Sunday 27 June 2021

Persiapan KEMATIAN.

Bila telah masuk usia senja.

Badan linu saban hari terasa.

Sehat, sakit hampir tak beda.

Senyum, meringis terliat sama.


Makanan enak terasa hambar.

Huruf dibaca terlihat kembar.

Suara perlahan tak terdengar.

Pergi sendiri kadang nyasar.


Di usia senja seperti itu, manusia yg bgmnpun tidak percayanya dg kehidupan akhirat, akan mulai terbayang akan kematian.


Walau semasa masih gagah, masih muda, masih berjaya, tak percaya ada kehidupan ssdh mati. Diusia renta seperti diungkap di atas, siapapun dia akan mulai Ingat Kematian selanjutnya mempersiapkan bekal mati. Persiapan mati hanya ada dlm AGAMA. Setidaknya dg ber agama supaya orang hidup tak bingung prosesi pengurusan jasadnya stlh ditinggalkan roh nanti.


Ku pernah punya tetangga, semasa blm pensiun, pak tua ini agaknya tak jelas nganut agama apa. Di keluarga mereka penganut aneka agama.


Sedang Istri si pak tua ini berfalsafah "kami orang perempuan ikut suami, ke surga ikut ke nerakapun nurut (suarga nunut neroko katut)". Belakangan ku ketahui beliau memilih sesuatu agama. Bgtlah kisah persiapan menjelang mati, tetanggaku itu.   

 

Sebenarnya dikondisi yg saya gubah dlm puisi di atas sudah terlambat, untuk mempersiapkan mati. Tetapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. 


Dalam kondisi ini, kadang orang akan mendekati siapa saja yang mudah didapat untuk memberikan panduan mencari bekal pegangan mati. Kalau ybs pemeluk Islam, dianya mulai sangat rajin datang ke masjid, berusaha tidak absen mendengar ceramah para ustazd.

Shalat jamaah saban hari. 

Walau dengan duduk di kursi.

Di ujung shaf ngambil posisi.

Merasa sdh berada diujung hari. 

Orang  seperti ini, namanya mencari pegangan mati, ketika perjalanan hidup hampir di akhiri. 


Tidak kurang pula banyaknya anak-anak muda dalam usia yang produktif sudah mulai menekuni ibadah dan terus menerus mencari pegangan mati. Kelompok ini sadar benar bahwa yg namanya mati ndak usah nunggu tua, ndak pandang usia, seperti firman Allah:


نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ 

"Kami telah menentukan kematian masing-masing kamu dan Kami tidak lemah,"

(QS. 56 = Al-Waqi'ah ayat 60)


Bak buah kelapa:

Kadang jatuh ketika baru beluluk.

Kadang dipetik masih cengkir untuk diminum pedas air.

Kadang diambil ketika dogan.

Ada pula jatuh sendiri lantaran sudah tua.


Adalah baik perlakuan masyarakat tradisional di daerah-daerah kebanyakan di belahan nusantara ini, yaitu membekali anak-anak sejak usia bawah lima tahun dengan pelajaran agama. 


Di kampungku doeloe Anak lelaki termasuk diriku, tidak dikhitan (disunat) bila belum khatam membaca Al-Qur’an. Ketika akan di khitan diadakan acara khataman Al-Qur’an. Remaja putri ketika akad nikah melakukan khataman Al-Qur’an, jadi mau tidak mau harus pandai baca Al-Qur’an. 


Walau kemudian dalam perjalanan hidup, kadang dikarenakan berbagai faktor, sempat anak-anak tadi setelah dewasa berada di daerah lain, sempat terjauh dari hidayah. Pada masa tuanya, insya Allah mereka nanti kembali mencari bekal akhirat yang pernah hilang itu, satu dan lain karena memang ybs sudah punya modal awal, modal dasar yaitu dapat membaca Al-Qur’an. Jadi orang tua di daerah-daerah membekali anak-anak BALITA dengan pengetahuan agama, bagaikan telah menyiapkan lahan dihati anak-anak mereka untuk hidayah  dapat bersemi, menjadari kehidupan di dunia ini sementara, ada kehidupan akhirat yg kekal setelah mati. 


Kesadaran akan pentingnya "persiapan mati" tersebut akan tumbuh subur tergantung pemeliharaan dan perawatan oleh tempaan situasi dan kondisi lingkungannya. Setidaknya dimasa tuanya nanti kalau panjang umur dia akan kembali menerima hidayah itu untuk intensif menyiapkan bekal mati. 


Ada kalanya pak tua/mak tua yg tengah sibuk mempersiapkan pegangan mati itu mengena, ada pula yg salah. 


Kalau jalannya mengena beruntunglah pencari bekal mati tersebut. Dia betul2 dpt hidayah dari Allah. Kalau jalannya salah, maka bukan mustahil yg didapat se-olah2 hidayah padahal kesesatan. Kuncinya adalah carilah tempat yg tepat untuk mencari hidayah, antara lain pilih teman yg tepat, jangan sampai menyesal seperti diungkapkan surat Al-Furqan 28.

يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا

"Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),"


Sungguh teman yg tepat dpt menyelamatkan, tetapi teman yg salah dpt nenyesatkan.


Kalau salah dlm memilih teman dlm rangka mencari hidayah bukan tak mungkin se-olah2 mrpk hidayah padahal kesesatan. Hal tsb menjadikan petaka bukan saja di akhirat nanti kadang sdh terlihat di dunia ini. Sering didengar ada yg mengatas namakan perjuangan agama, mencelakakan banyak orang yg tdk berdosa. Padahal di maklumi agama melarang membuat kerusakan di bumi, dilarang membunuh (Al-Maidah 32).

  مَنْ قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًا   ۗ  وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَاۤ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا  ۗ  

"barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. 


Allah melarang berbuat kerusakan di muka bumi, lihat surat al-'Araf 56:

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. 


Dmkn ttg mempersiapkan mati. 

* Smg bagi yg sudah dalam hidayah, dipeliharakan Allah taufiq wal hidayah.

* Smg bagi yg sedang mencari hidayah bakal bekal mati dimudahkan Allah untuk mendptkan alamat yg tepat, spy selamat dunia akhirat.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 18  Dzulkaidah 1442 H.

28 Juni 2021.

(813.06.21). 

No comments:

Post a Comment