Sunday 19 May 2019

Sisrem tanam bibit Ramadhan

Melalui permisalan:
Buah berpuasa Ramadhan adalah "Taqwa". Jika taqwa itu buah, maka buah mrpk hasil dari tanaman. Dg tamsil tanaman, maka untuk menanam tanaman agar berbuah sesuai yg diinginkan haruslah dilaksanakan persiapan2 sblm menanam. Ada 7 langkah bercocok tanam; y.i:
1. Persiapan Lahan, tlh kutulis di hari kedua Ramadhan
2. Bibit, sdh kutulis buat shaum hari ke tiga.
3. Sistem tanam
4. Pemupukan
5. Perawatan
6. Panen
7. Pasca panen.

SISTEM TANAM
Melaksanakan puasa bila diibaratkan menanam, tdpt 2 sistem tanam y.i.: Konvensional dan Teknologi.

Konvensional, berpuasa sbgmn ktk qt dilatih ortu semasa kecil. Yg penting makan sahur, tahan lapar sampai azan maghrib. Semasa kecil belajar puasa dulu, blm banyak tantangan. Persoalannya hanya lapar dan dahaga. Stlh akil baligh, tantangan meluas; mulai dari amarah, nafsu, persaingan, pergaulan dlsb. Bagi yg berpuasa konvensional tentu saja; jika masih terdampak pengaruh2 dimaksud, nilai shaum patut dipertanyakan.

Menanam puasa berteknologi, terus menerus mempelajari teknik2 berpuasa yg baik dan benar seperti di ajarkan para ulama mengacu kpd hadits2 yg sahih.
Namun, berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali haus dan lapar, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)

Hal tersebut terjadi karena ia tidak berpuasa dari apa yang Allah Ta’ala haramkan, ia seakan menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari pembatal-pembatal puasa saja. Di dalam hadits disebutkan:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” (HR. Al-Bukhari no.1804)

Selain itu, hakikat puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالَّرَفَث

“Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah no.1996 dan tahqiq Syaikh Al-A’zami berkata, ”Shahih”)

Smg shaum kita di hari keempat ini diterima Allah, bebas dari hal2 yng mencederainya. Aamiin.
Sekiranya para pembaca sudi menyimak sampai akhir kalimat tulisan ini, terasa ada berfaedahnya, saya berterima kasih jika berkenan meneruskannya kpd sanak keluarga teman handai taulan. Umpama kurang manfaat cukup sampai di anda saja.
Jika baik, mutlak milik Allah dan RasulNya. Umpama terdpt salah dan khilaf dari diriku karena dangkal ilmu dan cetek pengalaman. Mhn dimaklumi sklgus dimaafkan.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.33

No comments:

Post a Comment