Sunday 23 September 2018

Ucapan sedang Berhaji

Setiap musim haji tiba, ingatan pengalaman ritual ketika berhaji walau sdh puluhan tahun lalu, teringat kembali. Kendati udah diinformasikan ttg kemungkinan apa yg akan ditemui dan dialami di pondokan, perjalanan dan rangkaian ibadah waktu manasik, setiap orang ada saja pengalaman sendiri2. Kejadian tak diduga semula. Kadang bila dikisahkan ulang seperti lebai
(ber-lebih2an).
Suami/istri yg hampir seiring sejalan saja, saling cerita pengalaman beda, ber-tahun2 bagaikan tak habis2nya.

Satu dintaranya mengenai betapa manjurnya ucapan di tanah haram.
Dari tanah air, diantara sanguku ada mata uang USD. Kusisihkan 300 disimpan sangat rahasia didasar sebuah tas tenteng. Bagian bawah dari tas cangklong bahu itu dibuka dg hati2, setelah dimasukkan uang USD 300 itu, dijahit kembali bgt rapi seperti semula. Uang itu dimaksudkan untuk cadangan terakhir.
Tas ketika ke Arafah, Mina dan kembali lagi ke Makkah dibantu membawanya oleh salah seorang anggota regu, sebab saya kebagian membawa perlengkapan regu lainnya.
Menjelang sehari akan meninggalkan Makkah pulang ke tanah air, uang disaku saya menipis, kebtln tertarik ingin belikan mainan anak2 (anak saya waktu itu msh kls 1 dan 2 SD). Tiba waktunya membuka jahitan dasar tas. Disaksikan teman sekamar, termasuk H. Maksum pembawa tas tsb Arafah, Mina-Makkah.
"Alhamdulillah ini uang ndak mau hilang". Bgt ucapanku sambil menunjukkan duit itu ke teman sekamar. Teman sekamar semua serempak ngucapkan Alhamdulillah sambil senyum ketawa renyah. Kecuali pak H. Maksum selain ucapan sama ditambah komentar "sungguh saya ndak tau tas itu berisi duit".
Uang selanjutnya saya masukkan ke dompet ikat pinggang haji ada retleting. Ujung retsleting berkancing pula. Demikian aman penyimpanan.
Usai tawaf wada' mampir ketoko untuk beli main anak, begitu dibuka dompet diikat pinggang, betapa kagetnya uang yg disimpan rapi dibungkus pula dengan plastik berpeniti hilang tak berbekas.
Ternyata ucapanku dikamar pondokan di hadapan jamaah sekamar itu adalah suatu ketakaburan yg di buktikan Allah akibatnya.
Ternyata apapun ucapan kita sesungguhnya tdklah hilang menguap bgt selesai diucapkan, tetapi tercatat seraya akan dimintai pertanggung jawaban.
Ucapan qt diluar keadaan berhaji, mungkin pembuktian/pertanggung jawaban/akibatnya tdk ces plang seketika seperti yg pernah saya alami di tanah haram.
Ini suatu peristiwa pribadi, blm tentu orang lain bila berucap seperti saya itu, akan kejadian seperti saya juga. Namun dmkn mungkin dpt dijadikan acuan ber-hati2 dg ucapan. Konon nabi Ibrahim di coba dg perintah menyembelih nabi Ismail, satu dan lain lantaran ucapan nabi Ibrahim. Ketika ditanya orang ttg hewan ternaknya ribuan ekor itu punya siapa. Jawaban nabi Ibrahim "kepunyaan Allah, tapi sekarang masih milikku, jika diminta Allah kan kuserahkan, jangankan ternak ini, anak kesayanganku  bila diminta Allah akan kuserahkan juga".

Dari ini kisah, smg kiranya qt:
Dapat mengendalikan lidah.
Agar jangan sembarang bermadah.
Mungkin berujung menjadi susah.
Sebab kata sdh keluar tak dpt diubah.

Sebab, jangankan yg terucap sedangkan di dlm hati saja menurut ayat 17 surat Al-Isyra:
وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ. اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.

Barakallahu fikum. Waslm. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment