Sunday 12 April 2020

MEMINTA versi Burung CENCALE

Masa kecil ku blm se canggih kini, radio saja yg punya jarang2. Bgt juga listrik blm masuk desa. Paling senang bila bermalam/nginap di rumah Datuk, sekitar 10 Km, cukup jauh ukuran dahulu dari rumah Ortuku, dpt dibilang desa. Listrik jalan di kampung Datuk belum ada seperti di sekitar rumah Ortuku.

Bgt malam tiba rumah Datuk hanya diterangi lampu Pelita. Paling senang tidur dekat Datuk. Selain hilang dari rasa takut juga asik mendengar dongeng sampai tertidur.  Dongeng2 Datuk banyak yg bermuatan nasihat, bermakna: bgmn nanti dlm bergaul, sikap yg seharusnya dlm berkomunikasi dll.

Dongeng2 itu kadang tidak logis, misalnya hewan dapat ngomong, bahkan ngomong antar hewan lain species. Tapi sekali lagi, stlh direnung sekarang, ada pesan moral yg dalam di dalam tu dongeng.

Burung CENCALE (dulu jaman kami SR untuk ejaan melayu agar membacanya pas penuturan setempat, huruf "E" diberi garis dibawah, maka bunyi huruf "E"   diucapkan dg gigi merapat tertutup) itu nama burung dlm dongen Datuk.

Salah satu diantara sekian banyak dongeng Datuk:
Di suatu musim paceklik semua hewan pemakan biji2an sulit mencari makan. Pohon2 banyak yg meranggas. Termasuklah burung CENCALE sulit mendptkan makanan.

Induk Cencale punya dua ekor anak beranjak remaja, si Julak dan si Bungsu. Kesulitan makanan sdh dmkn membuat tembolok kempes. Julak dan Bungsu tiap hari merengek terus, padahal sdg kuat2nya makan.

Disaat yg sdh kepepet Induk CENCALE, menyuruh si Julak untuk meminjam padi ke TIKUS GANTUNG. Dinamakan "Tikus Gantung", Tikus ini sejenis Tikus yg hari2 mainnya dipohon. Untuk mudahnya disebut Tikus Gantung, sebab mainnya di atas pohon bergelantungan. Rumah Tikus Gantung tetap di lobang dlm tanah. Lobang dlm tanah sekaligus dijadikan gudang nyimpan persediaan makanan. Beda dg burung Cencale ndak nyetok makanan. Rezeki Cencale hari ini habis ini hari juga, besok cari lagi.

Betul2 sdh habis ikhtiar, berangkatlah hari itu si Julak disuruh ibunya mohon pinjaman Padi ke Tikus Gantung betina. Ketika ketemu, Julak pun menyapa Tikus Gantung betina:

"Hai Nek Tikus Gantung, disuruh Mak ku meminjam Padi".

Tikus Gantung betina menjawab:
Enak aja mau pinjam, ........
Bilangkan ke mak kau,........
Aku ndak malas cam mak kau.....
Orang nebas aku ikut nebas.....
Orang nandur aku ikut nandur....
Orang nggurun aku ikut nggurun...
Hanya orang membakar jak ku masuk lobang.........

Ndak macam Mak kau .....
Tiap hari cuma ngoceh .......
Loncat loncat kesana kemari .....
Cuma membanggakan bulu di dade...

(bulu dada burung Cencale ada warna putih indah di atas tembolok).
(Cencale burung yg loncat2 dan berkicau cukup rame utamanya pagi hari).

Soal bulu dada dan kicauan Cencale ini yg di singgung Tikus Gantung betina sbg bahan ejekan.

Al hasil dg tangan hampa si Julak melapor ke induknya sambil nangis....

Induk burung Cencale bertanya ke si Julak, bgmn caramu ngomong. Si Julak ngulangi caranya ngomong. Juga menirukan jawaban Tikus Gantung betina, ngejek, menghina Induknya.

Besoknya si Bungsu di suruh Induk nya mencoba lagi menghadap Tikus Gantung betina, dg diajari induknya cara ngomong.

Betul juga esok pagi si Bungsu ketemu Tikus Gantung betina di sedahan pohon. Si Bungsu menyapa sambil berdendang.

Nek ayu nek ti.
Duduk berjuntai kaki.
Bulu ikal bakal di beauty.
Disuruh Mak meminjam padi.

Rupanya Tikus Gantung betina merasa tersanjung kmd menjawab:

Eee nak manis dari mana datang.
Suaramu  merdu lagian lantang.
Ambil lah cupak ambillah Gantang.
Kalau habis nanti silakan datang.

(Cupak/Gantang; alat takaran padi. secupak = 1/4 Gantang).

Naah........ singkatnya diplomasi si Bungsu berhasil

Rupanya dg bahasa si Julak yg to the point tak mengena untuk minta pinjaman.

Ternyata untuk meminta,.... perlu lemah lembut sopan, sbg adab meminta atau memohon. Seperti yg dilakukan si Bungsu.

Ini rupanya muatan dongeng Datuk. Nanti kalau cucu2 beliau besar hrs pandai2 berkomunikasi. Apa lagi untuk meng gol kan suatu maksud.

Bagi kita ummat2 beragama tentulah punya adab bgmn cara berdo'a,  dg santun, merendahkan diri, penuh harap. Agama Islam, meminta ke pada Allah juga haruslah dg sopan santun.

Allah mengajarkan ketika meminta kepada Allah (berdo'a), adabnya a.l:
1. Harus dg rendah hati.*
2. Harus dg suara lembut.**
3. Harus dg rasa takut kpd Allah.***
4. Harus dg penuh harap.****
refer Al-'Araf 55 dan 56:
اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut.
 وَا دْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا
Berdoalah kepadaNya dg takut dan penuh harap.

*"Rendah hati" dlm pengertian menyerahkan diri kpd Allah, karena hanya Allah yg berkuasa atas segala sesuatu. Mungkin kata "MELAWAN", hrs diselaraskan dengan makna "rendah hati" ini misalnya dg kata: "Kita bersama berikhtiar menghindari ........ semoga dg izin Allah akan berhasil".
**Suara lembut; tentu dg tdk berteriak2, apalagi kini kita dlm rangka "stay at home", ibadah di rumah. Di kala shalat tahajud saat2 waktu baik berdo'a. Alangkah ........ jika dengan suara keras, malah khawatir justru .....mengganggu orang lain .... dan .... terperangkap riya.
***Takut kpd Allah, tentu ingat dosa dan mhn ampunan....taubat, berusaha untuk tdk mengulangi dosa2.
****Penuh harap, bahwa yakin do'a di ijabah Allah. Yakin hanya Allah yg sanggup mengabulkan do'a, dg cara Allah.

Berkenaan dg itu mari kita berdo'a, agar wabah yg sdg melanda dunia sekarang ini dihilangkan Allah. Kita tdk tau do'a siapakah diantara kita yg diijabah Allah. Mari masing2, berandil ikut berdo'a.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment