Saturday 19 March 2022

Do’a dapat stop Matahari

Sepakad semua pihak bahwa Matahari adalah sumber kehidupan, ilmuwan maupun praktisi. Karena tanpa sinar Matahari, tumbuh-tumbuhan enggan normal bertumbuh. Manusia yang tak kena sinar Matahari dalam waktu lama terganggulah kesehatannya. Penderita pengapuran, untuk perawatan harus rajin menyerap sinar Matahari pagi guna penyembuhan. Bumi ini akan musnah bila tidak adanya Matahari. Jangankan tidak adanya Matahari, andaikan bumi ini tertahan beredar sehingga hanya mendapatkan sinar Matahari di satu sisi, maka sisi yang lain yang tidak mendapatkan sinar Matahari akan menjadi dingin dan beku. Sementara sisi bumi yang terus menerus kena sinar Matahari akan jadi panas mendidih luluh lebur terbakar. Dalam keyakinan iman, sekali lagi dengan keyakinan iman bahwa se izin Allah dikabarkan bahwa Matahari pernah beberapa kali terhenti, menjelang terbenam di ufuk barat. Tentu terhentinya itu logikanya karena bumi berhenti berputar. Apa yang membuat Matahari ini mau berhenti sejenak beberapa saat, ternyata adalah karena DO’A, dan karena kuasa Allah. Peristiwa yang pertama. Ketika Allah mengabulkan do’a nabi “YUSYA bin NUUN”. kala itu nabi bani Israil itu sedang berperang mengusir kaum JABBARIN (penjajah). Pada saat pertempuran begitu sengitnya tatkala musuh sudah terpojok dan hampir terkalahkan, hari terakhir pertempuran itu pas jatuh hari Jum’at dan waktu sudah petang, Matahari hampir terbenam. Dilema buat YUSYA bin NUUN pemimpin pertempuran itu yaitu: Jika perang diteruskan sampai Matahari terbenam maka akan jatuh pada hari Sabtu, sedangkan hari Sabtu adalah hari dalam syariat nabi Musa sebagai hari SABAT, diperuntukkan hanya untuk ibadah tak boleh berkegiatan lain, seperti bertani, berdagang, termasuk berperang. Tapi jika perang dihentikan, musuh yang sudah terpojok itu, akan punya kesempatan untuk konsolidasi menyusun kekuatan, bukan mustahil malah dapat mengalahkan mereka. Oleh karena itu berdo’a-lah YUSYA bin NUUN “ENGKAU MATAHARTI, BEREDAR DILANGIT MENJALANKAN PERINTAH TUHANMU, DAN SAYA BERPERANG ADALAH PULA MENJALANKAN PERINTAH TUHANKU, YA ALLAH TUHANKU, TAHANLAH MATAHARI ITU UNTUKKU” Do’a tersebut di ijabah Allah dan Yusya bin Nuun meneruskan pertempuran memukul musuh sampai tuntas. Setelah musuh bertekuk lutut semuanya, Matahari-pun barulah tenggalam di ufuk barat sebagaimana biasanya. Peristiwa kedua. Sebagaimana dikisahkan oleh Abdullah ibn Mas’ud, ia Berkata: "Kami bersama Rasulullah SAW dalam satu peperangan, sampai akhirnya merasa kelelahan, hingga nampak wajah yang pucat dan lesu pada pasukan kaum muslimin dan wajah gembira pada kelompok munafik." Setelah melihat kondisi seperti ini Beliau berkata: "Demi Allah, Matahari tidak akan tenggelam sampai kalian ke daerah Ruzaq." Utsman tahu bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak bohong, Beliau lalu membeli 14 ekor unta sekaligus makanannya. 9 ekor di antaranya diberikan kepada Nabi SAW, wajah kaum muslimin langsung berseri-seri, sebaliknya wajah kaum munafik merunyam. Lalu Rasulullah mengangkat tangannya sampai terlihat putih ketiaknya. Beliau berdoa, mendo’akan kebaikan untuk Utsman. (Hadits riwayat al Baihaqy) (lihat Mu’jam Kabir karya al Tabarani, hadist no: 7255). Peristiwa ketiga. Kisah lainnya adalah sebagai berikut tercegahnya matahari dari terbenam. Waktu beliau melakukan perjalanan pulang dari Isra’, beliau berjumpa dengan rombongan kafilah; dan ini diberitahukan kepada orang-orang musyrik bahwa rombongan kafilah itu akan tiba pada hari yang disebutkan Rasulullah. Tetapi ketika hari yang disebutkan beliau itu tiba, rombongan tersebut masih juga belum datang, padahal matahari sudah hampir tenggelam. Maka dengan izin Allah, matahari itu bertahan, hingga akhirnya rombongan kafilah yang disebutkan oleh beliau itu datang. Peristiwa keempat. Matahari kembali muncul sesudah tenggelam. Peristiwa ini terjadi lantaran do’a Nabi Muhammad s.a.w. diijbah Allah untuk Ali bin Abi Thalib r.a. agar Ali dapat menunaikan salat Ashar pada waktunya. Ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan shalat ashar harus dilaksanakan sebelum maghrib, sehingga nabi sampai berdo’a agar matahari tertunda terbenam. Dari peristiwa-peristiwa ini pantas untuk kita renungkan, bahwa do’a yang mustajab; jangankan cuma untuk kebahagiaan keluarga, jangankan hanya untuk keamanan lingkungan, jangankan hanya untuk kemakmuran bangsa, jangan kan agar Allah menghentikan pandemi Covid 19, sedangkan Matahari saja dapat di stop sejenak dengan izin Allah. Yang penting disini adalah meraih izin Allah. Bagaimana agar Allah meng-ijabah do’a. Tentu untuk terijabahnya do’a, harus memenuhi syarat berdo'a; diantaranya benar-benar beriman dan bertaqwa. Beriman dalam arti sungguh-sungguh yakin akan keberadaan Allah dan kekuasaan Allah, diikuti melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah. Do’a kita banyak belum terkabul, do’a anak bangsa ini bagaikan berlalu begitu saja, sepantasnyalah perlu direnungkan, ada apa yang salah dipihak kita sendiri, karena Allah tak akan pernah ingkar akan janji-Nya. Seperti yang tersurat di dalam Al-Qur’an (Al-A’raf ayat 96): وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." Semoga dengan renungan ini, bertambah keyakinan dan keimanan kita kepada Allah. Semakin tinggi ketaqwaan kita, dengan demikian do’a kita insya Allah di ijabah Allah. Barakallahu fikum. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Sya’ban 1443 H. 17 Maret 2022. (912.03.22). Ditulis ulang, ngisi waktu menunggu antrian di poli Gizi di RSGS Jkt.

No comments:

Post a Comment