Sunday 19 April 2020

SE IRIS merusak BISNIS.

Penjual daging sapi di suatu pasar tradisonal sdh berdagang berbilang tahun, pelanggan dikelompokkan 4 pembeli:
1. Pembeli sesekali,
2. Pembeli tetap setiap hari,
3. Pembeli tetap berkala (bbrp hari sekali atau sepekan sekali).
4. Pembeli musiman (menjelang hari raya keagamaan).

Kelangsungan usaha seorang penjual, sangat tergantung pembeli. Bila mana saban hari banyak pembeli, untung didapat modal bertambah. Namun jika dari hari ke hari pembeli terus berkurang, dalam tempo tak terlalu lama akan terpaksa berhenti berdagang.

Dmkn juga penjual daging Sapi di  pasar tradisional tsb, sdh pengalaman bertahun-tahun di lokasi suatu pasar, ybs membuat perencanaan stok daging harian di hari-hari tertentu, atas dasar rata2 volume penjualan.

Beberapa bulan terakhir  si abang daging heran, pelanggan yg biasanya sbg pembeli tdk mampir ke lapaknya. Pelanggannya banyak pindah belanja di penjual daging  bbrp lapak darinya. Padahal dia stok dagingnya sdh dipadan sesuai kebiasaan.

Rupanya masalahnya soal "SEIRIS".

Sbg pedagang daging sapi sdh puluhan tahun dg sekali iris hampir dpt dia memastikan berapa jumlah daging yg akan dinaikkan ke mangkuk timbangan. Bila pelanggan beli daging seperempat kg misalnya, sekali iris hampir pasti pas, atau banter kurang sedikit.

Beberapa bulan terakhir ini untuk menambah keuntungan; si abang daging, kpd setiap pelanggan membeli dg berat tertentu (umpamanya seperempat kg), diirisnya pertama kali 225 grm sesuai klas daging yg ditunjuk pembeli, kekurangan 25 grm diiriskan lagi daging kwalitas dibawah dari yg ditunjuk pembeli. Melalui langkah itu si abang daging dpt menjual daging kw 2 kebawah, secara bersamaan dan proporsional ikut ke daging kw 1. Setiap penjualan 1 kg daging kw 1 dia dpt mencampur 4 x 25 grm = 100 grm daging kw 2.  Benar juga kalau terjual 10 kg daging kw 1 katut laku 1 kg kw 2, kw 3 dstnya.

Kebijakan niaga si abang daging menambah keuntungan, memang. Sebab daging kw 2 apalagi 3 harganya dibawah kw 1.
Tetapi akibatnya satu persatu pelanggan berhenti sambil menceritakan pengalaman "seiris daging" kpd sesama pelanggan.

Si abang ndak tau bahwa dlm bisnis perlu dipelihara PELANGGAN SETIA.
Pelanggan setia akan bersikap "4 M":
1. Membeli berulang-ulang; jadinya,  jadi pelanggan tetap.
2. Memberi tau calon pembeli baru, dg informasi yg positip akhirnya jadi pelanggan tetap.
3. Membela; jika misalnya ada sementara pihak menyebar informasi hoax ttg bisnis yg di-setiai-nya.
4. Mikir-mikir kalau mau beli ditempat lain, kecuali tempat langganan sdg tdk tersedia.

Si abang mengecewakan pelanggan, konsekwensinya pelanggan menceritakan pengalaman ke sesama pelanggan dan bahkan ke calon pelanggan.

Kalau abang daging ini berdagang atas dasar syar'ie, tidak berani mencampur kw 1 dg kw 2 dstnya kecuali sejak akad semula pembeli memang pesan kw 2 dstnya dmksd, tentu harganya beda (lebih murah)
Allah SWT berfirman:
ْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَآءَهُمْ ............َ 
"....................Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun.........."
(QS. Al-A'raf: Ayat 85)

Kalau si abang daging, atau siapapun pedagang, pebisnis,  memegang teguh pedoman berniaga berdasarkan tuntunan agama, insya Allah akan dpt mempertahankan pelanggan SETIA.

Pelanggan setia inilah yg memperkuat akar bisnis, bisnis apapun. Untuk mencari pelanggan baru, perjuangan hrs lbh gigih, mungkin juga biaya akan lebih tinggi, ketimbang memelihara pelanggan lama yg setia.

Dlm transaksi di waktu normal, pembeli menyaksikan barang dan timbangan barang yg akan dibeli.
Di era PSBB, kami di Jakarta kalau belanja Ikan, daging, sayur dan bumbu dapur, di pasar tradisional-pun menggunakan sarana W.A.
Kini penjual diuji ke jujurannya, agar tdk ditinggalkan pelanggan.

Rasulullah mengingatkan (HR Muslim)
 مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى »
(barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami).

Dmkn sekilas kecurangan. Sedikit saja; hanya SE IRIS dapat menghancurkan BISNIS. Ini dpt dijadikan tamsil untuk bisnis apapun, untuk kegiatan apapun bila di dalamnya ada ketidak jujuran maka akan berujung kpd ketidak beruntungan.

Ramadhan 1441 H. tinggal hitungan hari dari sekarang. Salah satu pelajaran yg mestinya dipetik dari shaum (puasa), adlh kejujuran. Keluarga dirumah yg sahur bersama ndak bakalan tau bila si Bapak siang harinya masuk di restoran bertabir. Bila tidak dilandasi ke jujuran, si Bapak yg masuk restoran bertabir tadi, sampai dirumah berbuka puasa lagi dg keluarga.

Smg Ramadhan tahun ini dpt dijalani ummat Islam dlm keadaan nyaman, aman, terbebas dari wabah virus Korona. Agar dpt beribadah maksimal.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta 27 Sya'ban 1441.H.
20 April 2020.

No comments:

Post a Comment