Wednesday 8 April 2020

"Tak JUM'ATan Karena KORONA"

Berkenaan dg physical/social distancing guna memutus mata rantai penyebaran virus Korona, masjid di sekitar kediamanku sdh 3 Jum'atan tdk malaksakan shalat Jum'at.

Selama hidupku stlh ku sanggup mengingat, hal begini blm pernah terjadi. Andaikan bisa membangunkan eyangnya eyang buyut dari kuburnya, rasanya pengin nanya: "zaman beliau2 yg NB dijajah bangsa lain apa pernah terjadi libur
Jum'atan". Jawabnya mungkin tidak pernah Jum'atan libur.

Keadaan ini memang lebih khusus, para ulama2 kenamaan yg memberikan keyakinan bahwa di situasi seperti ini seharusnyalah shalat Jum'at berjamaah di masjid diliburkan, dg maksud sprt di awal tulisan.

Betapa tidak, virus Korona,....... yg namanya virus kan ndak kelihatan. Kita ndak dpt tau jamaah yg datang jum'atan walau segar bugar apa di tubuhnya, di tangannya, partikel di nafasnya, di jidadnya melekat virus yg siap pindah dan membiak ke orang lain.
Ok lah jamaah di jarangkan misalkan berjarak 2 meter. Eee kalau ybs di jidadnya ada virus, ditangannya ada virus, dikakinya ada virus, logikanya ketika dia sujud pindahlah virus ke keramik atau dari sajadahnya ke keramik lantai masjid dst menggelinding.

Waduuuh seraaam yaaa. Begitu logika manusia. Ada yg bilang "kalau Allah tak kehendaki ndak kan apa2". Benar statement tsb., tapi kita2 ini sbg manusia selagi dpt menghindar lbh baik menghindar. Karena kita ndak tau kehendak Allah buat "kita orang" seperti apa.
Kalau tdk dpt lagi apa boleh buat, makanya dlm case seperti ini Rasulullah memberi petunjuk:

Disarikan dari hadits berikut. Sebaiknya kita tidak ngumpul, diam ditempat. Dalam hal ini kita ndak tau apakah kita atau orang lain sdh terpapar:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).

Kadar iman sering turun naik, begitu pula kadar taqwa. Shalat Jum'at adlh saat berhimpun orang beriman untuk me-NGECAS kembali imannya untuk menuju ke taqwaannya; stlh dipake sepekan.  Karena demikian pentingnya Taqwa bagi orang beriman, berulang kali diingatkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. 

Allah mengingatkan akan hal Taqwa, dapat diambil makna bahwa beriman dan bertaqwa itu sendiri;  terpisah.

Misalnya dalam banyak ayat dikatakan “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah …………”.
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ
Kalau begitu orang yang beriman belum tentu taqwa, tetapi orang yang taqwa tentulah karena dianya beriman. Pengertian selanjutnya bahwa dalam kehidupan beragama tak cukup hanya beriman saja, tetapi haruslah bertaqwa.

Para ustadz sering, untuk memudahkan pengertian, taqwa diartikan “mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.

Mengerjakan segala perintah dengan titik tekanan SEMAMPUNYA, sedangkan menjauhi larangan Allah dengan titik berat SEKUAT TENAGA”.

Begitu pentingnya akan perihal Taqwa tersebut, ummat Islam (terutama yang lelaki) sepekan sekali shalat Jum'at. Di khotbah Jum'at diingatkan oleh Khatib Jum’at mengenai peningkatan ketaqwaan tersebut. Bahkan Khatib WAJIB berpesan mengenai taqwa itu, karena menjadi SYARAT KHUTBAH diantara syarat yang LIMA untuk syarat Khatib berkhutbah. Jika pesan taqwa itu tidak tersampaikan maka tak terpenuhi syarat Khatib berkhutbah.

Nah kembali ke virus Korona; kitapun mengerjakan perintah semampu kita. Tidak dapatnya kita ke masjid Jum'atan bukan bermaksud ingin melalaikan, bukan menganggap ringan kewajiban itu, tapi kondisinya berdasarkan ilmu manusia cukup membahayakan.

Menurut Ustadz ..... ada kaidah fiqih yang berbunyi:

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ

“Menghilangkan kemudharatan itu lebih didahulukan daripada Mengambil sebuah kemaslahatan.”

Menurut ilmu manusia d.h.i. ahli kesehatan bahwa di kondisi mewabahnya virus Korona, kita ndak boleh berkumpul, jaga jarak. Agar tdk tertular atau menularkan.

Naah kalau bgt patut kita camkan
Al-Baqarah 195.
 وَلَا تُلْقُوْا بِاَ يْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ  ۛ  وَاَ حْسِنُوْا

"dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri",

Kalau Jum'atan kan harus ngumpul........ 
Ada yg ngusulkan; nanti jamaah di jarangkan, sblm masuk diperiksa suhu, disediakan cuci tangan (hand sanitizer). Anak2 dibatasi masuk.

Perlu diketahui, mengatur orang banyak itu tdk mudah. Sudah diumumkan aturan2 tsb misalnya,.......... insya Allah masih saja yg tdk mentaatinya. Buktinya sdh diwanti-wanti tidak saja tertulis tapi di umumkan sblm khatib naik mimbar bahwa HP harus di silent kan atau di matikan....... Eee pas khatib sdg serius khotbah kadang ada HP yg bunyi; lagu dang dut pula.

Mungkin dpt sbg penghibur bahwa wabah virus inikan sbg sesuatu yg menghalangi shg kita ndak dpt beribadah shalat Jum'at sbgmn biasa, barangkali hadist ini dpt sedikit menghilangkan kesedihan kita.

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari).

Insya Allah bagi yang saban Jum'at tak pernah absen, kecuali beralasan syari'e, mudah2an Allah tetap mencatat pahala shalat zuhur kita di rumah sbgmn shalat Jum'at kita di masjid. Aamiin.  Sambil berdo'a smg Allah mengampuni.

Semoga Allah segera menghilangkan musibah virus korona ini dari muka bumi, agar ummat Islam dpt melaksanakan ibadah Ramadhan dg sebaik-baiknya. Aamiin.

Aamiin. Barakallahu fikum,
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.
Jakarta 15 Sya'ban 1441 H.
8 April 2020.

No comments:

Post a Comment