Monday 9 November 2020

Sakit di TULANG nyaman di DULANG.

Ketika itu guru untuk mengajar di kampungku masih dibilang susah didapat. Dari luar daerah, guru jarang yg bersedia ke kampung kami. Maklum informasi yg menyeramkan masih sering dipertanyakan oleh orang dari luar daerah kami, misalnya:


Apakah masih ada yg makan manusia........


Apakah masih ada Pemulak (pemenggal kepala anak2). Atau Pengayau (Sembunyi2 membunuh orang desa lain buat diambil kepalanya bakal mas kawin). 


Belum lagi info ttg hutan lebat, komunikasi sulit, transportasi susah ke daerah lain, dikenal banyak binatang buas dan ular berbisa.


Makanya tenaga guru dari Jawa misalnya, jarang yg bersedia menjadi guru ke wilayah kami.


Ketika ku kelas 2 es em pe,  ada juga guru yg berkenan ke daerah kami dari  pulau Jawa. 2 guru baru itu untuk mengajar pelajaran Sejarah dan Aljabar. Sebut saja Bpk "S"  dan Bpk "A".


Keterbatasan rumah dinas guru, Pak "S" dan Pak "A" ditempatkan di satu rumah tak jauh dari sekolahan. Ketika itu betul2 masih sulit penyedia jasa menyiapkan makanan berlangganan. 


Kedua Bapak Guru baru kami itu memutuskan memasak sendiri  sarapan, makan siang dan makan malam. 


Semula mereka masak bersama, tapi terkendala sering berselisih soal teknik masak dan perbumbuan. Tak jarang sayur digarami 2 x, atau malah lupa menggarami. Mengatasi kendala tsb, mereka sepakat, tugas memasak digilir hari. 


Petugas piket masak sekalian sbg peramu saji dan korah2 perabot ssdh makan. Juga berwenang menentukan menu hari itu. Anggaran dapur tlh di program awal bulan paro edang.


Gilaran Pak A yg masak, beras sebelum dicuci dipilihi antahnya barulah dicuci bersih dimasukkan ke periuk. (ketika itu belum era teknologi Rice Cooker, lagian listik istilahnya "sering nyala", bukan "sering padam").  


Pak "A" jika nyayur, daun sayur di potong kecil2, bagian batang yg keras tidak ikut disayur. Akar sayur dipotong dibuang ke tempat sampah. Pokoknya tersaji di meja makan sdh enak dikunyah.


Giliran Pak "S" yg masak, beras langsung dicuci dengan antah2nya. Sayur dipotong ala kadarnya kecuali bagian akar.


Terjadi perdebatan di meja makan. Alasan Pak "S", spy praktis, sekalian sambil makan dipilih antahnya sblm disuap. Disediakan piring kosong satu masing2 orang di meja makan  untuk bakal tempat antah dan sayur yg tak layak kunyah.


Teringat pepatah Bundaku "Sakit di TULANG nyaman di DULANG". (Dulang setara meskipun tdk sama persis dg piring. artinya wadah makanan siap santap). 


Kalimat ini disampaikan kpd kami untuk memotivasi agar mau ber- sakit2 dahulu dlm menyiapkan hari esok yg lebih baik. 


Bpk "A", rupanya sejalan dg  nasihat bundaku, lbh baik sedikit agak repot memisahkan antah dari beras, repot sedikit nyiangi sayur agar layak kunyah sblm dimasak. Supaya nasi dan sayur ketika di saji di "Dulang", sdh enak langsung dimakan tanpa direpotkan sortir ulang, sebab dpt menurunkan selera makan.


Falsafah "Sakit di TULANG nyaman di DULANG" ini berlaku untuk memotivasi kegiatan hidup di dunia dlm segala bidang dan juga untuk kehidupan di akhirat nanti.


"Sakit di Tulang nyaman di Dulang" Motivasi kehidupan dunia:


Biarlah masa muda bersusah susah membanting tulang, mencari ilmu, atau menyiapkan sarana usaha2 untuk kelak dipersiapkan di masa tua nanti. 


Orang Tua membanting tulang memeras keringat mencari rezeki membiayai anak sekolah, dimana  smg anak2 kelak dpt menyamankan ORTU di Dulang semasa sdh tua manakala sdh tak kuat lagi beraktivas normal mencari rezeki.


"Sakit di Tulang nyaman di Dulang",

memotivasi kehidupan di akhirat:


Semasa hidup di dunia berusaha sekuat tenaga untuk mempersiapkan hari di akhirat lbh baik. Tak mudah nenyiapkan kehidupan yg baik di akhirat, tak kurang tantangan rintangan dan ujian, menghadapi hal itu semua harus lah ber-sulit2 dahulu semasa hidup di dunia untuk nyaman nanti di kehidupan akhirat.


Saking beratnya perjuangan dlm hidup ini, guna di akhirat mencapai Surga, Allah Abadikan kesulitan orang beriman dahulu sblm kita:


اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَآءُ وَا لضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَ لَاۤ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."

(QS. Al-Baqarah ayat 214).


Naaah pembaca!!!, yg muda apalagi yg sdh usia senja. Harapan kita, hidup di dunia ini menyenangkan. Kehidupan akhirat nanti dalam Rahmat Allah penuh ampunan dan kebahagiaan.

Biarlah "Sakit di TULANG asalkan kelak nyaman di DULANG".


 رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

" Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari adzab neraka."


آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


M. Syarif Arbi.

Jakarta, 24 Rabiul awal 1442 H.

10 November  2020.

(685.11.20).

No comments:

Post a Comment