Wednesday 23 March 2022

Dampak HP terhadap Taklim

Bila ikuti pengajian, tak jarang apa yang disajikan si ustadz hanya terdengar se-bagian2 karena mata sibuk ke HP. Jari jemari terus menari merespond message termuat di HP. Bagitu fenomena yang dapat disaksikan di masjid-masjid belakangan ini. Jamaah jadinya kurang konsentrasi. Memang di tempat2 strategis di dalam masjid sudah di tempel tulisan “Matikan atau Non Aktifkan HP anda” atau ada lambang dengan makna serupa. Kadang jamaah berpendapat ketergangguan HP itu hanya dihindari manakala shalat saja. Sesudah shalat selesai, bila ada tausyiah di masjid tersebut, sebagian jamaah menganggap sudah bebas mengaktifkan HP. Akan hal HP yang mulai masuk Indonesia sekitar tahun 1986 an, begitu luas dampaknya bagi perilaku manusia. Kadang orang lebih menghargai HP dari pada orang yang ada dekatnya. Lebih mengutamakan merespond HP dari pada menyimak taklim, ketika duduk di masjid. Ketika diriku memberikan pelatihan dihadapan para pengusaha-pengusaha di hotel2 baik di DKI Jakarta, maupun ke daerah2, sengaja ku umumkan kepada audience bahwa tidak dilarang mengaktifkan HP, asalkan ketika berkomunikasi, silahkan keluar ruangan agar tidak mengganggu jalannya pelatihan. Hal ini kulakukan karena bagi para pengusaha, kadang ada informasi penting yang mendatangkan peluang bisnis bukan mustahil transaksi milyaran rupiah. Tetapi ketika di kelas mahasiswa, kebijakanku sebelum kuliah dimulai, diumumkan bahwa seluruh mahasiswa yang mengikuti kuliahku harus men silent kan HP nya dan tidak diperkenankan digunakan. Naaaah giliran ku sedang berceramah di masjid tentu jamaah masjid tidak patut diperlakukan seperti mahasiswaku. Seorang dosen, seorang instruktur dalam pelatihan beda dengan penceramah di masjid. Dosen punya otoritas menentukan mahasiswa, Intruktur pelatihan dipandang berkompeten memberikan skill tertentu kepada peserta pelatihan, bila terganggu tak mencapai tujuan program pelatihan. Sedangkan penceramah pemberi tausyiah, kadang berhadapan dengan audience yang heterogen tak jarang punya pemahaman yang berbeda terhadap topik yang sedang dibahas. Kalau ketika mendengarkan khutbah sih, semua jamaah sudah maklum, jangankan berkomunikasi dengan HP, sedangkan menegur seseorang untuk menyuruh diam saja sudah kehilangan pahala Jum’atan. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ . وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ “Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at, ‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata sia-sia.”(HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851). Kurang dari dua pekan dari sekarang, kita akan memasuki kembali bulan Ramadhan. Di bulan penuh rahmat Allah tersebut, banyak masjid menyiapkan penceramah yang mengadakan tausyiah sesudah isya sebelum shalat tarawih. Hendaklah kita tekadkan di Ramadhan ini setiap tausyiah kita pandang sebagai suatu kegiatan menambah ilmu merupakan jalur ibadah. Ibadah menghendaki kekhusyu’an. Jangan sampai seperti apa yang disinyalir Nabi Muhammad s.a.w. dalam sabda beliau: INNA AWWALA MAA YUR FAU' MINANNASIL KHUSYUK (Sesungguhnya yg mula diangkat Allah dari hati manusia ialah rasa khusyuk itu). Demikian seperti yg didengar Syaddad bin Aus. saya kutip dari tafsir Al-Azhar, Prof. Dr. Hamka, juzu 27 halaman 289*). Ath Thabrani meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : أَوَّل مَا يُرْفَعُ مِن هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى َلَا تَرَى فِيهَا رَجُلًا خَاشِعًا "Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyuk". Semoga di Ramadhan nanti, Khusyu’ belum diangkat Allah, sehingga kita dapat melaksanakan ibadah lebih berkualitas, menambah ilmu baik melalui pengkajian sendiri, maupun dengan mendengarkan pengajian2 yang diadakan di masjid2, televisi dan youtube dengan konsentrasi dan dapat menempatkan kapan berkonsentrasi menambah ilmu dan kapan menggunakan alat komunikasi yang disebut HP dan sebangsanya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 21 Sya’ban 1443 H. 23 Maret 2022. (915.03.22)

No comments:

Post a Comment