Monday 13 January 2020

HARAPAN Melenceng.

Seorang ayah mengantarkan anak lelakinya  ke sebuah pesantren yang cukup terkenal, sejak anaknya masih usia baru di atas sepuluh tahun setamat sekolah dasar. Tentu harapan dikandung hati si ayah, agar kelak anaknya menjadi manusia yang berilmu pengetahuan tinggi untuk keperluan dunia dan mempunyai pengetahuan agama yang mumpuni untuk bekal ke-akhirat, sebab pesantren sekarang dibekali kedua sisi ilmu tersebut.

Setelah tiga tahunan mondok di pasentren, si santri berkesempatan pulang kampung untuk liburan. Si bocah kini sdh mulai jadi anak2 usia 13 tahunan.   Sudah beranjak tumbuh dewasa...... Tapi si ayah masih setiap subuh mengecek ke kamarnya, ingin mengetahui si anak apakah shalat ke masjid.

Kamar disainnya belum berubah, sama ketika si bocah pergi berangkat mondok, yaitu antara kamar ortu dan kamar si anak dipisahkan oleh kamar mandi yang dapat dipergunakan oleh dua kamar. Kamar ortu dapat dikunci dari dua sisi, sementara kamar anak hanya dapat dikunci dari kamar mandi, sehingga ortu dapat masuk ke kamar anak sewaktu-waktu untuk mencek, ketika ybs masih anak-anak dulu.

Dulu sblm brangkat nyantri, ayah masuk ke kamar bocah bila hampir subuh. Dengan lembut dibangunkan anaknya, kalau tak bangun juga dengan suara, digoyang tubuh si anak. Kalau tak bangun juga digoyang,,,....... didudukkan, adakalanya di usap mukanya dg tangan si ayah masih dingin usai wudhu.

Tiga tahun nyantri tentulah harapan ayah ndak bakalan seperti masih bocah dulu. Namun tetap saja si ayah  ngecek ke kamar si anak, sembari mau shalat subuh ke masjid dekat rumah.

Alhamdulillah didapatinya anak tidak ada lagi di tempat tidur, besar juga hati ayah, tentu dia sudah ke masjid "dlm hati ayah". Syukurlah,,,...... ini mrpk dampak latihan shalat subuh berjamaah di masjid waktu di pesantren,..... pikir si ayah.

Herannya di masjid tidak kelihatan,........ Tapi pikir si ayah mungkin di masjid lain, maklum kota mereka banyak sekali masjid dengan lokasi yang tak berjauhan.

Belum cukup dua pekan (masa libur habis), akhirnya terbuka rahasia, kalau subuh si anak tidak ada di atas tempat tidur, rupanya santri 3 tahun di pesantren  yang satu ini, begitu hampir adzan subuh pindah tidur ke kolong ranjang.

Ayah mengkonfirmasi kpd teman2 yg anak2 mereka juga nyantri dipondok yg sama, juga libur.  Eeee tenyata ceritanya lain. Anak2 mereka malah sblm adzan sdh di masjid. Ada pula yg ambil alih peran muadzin di masjid. Wah kalau bgt ayah yg satu ini saja yg pas kurang beruntung "HARAPANnya MELENCENG". Tidak dpt juga si ayah tadi menjeneralisir, anak yg di pesantrenkan hasilnya seperti anaknya. Buktinya anak2 orang lain lumayan berdampak positip buat ibadah putra2 mereka.

Namun kegusaran hatinya si ayah terobati  setelah merenungkan kisah para nabi dlm Al-Qur'an bahwa orang yg sangat disayangi, terdekat para nabi saja blm tentu menerima hidayah.

Sbg manusia hanya sebatas berikhtiar, namun hasil akhir Allah jua yg menentukan.

Nabi Muhammad saja hanya bertugas menyampaikan.

فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَاِ نَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
"Maka jika mereka berpaling, maka ketahuilah kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."
(QS. An-Nahl surat ke 16 ayat 82)

Si ayah tlh berupaya, agar anaknya kelak menjadi hamba Allah berilmu tinggi untuk dunia shg sukses dlm kehidupan dan berilmu tinggi untuk akhirat terwujud dlm ketaatan beribadah. Sementara hasilnya seperti barusan diperoleh. Usai libur anak dikembalikan lagi ke pesantrennya sambil berdo'a. Sebab tdk boleh berputus asa thdp rahmat Allah.

قَا لَ وَمَنْ يَّقْنَطُ مِنْ رَّحْمَةِ رَبِّهٖۤ اِلَّا الضَّآ لُّوْنَ
"Dia (Ibrahim) berkata, Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat."
(QS. Al-Hijr surat ke 15 ayat 56)

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment