Saturday 15 January 2022

PEMBANTAH

Salah satu sifat melekat pada diri manusia ialah "Pembantah". Dengan sifat pembantah, manusia tidak begitu saja mau menerima suatu keadaan. Dorongan sifat membantah, membuat manusia mencari jalan keluar dari masalah. Dalam pada itu sifat pembantah kadang orang membenarkan sesuatu yg salah. "Membenarkan yg biasa bukan membiasakan yang benar". Lokasi perbantahan: 1. Pembatahan dlm lingkungan keluarga. 2. Pembantahan di lingkungan penduduk sedaerah. 3. Pembantahan sbg rakyat suatu negara. 4. Pembatahan thdp ketentuan agama. Diruang terbatas ini hanya dimuat tentang pembantahan dlm lingkungan keluarga, yg sangat mungkin terjadi: 1. Berbantah suami-istri. Banyak kasus terjadi ber-bantah2 pasangan suami-istri dikarenakan berbagai sebab. Dapat disebabkan faktor ekonomi, faktor pihak ketiga. Kadang berujung sampai berpisah. Tak jarang juga bertahan sampai salah satu berpulang ke rahmatullah, jika salah satu pihak sedia mengalah. 2. Berbantah antar saudara. Lazim terjadi, karena manusia tercipta beda pendapat. Setelah masing2 berkeluarga, bukan mustahil perbantahan disebabkan faktor pihak ketiga. Perbantahan juga terkadang lantaran faktor warisan. 3. Berbantah antara anak dan ortu. Anak seringkali dari kecil sdh berbakat membantah ortunya, mulai dari ndak doyan makan ogah mandi, tak mau berhenti bermain dlsbnya. Ketika sdh dewasa juga tak jarang perbantahan ketika mereka milih pasangan hidup, milih bidang pendidikan dan banyak lagi...... Namun sbg ortu tidak boleh berlepas diri dari perbantahan dg anaknya. Setidaknya didiskusikan dg memberikan pandangan2 guna kebahagiaan anak2 kedepan. Apalagi masalah akidah dan ibadah hrs tetap jadi perhatian ortu thdp anak2 mereka, jangan sampai perbantahan itu ortu mengalah lalu menyerahkan terserah kpd mereka. Hrs diingat ortu dipesankan khusus oleh Allah. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. 66 = At-Tahrim ayat 6). Rasulullah memberi contoh dlm konteks perbantahan dg anak, walau sdh menikah seperti dicontohkan; Rasulullah masih mengontrol anaknya yg sdh menikah. Suatu pagi hari Rasulullah berkunjung ke rumah anaknya Fatimah, di dalam kunjungan itu beliau bertanya “apakah kamu tidak menunaikan shalat malam” pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali bin Abithalib, menantu beliau. “wahai Rasulullah sesungguhnya kami berada di bawah kuasa Allah. Jika Allah berkehendak agar kami bangun, tentu Dia akan membangunkan kami”. Mendengar jawaban itu, Rasulullah s.a.w. terus pergi. Kemudian beliau menepuk pahanya, seraya membaca firman Allah “Wa kanal insanu aktsara syai-in jadala = dan memang manusia itu adalah mahluk yang banyak membantah.” (Q.s, Al Kahfi 54). وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا "Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah." Hadits ini dirawayatkan Ali bin Abi Thalib r.a. HR. Muttafaq ‘Alaih halaman 380 hadits no.425. Peristiwa tersebut kita yakin terjadi bukan kebetulan, tentu atas kehendak Allah untuk menjadikan teladan buat kita dikemudian hari hingga saat ini. Dari peristiwa tsb. dpt dipetik sikap yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. a.l.: Orang tua, haruslah tetap melakukan: Pertama; pemantauan terhadap kehidupan rumah tangga anaknya terutama dalam hal beribadah; walau sdh menikah. Kedua; memberikan pelajaran kepada kita bahwa harus diberikan pengertian kepada anak bahwa sebagai anak walau sudah menikah, dimana sudah dewasa, namun orang tua masih berwenang untuk mengontrol. Walau terjadi anak/mantu MEMBANTAH. Ketiga; ketika berbantah dg merekapun tetap melibatkan Allah dg mengutip dalil (dlm hal ini Rasulullah mengutip Al-Kahfi 54). Keempat; Rasulullah marah milih meninggalkan lokasi tempat marah, melampiaskan kemarahan bukan ke orang lain tapi ke diri sendiri (memukul paha bliau). Kelima; Rasulullah tdk setuju kita menyerah kpd takdir (contoh Ali katakan terbangunnya tergantung Allah). Kita dewasa ini untuk bangun dpt dibantu alarm. Keenam; shalat tahajud dmkn penting, sampai Rasulullah mengontrol anak mantunya. Mudah-mudahan peringatan Allah bahwa sbg manusia kita punya sifat SUKA MEMBANTAH yg tlh dinukil di atas dpt kita cermati dan sikapi sehingga kita dpt mendidik anak cucu keturunan kita sehingga smg anak keturunan kita tidak menjadikan kita lalai mengingat Allah (Al-Munafiqun ayat 9). يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلٰدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ  ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 11 Jumadil Akhir 1443 H. 15 Januari 2022. (887.01.22).

No comments:

Post a Comment