Thursday 10 March 2022

MENGHINDARI KERUGIAN.

Tak seorangpun menginginkan kerugian. Umumnya kalaulah terjadi juga kerugian, ybs sudah berupaya sedemikian rupa mencegah kerugian tersebut. Dengan mengkaji segala faktor; misalnya ketika akan bekerja sama bisnis, partner bisnis dipelajari keperibadiannya, pengalamannya dalam bidang bisnis yang dikerjasamakan, kemungkinan situasi berkembang yang akan datang terhadap bisnis yang akan dilaksanakan dll. Dalam bisnis2 tertentu kerugian yang mungkin timbul dialihkan kepada perusahaan penanggung kerugian, yaitu pihak perusahaan Asuransi. Demikian konsep menghindari kerugian versi duniawi. Adapun konsep menghindari kerugian versi agama yang insya Allah berdampak juga untuk menghindari kerugian di dunia, terutama untuk menghindari kerugian di akhirat kelak. Konsep tersebut diletakkan atas 4 (empat) landasan yaitu: 1. BERIMAN, 2. Beramal KEBAIKAN, 3. Saling mengingatkan akan KEBENARAN dan 4. Saling mengingatkan mengenai KESABARAN. Dari empat point untuk menghindari kerugian tersebut adalah: “saling mengingatkan, nasihat menasihati akan KEBENARAN dan KESABARAN”. Wujud saling mengingatkan tersebut, kini terbentang luas dengan adanya media sosial, di dunia maya. Kita dapat melaksanakan saling nasihat menasihati dalam KEBENARAN dan KESABARAN yang sekaligus merupakan AMAL KEBAIKAN dalam rangka IMAN kepada Allah itu. Artikel tentang apa saja dalam rangka itu, baik dalam rangka MUAMALAH juga termasuk diantaranya nasihat KEBENARAN dan KESABARAN dalam IBADAH keagamaan masing-masing ummat, tergantung di komunitas apa anda berada. Asalkan tulisan tidak menyinggung seseorang, tidak menyinggung kelompok atau golongan, insya Allah akan diapresiasi, oleh pihak manapun juga, yang penting niatkan merupakan ibadah. Akan tetapi namanya manusia, bak kata pepatah “rambut dikepala sama hitam, isi kepala lain-lain”, maka kadang artikel yang anda tulis masih saja ada kemungkinan pembaca yang menyindir tulisan anda. Ada juga yang ikut membaca, tidak kemonter, tapi dihati mungkin memberikan penilaian kepada anda menganggap anda tak sepantasnya/belum pantas menulis artikel itu karena tau “kartu anda”. Beberapa diantara yang dikirimi tulisan, menyatakan tidak berkenan dikirimi artikel anda. Selain itu, mungkin saja di group tertentu menyatakan tulisan anda tidak cocok di muat di group tsb. Semua itu adalah tantangan untuk melaksanakan butir butir yang diingatkan Allah dalam surat Al-Ashr surat 103 dalam Al-Qur’an seperti disitir di atas. وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. Dalam hal diri ini beriman, dalam rangka niat beramal kebaikan, selanjutnya mampu melakukan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Lantaran faktor-faktor penghalang, seperti tidak mendapatkan apresiasi dari pembaca, malah ditolak atau di cela sehingga awakpun berhenti melaksanakannya, maka terkelompoklah di golongan orang2 yang menderita kerugian. Selain itu akan terindikasi menjadi RIYA seperti diungkapkan oleh Doktor Salman Bin Fadh dalam bukunya berjudul “Isyruna Thariqatan Lir-Riya” yang diterjemahkan Mutsanna Abdul Qahhar, menyebutkan bahwa RIYA itu ada 20 pintu. Pada pintu ke empat, disebutkan bahwa TIDAK BERAMAL KARENA MANUSIA termasuk pintu Riya. Mengacu kapada pendapat ini maka bila lantaran takut menulis artikel lagi tentang nasihat menasihati untuk KEBENARAN dan KESABARAN kita hentikan karena khawatir tanggapan penilaian yang kurang positip dari pembaca, maka kitapun sudah masuk ke pintu ke empat dari RIYA. Dalam tulisan itu Doktor Salman mensitir pernyataan dari Al-Fudhail bin ‘Iyadh: “TIDAK BERAMAL KARENA MANUSIA ADALAH RIYA, BERAMAL KARENA MANUSIA ADALAH SYIRIK, SEDANGKAN IKHLAS ITU ADALAH ALLAH MEYELAMATKANMU DARI KEDUANYA”. Lebih jauh dicontohkan, seorang berkemampuan memberikan tauziah, berkemampuan berkhutbah, berkemampuan untuk menulis artikel-artikel tentang saling mengingatkan akan KEBENARAN dan KESABARAN, tetapi timbul kekhawatiran kalau-kalau penulisan artikel tersebut menyebabkan jadi pembicaraan, menjadikan komentar dan sanjungan dari para pembaca. Lantaran ketakutan itu jalan keselamatan yang dipilih, berhentilah yang bersangkutan meneruskan penulisan artikel-artikel tentang KEBENARAN dan KESABARAN tersebut, disebabkan takut akan RIYA. Justru inilah salah satu perangkap Iblis untuk mendorong yang bersangkutan masuk ke pintu RIYA. Solusi yang baik adalah dengan tetap membiasakan mengerjakan amalan tersebut, bertauziah atau berkhutbah, menulis artikel-artikel mengingatkan kebaikan kebenaran dan kesabaran disertai dengan niat yang tulus karena Allah semata, tidak mengharapkan komentar orang lain, baik berupa pujian/sanjungan begitu pula santai saja jika dicela. Nah kalau begitu, kita lanjutkan menulis artikel-artikel kebaikan ini, asalkan sekali lagi baik diulangi, artikel harus memenuhi syarat; tidak menyinggung diri seseorang, tidak menyinggung kelompok tertentu, pokoknya tidak mengundang masalah baik buat diri maupun orang lain. Tidak mengharapkan komentar berupa salutasi, pujian dan sanjungan. Semoga usia ini bermanfaat, berapapun usia kita, waktu tidak pernah dapat ditarik mundur, umur tidak akan bertambah, setiap saat berkurang. Mari gunakan sisa usia untuk kebaikan setidaknya menyerukan kebaikan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 7 Sya’ban 1443 H. 11 Maret 2022. (908.03.22)

No comments:

Post a Comment