Sunday 5 April 2020

MENGACA diri dari KORONA

Jenuh memang, kalau sdh terbiasa beraktivitas suruh berdiam di rumah. Ketika masih ngantor dulu, banyak diantara pembaca yg berperilaku; misalkan sakit di suruh istirahat dokter 3 hari, kalau dua hari udah enakan, hari ketiga masuk kantor. Bukan lantaran rajin, tapi jenuh kalau diam di rumah.

Pembaca..........!  mungkin pernah rawat inap di RS. Ada lho pasien saking ndak betah, merasa udh enakan "pulang paksa", padahal mnrt dokter msh perlu dirawat bbrp lama lagi, hingga betul2 pulih. Pemicunya juga jenuh, manusia perlu beraktivitas.

Berbicara soal aktivitas, sambil di situasi "stay at home" ini baik untuk kita  "Mengaca diri" secara garis besar point2 aktivitas yg pernah kita jalani. Bila perlu sejauh-jauhnya misalnya sejak masih sekolah: es er, es em pe, es em a, perguruan tinggi, masuk dunia mencari nafkah sampailah sekarang.

Dari tahapan aktivitas sekolah sampai dunia kerja, hingga kini itu, selama "stay at home" dpt di review perjalanan hidup selama ini, guna mohon ampun kpd Allah atas segala salah dan khilaf. Waktu sekolah kecurangan apa yg pernah dilakukan. Melalaikan ibadah dll. Waktu kerja kesalahan apa yg pernah dilakukan baik dlm konteks hablum minallah dan hablum minannas.

Ketika putraku  th 2008 pelantikan dan pengambilan sumpah di FK di YK, kbtlan kumewakili Ortu mahasiswa untuk menyampaikan sambutan. Di materi sambutanku, selain terimakasih dan mohon maaf kpd semua pihak a.n. mahasiwa, juga tak lupa kusampaikan mohon titip salam kepada pemilik kantin sekolah, utamanya warung tradisional sekeliling kampus "mohon dihalalkan bila anak2 kami ada makan kue2 atau gorengan yg kurang membayar".

Ku teringat dulu masa sekolah, kadang ada teman yg makan kue/gorengan 4 dilaporkan cuma 2. Kalimat ku itu di respond  hadirin, mahasiswa terlantik/tersumpah, dosen dan undangan dg "geeer"........ ketawa serempak. Ini indikasi hal semisal makan 4 bayar 2 itu mungkin terjadi juga diangkatan putra kami yg dilantik/disumpah itu???.

Lalu kupesankan "ntar bila kalian yg merasa pernah ............,sudah berduit nanti datang lagi ke warung, temui pemilik minta halal benaran dan penalty diri dg memberi tukang warung duit yg lbh besar........ hitung2 bayar hutang + bunganya. Hadirin kembali kompak ketawa serempak ...... ...geeer.
Tapi sekarang saya a.n kalian minta halalkan dulu, sebab umur siapa yg dpt mengukur.

Berdiam diri di rumah sekarang ini dlm rangka Korona, sambil review kehidupan masing2 diri kemudian bertaubat.
Allah mengingatkan, bahwa apalagi amal yg kurang baik,..... kecurangan........, mendzalimi orang......., sedangkan PENDENGARAN, PENGLIHATAN dan HATI NURANI saja akan dimintai pertanggungan jawab di hari perhitungan kelak:

اِنَّ السَّمْعَ وَا لْبَصَرَ وَا لْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَا نَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا
Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Al Isyra' 36).

Banyak ayat Al-Qur'an yg mengingatkan bahwa Allah tdk lalai dg apa yg pernah kita lakukan:

وَمَا رَبُّكَ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Juga dapat kita jadikan rujukan ketika "stay at home"  seperti  hadits berikut ini:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: امْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ.

Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, apakah jalan keselamatan itu?”.

Beliau menjawab, “Jaga lisanmu. Tinggallah di rumahmu. Tangisilah dosa-dosamu”. HR. Tirmidziy dan beliau menyatakan hadits ini hasan.

Dari hadist itu ada tiga pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

*Pertama: Menjaga Lisan*

Berkaitan dg virus Korona, hindari kata-kata yang bernada protes atau tidak terima dengan keberadaan covid-19. Sebab yang menakdirkan wabah ini adalah Allah Yang Maha Bijaksana. Lebih baik lisan digunakan untuk berdzikir, berdoa dan membaca al-Qur’an. Juga mendidik keluarga dg tauziah2 agama mumpung pas ngumpul.

Analog dg lisan, sekarang ini dg adanya sosmed; waspada pula awak menukil atau men share berita yang belum jelas kebenarannya. Banyak info yang berseliweran di media sosial yg blm tentu kesahehannya. Jangan sampai awak pula berperan aktif dalam menyebarkan hoaks. Apalagi yang mengakibatkan kepanikan orang banyak.

Pesan Nabi dlm hadits di atas yg;
*Kedua: Tinggal di rumah*

Mengisolasi diri di rumah saat ini adalah sikap terbaik. Dalam rangka upaya menjaga diri dari ketertularan atau menulari orang lain. Sehingga tidak mencelakai diri sendiri atau mencelakai orang lain. Insya Allah keadaan ini hanya untuk sementara waktu saja. Gunakan antara lain Untuk "Mengaca Diri".

Butir ke Ketiga dari hadits di atas *Menangisi dosa*

Kesibukan rata-rata hari-hari "stay at home" ini berkurang drastis. Suasana hening adalah waktu yang pas untuk merenung. Menyadari tumpukan dosa yang menjulang tinggi. Lalu menyesal sembari menangisi dosa-dosa tersebut. Review amal, Mengaca Diri seperti kutulis di atas.

Azab Allah berupa bencana yg dahsyat, merujuk kpd ummat2 terdahulu, terjadi akibat dosa manusia. Sehingga cara mengakhirinya adalah dengan bertaubat kepada Allah.
وَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِۦ فَحَاسَبْنَـٰهَا حِسَابًۭا شَدِيدًۭا وَعَذَّبْنَـٰهَا عَذَابًۭا نُّكْرًۭا
"Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan". (Surat At-Talaq ayat 8).

Ramadhan 1441 H, tinggal hitungan hari. Yaaa Allah yaaa Rabbi. Kasihanilah ummat Islam dibumi ini. Kami ingin Ramadhan nanti dpt lebih meningkatkan amal ibadah kami. Dapat kembali memakmurkan masjid dg shalat 5 waktu, shalat tarawih berjamaah, tadarus Al-Qur'an, mengaji dan mengkaji ajaranMu. I'tikaf dan amalan sunnah lainnya. Tolooong yaaa Allah tarik kembali Virus Korona ini. Jika memang betul ini murkaMu karena kesalahan sebagian ummat manusia. Kami ummat Islam bertaubat mohon ampunan kepada Engkau yaa Allah.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta 12 Sya'ban 1441 H.
5 April 2020 M.
Artikelku yg  ke 608.

No comments:

Post a Comment