Friday 29 November 2019

LANSIA menjemur NASI

Jalan2 pagi setlh matahari sepenggalah sungguh menyegarkan, utamanya untuk usia senja. Segar memang, selama sejaman dpt liat sekitar lokasi perumahan dari kediaman.

Di sekitar lokasi rumahku kadang ada terpasang di depan pagar tulisan "Rumah dijual, atau tanah SHM dijual, lengkap dg nomor yg dpt dihubungi"  Tempo2 cepat tulisan itu ilang, mungkin udh laku. Tempo2 luaama sekali tulisan itu terpasang, sampai kabur digujur hujan dan disinari panas matahari.

Juga yg menarik diberapa rumah kuliat ada "nasi dijemur". Itu pertanda penghuni rumah nanak nasi kebanyakan atau beli nasi kelebihan, shg ndak habis dimakan. Eeee,....... jangan bilang mubazir, ntar nasi kering itu nanti dpt diolah jadi makan lagi.

Hasil pantauanku, rumah yg sering ada jamuran nasi dihalamannya itu adlh:
1. Rumah tak tersedia halaman belakang untuk menjemur.
2. Penghuni rumah berusia lanjut.

Butir "2" menarik dikomentari. Orang usia lanjut, kadang dirumah sdh "kembali modal", tinggal Nenek dan Kakek. Anak2 sdh berumah sendiri. Dlm pada itu makan sdh semakin sedikit. Sedangkan nanak nasi, kalau pake rice cooker kan ada batas minimum. Sdh pakai batas minimum, Kedua lansia ini tak sanggup ngabiskannya.

Kadang si Nenek disuruh Kakek, mendingan beli aja di warung nasi. Walau seringnya menunya tak sesuai, sesekali lbh praktis bila beli nasi bungkus.......

Ku pernah dengar dialog di warung nasi pinggir jalan.

Nenek: Nasi rames lengkap, nasinya ndak usah banyak,... 2 bungkus.

Mbak warung: dicampur ya Nek?

Nenek: yaa, sambelnya pisah.

Nasipun klar dibungkus dan dimasukkan kantong plastik. Si Nenek merima bungkusan nasi.

Nenek: berapa duit mbak?

Mbak warung: dua bungkus 15 ribu.

Si Nenek lirik pembeli lain, dg menu sama, sebungkus 10 ribu.

Nenek: itu mas tadi nasi rames kok 10 ribu?...

Mbak warung: Nenek kan nasinya ndak banyak.

Rupanya si Nenek ndak mau dibedakan,  beliau tetap banyar 20 ribu. Dia tak mau di sedekahi, tak mau dikasihani. Soal keuangan dia berdua cukup. Anak2 kirim transfer saban bulan, malah kalau buat makan mah lbh dari cukup.

Si nenek ndak mau termakan sesuatu bukan haknya yg dihawatirkan menjurus ke haram.

Ingat betul beliau di pengajian ustadzah menyampai ayat; jangan memakan harta orang lain dg jalan bathil.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِا لْبَا طِلِ اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ تِجَا رَةً عَنْ تَرَا ضٍ مِّنْكُمْ ۗ 
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu".
(QS. An-Nisa' ayat 29).

Beda mungkin dg "sebagian kaula muda", senang sekali bila bayar kurang dari seharusnya. Banyak kasus ketika ku masih pelajar dulu. Ada yg makan gorengan di warung sekolah, makan 3 bilangnya 2. Itu duluuuu......, ayat di atas blm meresap di relung hati seperti si Nenek.

Makanya 12 tahunan lalu ketika ku memberikan sambutan untuk dan atas nama ORTU wisudawan, sengaja kuselip sepenggal kalimat di hampir penutup sambutan berdurasi 15 menit itu:
"Sampaikan salam kami orang tua mahasiswa/wi yg hari ini di wisuda, kepada pemilik kantin universitas. Mohon dihalalkan apabila anak2 kami ada yg kurang banyar atas makan minum mereka".

Langsung disambut tertawa riuh oleh wisudawan dan hadirin tak terkecuali para dosen. Ini indikasi statement tersebut mungkin ada benarnya.

Soal makanan halal adlh sangat penting dlm kehidupan dan kematian. Menyangkut kesehatan jamani dan rohani berdampak selagi hidup dan terbawa mati.

Wallahu a'lam bishawab. Barakallu fikum.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment