikembangkan oleh tentara Jepang. Mengalami peningkatan teknologi oleh Mitsubishi 1945 dan 1956 oleh Toshiba. Perubahan2 mempercanggih kemampuan Rice Cooker sampai sekarang, melengkapi perabot dapur anda.

Tak kurang, mahasiswa yg kos juga familier dg alat nanak nasi ini, utama yg menghemat pengeluaran.

Mahasiswa S2 suatu perguruan tinggi konsentrasi elektronik, bulan Ramadhan dibelikan Ortunya Rice Cooker spy sahur nanti hanya beli lauk, hemat sedikit pengeluaran. Sahur pertama pakai Rice Cooker, jadi pengalaman tak terlupakan bagi si calon Magister bidang elektronik ini.

Rice cooker di diisi beras yg sdh dicuci, diberi air secukupnya sbgmn biasa nanak nasi di periuk. Kabel RC dicolokkan ke sumber listrik. Ybs berangkat ke penjual makanan tak jauh dari kos2an, membeli lauk. Sampai di kamar waktu masih 30 menitan lagi ke waktu subuh.

Teringat Ustadz beri arahan bahwa, salah satu amalan sunnah berpuasa adalah mengakhirkan makan sahur, mensegerakan berbuka. Diapun bersantai sampai sekira 10 menitan jelang adzan subuh. Kan makan banter kurang dari 10 menit. Sesuai rencana, RC pun dibuka ternyata isi dalam RC masih berupa beras. Ada apa ini..
...... pikirnya. Pertama periksa stop contact pakai test pen, ada strum. Maklum mhs electro, ambil test meter pengetes fungsi kabel, ternyata normal. Kembali baca buku manual, rupanya tuas di body RC bila memasak harus diturunkan. Tuas itu akan otomatis naik lagi jika nasi telah masak. Dia tidak menurunkan tuas tsb.

Lantaran sibuk test2an RC, waktu berlalu, hari itupun puasa tanpa sahur.

Ternyata sekedar masak dg RC saja harus BERILMU. Blm cukup ilmu bidang electro yg dimiliki saja, rupanya hrs ditambah lagi ilmu mengoperasikan RC.

Dari contoh ini diketahui bahwa setiap aktivitas kita untuk keperluan hidup dan keperluan mati, atau keperluan dunia dan akhirat haruslah dng ILMU. Oleh karena itu Rasulullah Muhammad memberi petunjuk:
مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya: ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi).

Bgt banyak Ilmu untuk dunia dan akhirat. Sampai habis usia tak mungkin semua ilmu dikuasai oleh seseorang. Nabi Musa pernah bertanya kepada Allah, "siapakah manusia paling berilmu". Allah menjawab "orang paling berilmu adlh seseorang yg sanggup mensinergikan ilmunya dg ilmu orang lain". Ketika Nabi Musa belajar ilmu dari Nabi Khaidir. Burung Pipit dari pinggir perahu menenggak air dg paruhnya. Nabi Khaidir mengibaratkan ilmu dirinya ditambahkan dg ilmu Nabi Musa, lbh sedikit dibanding air yg masuk ke tembolok Burung Pipit, apalagi dibanding banyaknya air tempat perahu itu berlayar. Khaidir juga tegaskan ada ilmu Nabi Musa yg tak diketahuinya dan sebaliknya ada ilmu dirinya tak diketahui Nabi Musa.

Oleh karena itu betapa tak pantas jika ada diri merasa paling berilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment