Sunday 1 January 2023

Renungan GANTI tahun

Terkait dengan waktu, atau masa, kehidupan manusia itu ternyata hanya 3 periode yaitu: Periode masa lalu, periode masa sekarang dan periode yang akan datang. Pertama; Periode masa lalu. Kalau diurut lebih jauh, masa lalu bisa mulai sebelum lahir, sejak dikandung ibu, lahir menjadi bayi, besar menjadi anak, tumbuh menjadi dewasa. Tetapi di tulisan ini kita sederhanakan masa lalu itu tahun2 yang lalu. Lebih diserdahanakan lagi setahun yang lalu yaitu tahun 2022. Tentu banyak kenangan indah tahun yang lalu, dialami tak kurang pula ditahun yang lalu banyak kesalahan yang dilakukan. Kesalahan dalam mengambil keputusan menjelma jadi kerugian, kegagalan bisnis, hilangnya relasi. Bila demikian jadi bahan untuk mengoreksi dan tidak mengulanginya lagi di tahun sekarang. Dalam hal hubungan kepada Tuhan, mungkin banyak kesalahan dan perbuatan dosa, kurang melaksanakan ibadah dan kebaikan, hal itu menjadikan diri bertaubat dan berniat untuk lebih baik di tahun yang akan dijalani. Sehingga periode ini boleh juga dinamakan periode ISTIGHFAR, karena tak mungkin lagi masa lalu di ulang kembali, kalau salah biarlah salah, kalau banyak berdosa apa mau dikata tinggal bertaubat. Kedua; Periode masa sekarang. Yaitu tahun 2023 yang dimulai hari ini, tanggal 1 Januari. Maka bangun tidur tadi kita bersyukur kepada Allah, masih diberi kesempatan untuk menghirup udara pada tahun 2023, oleh karena itu bagi umat Islam khususnya; begitu terbangun diujung malam tadi langsung duduk dan berdo’a. Ada yang berdo’a: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ (Alhamdullillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur) Artinya: “Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami, dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan”. Mengacu pada hadits riwayat Bukhari. Ada juga yang membaca doa dengan referensi hadits riwayat Tirmidzi. Hasan menurut Syaikh Al Albani: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ فِيْ جَسَدِيْ، وَرَدَّ عَلَيَّ رُوْحِيْ، وَأَذِنَ لِيْ بِذِكْرِهِ (Alhamdullillahilladzii 'aafaanii fii jasadii, wa rodda alayya ruuhii, wa adzina lii bi dzikri) Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan telah mengembalikan ruhku serta mengizinkanku untuk berdzikir kepada-Nya”. Hiduppun mulai dijalani dengan shalat tahajud, melangkah ke masjid untuk shalat subuh berjamaah didahului shalat tahyatul masjid dan shalat sunat fajar. Sesudah shalat mulai kembali melakukan tahap2 aktivitas kehidupan dalam mencari karunai Allah, sebab Allah mengingatkan harus berusaha sepanjang masih hidup, setelah shalat ditunaikan. فَاِ ذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَا نْتَشِرُوْا فِى الْاَ رْضِ وَا بْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَا ذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ "Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (Al-Qur’an surat Al-Jumu'ah ayat 10). Akhir hari ditutup dengan keberhasilan usaha, kesuksesan kegiatan, atau sebaliknya, kurang berhasil, gagal. Apapun yang diperoleh lalu diucapkan “Alhamdulillah”. Periode sekarang, atau masa kini yang tengah kita jalani, boleh juga kita namakan “Periode Alhamdulillah”. Periode ketiga; Periode masa yang akan datang, terbagi menjadi dua yaitu masa yang akan datang di dunia dan masa yang akan datang di akhirat. Masa yang akan datang di dunia: Mulai hari esok …. sampai akhir tahun ini dan tahun2 berikutnya termasuk periode yang akan datang. Tak seorangpun mengetahui apa yang terjadi esok hari apalagi nuun jauh kedepan. Agak jarang orang merenungkan sampai bulan apa saja dianya masih punya kontrak hidup di tahun depan. Padahal sunatullah hidup ini pasti berakhir. Malah orang merenungkan periode ke tiga khususnya tentang hari akhir kontrak hidup, ini dianggap orang yang "pesimis". Kalau diingatkan kepada orang lain orang yang diingatkan menganggap tak sopan bahkan dikatakan "nyumpahi" atau mendo'akan mati. Padahal maut tiap detik dapat terjadi. Menyoal hari esok, suatu hari Nabi Muhammad s.a.w. ditanya sekelompok orang tentang berapa lama para pemuda yang tertidur di dalam goa al-Kahfi. Terlanjur Nabi menjawab “datanglah besok”. Ternyata keesokan harinya Allah tidak turunkan wahyu tentang berapa lamanya pemuda2 itu tertidur di goa al-Kahfi. Jibril baru datang membawa wahyu hari ke 16 (lihat tafsir Al-Azhar; Dr.Hamka juzu 15 halaman 188). Oleh karena itu Allah koreksi Rasul-Nya dengan ayat 23 dan 24 surat Al-Kahfi: وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۠ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًا "Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu besok pagi,"(ayat 23) إِلَّآ أَنْ يَشَآءَ اللَّهُ  ۚ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسٰىٓ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا "kecuali (dengan mengatakan), "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini." (ayat 24). Sehubungan dengan itu maka periode ketiga kehidupan kita di dunia ini adalah periode “Insya Allah”. Sama sekali kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi buat diri kita sendiripun di hari esok, dan bahkan jam yang akan datang. Kalaupun ada baru berupa rencana. Masa yang akan datang di akhirat. Sedangkan periode masa yang akan datang di akhirat yaitu sesudah kita hidup ini, adalah masa kematian yang tidak terduga datangnya. Walau setiap diri menyadari akan keterbatasan usia, banyak manusia sepertinya acuh, tetap saja berjuang untuk sukses, tidak peduli bagaimana caranya. Kadang tujuan menghalalkan cara. Apalagi bila sudah kemasukkan faham akhirat itu hanya ramalan, belum tentu kenyataannya sebab belum ada yang lihat langsung kesana, kemudian pulang membawa video kejadian di alam sana. Kalau sudah kemasukan faham tak percaya akhirat, maka mereka menganggap mati adalah proses alami, begitu mati selesai, habislah segala urusan. Generasi baru muncul menggantikan, agar mereka hidup senang dan nyaman, selagi bisa, selagi mungkin, selagi ada kesempatan, tumpuk harta dan pertahankan jabatan untuk dapat diwariskan kepada anak cucu penerus kehidupan. Persoalan hari esok yang diingatkan Allah melalui surat Al Hasyr 18 dianggap hari esok sebatas di dunia. Padahal ayat tsb; يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." Memang hari esok adalah hari sesudah hari ini. Untuk setiap individu bisa panjang bisa pendek. Hari esok di dunia inipun harus kita persiapkan agar kedepan dapat disongsong dengan segala kemudahan buat diri kalau mungkin sampai ke anak cucu. Persiapan untuk kehidupan di akhirat bagi orang beriman, jauh lebih penting mengingat sifatnya yang abadi. Tidak seperti kehidupan di dunia ,sementara dan hanya senda gurau dan permainan: وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌ ۗ وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَـيَوَانُ ۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ "Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-'Ankabut ayat 64) Atas dasar keyakinan hari esok akhirat inilah, orang beriman dalam mempersiapkan hari esok dunianya tidak dengan "tujuan menghalalkan cara". Tetap memperhatikan koridor yang digariskan agama mereka. Tidak ada satu agamapun yang tak percaya adanya alam akhirat, alam sesudah alam dunia ini. Jadi jikalah ada orang lisannya menyatakan alam akhirat itu tidak ada, maka dianya sudah menanggalkan agamanya. Kita tetap percaya, setiap manusia walau mengatakan tak percaya agama, hati paling dalam tetap percaya yang ghaib. Sebab di dirinya sendiri banyak terdapat unsur ghaib. • Roh yang ada ditubuh adalah sesuatu yang ghaib. • Jantung berdetak bukan kekuasaan siempunya jantung menggerakkannya sekian kali berdenyut per menit. • Pencernaan manusia bekerja atas kekuasaan ghaib. Oleh karena itu dalam merenung pergantian tahun sebaiknya kita evaluasi diri, dosa apa yang telah dilakukan tahun lalu kemudian bertaubat serta memperbaiki diri dengan kebaikan di tahun depan. Jika banyak kebaikan dan prestasi dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik lagi dengan dasar pemikiran bahwa alam dunia semakin dekat masanya kita tinggalkan, alam kubur sudah demikian dekat kita masuki. Semoga di tahun yang dijalani sekarang amal kebaikan semakin banyak kita perbuat, amal buruk semakin banyak dapat dihindari, diberikan kesehatan dalam ketaatan kepada Allah. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 8 Jumadil Akhir 1443 H. 1 Januari 2023. (1.082.01.23)

No comments:

Post a Comment