Saturday 4 January 2020

Merawat Takwa (bagian 3)

Merawat Takwa bagian 1 dan 2 sdh terpublish, bahwa merawat lbh sulit dari membangun. Saya kemukakan ada ikhtiar yg dpt dilakukan guna merawat takwa.  Dari ENAM resep yg saya tawarkan 4 telah dibahas y.i :

1. Penuhi janji kpd Allah
2. Merasa diri diawasi Allah
(telah ditulis di bagian 1)

3. Evaluasi diri setiap hari
4. Penalty diri bila terlanjur lalai.
(sudah diurai dibagian 2)

Kali ini kita ditelusuri konsep 5 merawat takwa:

BERSERAH DIRI  (TAWAKKAL).

Diri ini; phisik Allah yg bangun. yaaah........., seperti sekarang ini, ada yg gemuk, ada sedikit kurus. ada yg tak seberapa tinggi, ada yg tinggi. kulit agak gelap, ada kulit putih, sawo mateng. Hidung mancung/pesek dll. Fostur jasmani itu bukan desain kita. Kita tinggal terima, tinggal pakai. Allah yg membuatkannya.

Ruh dlm tubuh itu juga mutlak bukan milik kita.  Kalau begitu, kita ini sesungguhnya ndak punya apa2 atas diri kita, semua punya Allah. Jadi wajar jika diserahkan kembali kepada yg EMPUNYA. 

Salah satu wujud berserah diri itu,  Rasulullah ajarkan do'a BERSERAH DIRI yg bagus diamalkan saban hari menjelang tidur:
اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِيْ إِلَيْكَ
ALLAAHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIKA
Ya Allah, aku menyerahkan diri-ku kepada-Mu
وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ
WA FAWWADHTU AMRII ILAIKA
Dan aku menyerahkan urusanku kepada-Mu
وَوَجَّهْتُ وَجْهِيَ إِلَيْكَ

WA WAJJAHTU WAJHIYA ILAIKA
Dan aku menghadapkan wajahku kepada-Mu
وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ
WA ALJA’TU ZHOHRII ILAIKA
Dan Aku menyandarkan punggungku kepada-Mu
رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ
ROGHBATAN WA ROHBATAN ILAIKA
Karena senang (mendapatkan rahmat-Mu) dan takut pada (siksaan-Mu)
لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ
LAA MALJA-A WA LAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA
Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)-Mu, kecuali kepada-Mu
آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ
AAMANTU BI KITAABIKAL LADZII ANZALTA WA BI NABIYYIKAL LADZII ARSALTA
Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan dan (kebenaran) Nabi-Mu yang telah Engkau utus.

(HR. Al-Bukhari bab do'a no. 5838).

Indah betul penyerahan diri di butir2 do'a itu:
*Totalitas diri Jasmani dan Rohani yg milik Allah tersebut diserahkan kembali kpd Allah.
* Sudah terserah Allah lah ngaturnya bgm baiknya, kitapun mengakui kalau terjadi sesuatu thdp diri kita hanya mhn lindungan Allah.
لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ
(Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)-Mu, kecuali kepada-Mu)

Dg prasangka baik kpd Allah, Allah pasti memberikan yg terbaik buat kita.

Terawatlah takwa kita bila rutin saban hari berserah diri kpd Allah.

Agaknya do'a berserah diri ini selain rutin sblm tidur, baik juga ketika ada sesuatu masalah,..... yg ikhtiar sdh mentok.

Prof HAMKA dlm tafsir Al-Azhar mengisahkan ketika beliau dlm tahanan, petugas interogasi setelah berulang kali membawa alat strum, tak jadi menyiksa beliau, akhirnya bertanya: "apakah amalan beliau". Beberapa saat Prof. Hamka ngelak bahwa amalnya biasa2 saja; shalat, baca Al-Qur'an, tak punya amalan khusus. Tapi stlh berulang ditanya, akhirnya beliau mengajarkan "do'a berserah diri" kpd petugas interogasi. (Cerita ini dpt dibaca lengkap di Tafsir Al-Azhar karya Prof. Dr. Hamka Juze 8 halaman 201-203). Akhirnya peng introgasi jadi pengagum dan belajar agama kpd beliau. Bgt hebat peran Tawakal merawat takwa.

Tidak kurang 75 kata tawakal di sebutkan dlm Al-Qur'an. Beberapa Nabi dan Rasul membuktikan tawakal, perintah Allah langsung laksanakan, berserah diri totalitas kpd Allah kendatipun di NALAR tidak masuk. Bahasa sekarang "TIDAK LOGIS".

* Nabi Muhammad dpt perintah hijrah, berangkat dikondisi rumah terkepung para pemuda dg senjata terhunus. Keluar rumah di malam buta sementara sembunyi di Gua yg sempit, secara Naral pasti tertemukan.  tetapi apa yg terjadi.......
اِلَّا تَـنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَا نِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَا رِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَا حِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا ۚ فَاَ نْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَـتَهٗ عَلَيْهِ وَاَ يَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰى ۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَا للّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
"Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. At-Taubah surat ke 9 ayat 40)

Nabi Muhammad tdk diberi tau Allah bahwa, ntar siang ketika rombongan pemuda menyusul ke gua ada laba2 bersarang di depan pintu gua. tidak diberitahu sblmnya bahwa Allah akan perintahkan Burung Dara sedang mengerami telornya di pintu gua. Kedua hewan ini menyakinkan para pemuda atas dasar logika tak mungkin ada orang di dlm gua.

Nabi Muhammad pun tak tau ada Kala jengking di dlm gua, karena terusik, menyengat sahabatnya Abu Bakar. Atas dasar Tawakal pula sengatan kala jengking dpt disembuhkan dg do'a.

Dlm kondisi mencekam tsb wajar bila Abu Bakar merasa cemas luar biasa, bayangkan pemuda2 pengejar kakinya terliat dari dlm gua oleh Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Di puncak kecemasan itu kalimat tawakal berdesis dari mulut Nabi berbisik ke Abu Bakar
لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا
(Jangan engkau bersedih sesungguhnya Allah bersama kita).

Stlh keluar gua melanjutkan perjalan hijrah ada pemuda yg sanggup mengikuti, logika meyakinkan gagallah misi hijrah itu. Tapi kaki kendaraan sipemuda atas kehendak Allah terperosok tak dpt melangkah. Inilah bukti Allah menyertai orang yg bertawal.

* Nabi Musa, ketika di kejar Fir'aun diperintah Allah membawa ummatnya ke laut. Nalar tak cocok menuju laut, kalau terkejar mau kemana lagi. Atas dasar logika mestinya lari ke arah hutan, gunung, banyak pilihan sembunyi. Tapi Nabi Musa pokoknya laksanakan instruksi Allah.  Nabi Musa blm tau sblmnya, laut akan terbelah. Pada saat kritis barulah Allah perintahkan:
فَاَ وْحَيْنَاۤ اِلٰى مُوْسٰۤى اَنِ اضْرِبْ بِّعَصَا كَ الْبَحْرَ ۗ فَا نْفَلَقَ فَكَا نَ كُلُّ فِرْقٍ كَا لطَّوْدِ الْعَظِيْمِ ۚ 
"Lalu Kami wahyukan kepada Musa, Pukullah laut itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar."
(QS. Asy-Syu'ara' surat ke 26 ayat 63).
Selamatlah Nabi Musa dan ummatnya lantaran tawakal.

* Nabi Ibrahim, tetap jalankan misi dakwah walau risikonya akan dibakar. Api sudah berkobar, Nabi Ibrahim siap dilemparkan ke kobaran api, namun tak gentar tetap tawakal. Nabi Ibrahim blm tau sblmnya misalnya Allah berkata: "Tenang aja Ibrahim..... kan nanti apinya Ku-suruh ndak panas!!!". Sekali lagi itu ndak diberi tau Allah sblmnya, ketika mulai diikat misalnya. Landasannya hanya Tawakal.

Nabi Ibrahim di saat diikat, di tarok diatas alat pelenting melemparkan jasadnya, beliau hanya bermodalkan TAWAKAL. Nabi Ibrahim ndak tau sblmnya bahwa  setelah jasad terbenam dlm kobaran api; Allah perintahkan Api tak panas (Surat 21 Al-Anbiya  ayat 69).
قُلْنَا يَـٰنَارُ كُونِى بَرْدًۭا وَسَلَـٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".

Dmkm contoh sekelumit TAWAKAL, melaksanakan apapun perintah Allah apapun risikonya. Dengan begitu terawatlah Takwa. Resep yg satu ini agaknya paling berat dari yg tlh 4 resep yg tlh kukemukakan.

Terlalu panjang rupanya konsep ke 5 (Tawakal)ini. Makanya disudahi disini dulu. konsep ke 6 akan kita susun dikesempatan mendatang insya Allah.

Biasa,........ diriku dangkal pengetahuan cetek pengalaman. tulisanku tidak bermaksud menggurui, hanya sharring smg bermanfaat. Bagi pembaca yg merasa terganggu, bgt lihat langsung delete. bagi yg berkenan, dg senang hati teruskan ke group lain smg nambah wawasan. Mudah2 nambah khasanah amal kebaikan kita.

Smglah kita menjadi hamba Allah yg tawakal.

Aamin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment