Saturday 4 May 2019

Aib orang tampak

Bukan ndak ada lho tabiat orang yg suka benar mencari aib orang, kmdn mengomentari, menyiarkannya ke orang lain. Semakin banyak orang yg tau ttg aib orang yg dibukakannya itu semakin puas hatinya.

Bak kata pepatah
"Gajah diseberang lautan tampak, Tungau dipelupuk mata ndak keliatan". Pribahasa, maksudnya: aib orang nampak sementara aib sendiri tdk terliat".

Tabiat ini menyibukkan ybs. Dlm tinjauan agama mrpk tabiat tidak terpuji condong dimurkai Allah. Karena seharusnya sedapat mungkin kita nenutupi aib orang lain seperti pesan hadist berikut:
وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

( “Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi))

Pembaca yg budiman dan beriman; sesungguhnya bila aib kita sendiri terbuka; maka orang lain,  masyarakat, anak-anak dan istri serta kerabat dekat kita tak akan menaruh hormat lagi kpd kita. Karena sbg manusia mesti punya aib, mesti pernah berbuat salah.  O.k.i. setiap shalat di duduk di antara dua sujud kita lirihkan do'a 8 butir,  salah satunya "wajburni" (mhn ditutupi kekurangan (aib)).

Ibrahim bin Adam kpd penanya di pasar Bashrah Irak 13 an abad lalu ttg faktor penyebab do'a tak dikabulkan Allah, diantara 10 perkara,  satu diantaranya yaitu: "SIBUK MENCARI AIB ORANG SDGKAN AIB SENDIRI TIDAK DIPERHATIKAN"

Kalau demikian pantas instrospeksi diri, bila do'a tdk terkabul jangan-jangan awak punya hoby teliti aib orang, ber tabiat "penggosip", sementara diri dirasa tak ber aib,  sehingga hati menjadi mati, do'a dari hati yg mati tak terkabul mnrt Ibrahim bin Adam.

Bagi orang beriman, do'a mrpkn inti ibadah. Apalah artinya beribadah banyak, tetapi do'a tidak diterima Allah. Nun dinegeri akhirat nanti, kan jadi orang yg merugi serugi- ruginya, lantaran ibadah luput nilai. Bukankah setiap selesai ibadah kitapun berdo'a. Bgmn nasib ibadah kita jadinya bila do'a tdk diterima.

Smg pembaca yg beriman dan budiman tdk tergolong "peneliti aib orang dan penggosip", malah sll tafakur merenungkan mhn diampuni Allah atas aib diri sendiri sehingga dpt mengamalkan perintah Allah:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ  اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا   ۗ  اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ   ۗ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ   ۗ  اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."
(QS. Al-Hujurat ayat 12)

Kalaulah tulisan ini berpontesi bermanfaat untuk saling mengingatkan. Silahkan teruskan kpd handai taulan, mudah2an jadi secuil ibadah kita.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment