Friday 11 December 2020

Nasehat Ibu.

 

Ibu setengah lusin lebih anak ini, dua anaknya yg menonjol dlm kesuksesan hidup. Satunya sukses sebagai pedagang, sedang yg satunya sukses berkarier sebagai pegawai di suatu instansi.


Si pedagang, mulai dari kedai meracang sampai punya toko besar. Perlahan usahanya menjadi lbh luas merambah ke perkebunan berbagai jenis tanaman......

Alhasil pundi uangpun bernas, lancar, diapun termasuk terbilanglah kaya di kampung mereka.


Lain anak yg satunya menapaki karier dari pegawai biasa, berjenjang setapak demi setapak, nambah ijazah, akhirnya harus pindah ke kota besar lantaran jabatannya harus berkantor di kantor pusat. 


Bila dibanding kayanya, dua anak si ibu ini yg lebih kaya adlh yg pindah ke kota besar.


Ketika si ibu nyambangi anaknya di kota besar, hatinya malah jadi "ciut gundah gulana". Demi menyaksikan kemewahan anaknya. Di alam pikiran si Ibu yg dikampung di ustadzah kan orang (guru ngaji) : "ndak mungkinlah anakku dg gaji bulanan berikut segala remunerasinya, tunjangan2 jabatan dll jadi begini kaya ........ ini mesti ada pemasukan yg abu2"


Akhirnya beberapa hari menjelang pulang ke kampung halaman si Ibu ngajak ngomong anaknya 4 mata........


Kepada ibunya si anak menceritakan bahwa semenjak menduduki jabatannya sekarang: "Alhamdulillah bunda, yang namanya gaji nanda hampir ndak disentuh, banyak pengusaha yg baik, memberikan apa saja yg saya butuhkan, banyak pengusaha yg tau keperluan anak2 dan keluarga nanda".......


Hatta mendengar cerita anaknya Ibu ini menceritakan:


kisah Khalifah Umar bin Khatab bertanya kpd Abu Hurairah.

"Anna laka hadza"? (ini dari mana engkau dapat?).


Begitu pertanyaan khalifah Umar bin Khathab kpd Abu Hurairah setelah melihat sesuatu barang yg ada pada diri Abu Hurairah sepulang dari melaksanakan tugas mengumpulkan zakat di suatu daerah. 


Abu Hurairah menjawab: "ini barang hadiah dari salah seorang pembayar zakat untuk diriku". 


Dengan tegas Khalifah Umar bin Khathab memerintahkan agar barang itu ikut dikumpulkan bersama barang-barang zakat lainnya. Karena menurut Umar, Abu Hurairah tak mungkin mendapatkan hadiah itu kalau bukan lantaran dia ditugaskan sebagai pemungut zakat. 


Hal ini mengacu pada ketetapan Allah di ayat 161 surat Ali Imran"

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّغُلَّ ۗ  وَمَنْ يَّغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ  ۚ  ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

"Dan tidak mungkin seorang Nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya dan mereka tidak dizalimi."


Lebih jauh si Ibu menasihati anaknya yg pejabat di suatu istansi itu:


"Pedoman ini diteruskan dlm pemerintahan Islam setidaknya sampai ke khalifah Umar bin Abdul Azis. Suatu ketika pengawas baitul mal menghadiahkan seuntai kalung emas kepada puteri Umar bin Abdul Azis. Khalifah bertanya kpd putrinya ketika melihat kalung itu tergantung di leher si putri "anna laki hadza". Stlh diberi tau si putri asal tu kalung, segera disuruh tanggalkan seraya dikembalikan ke baitul mal. Kpd si putri dibacakan ayat 161 Ali Imran di atas, sbg ancaman.


Ketetapan Allah ini lah yg menjadi rujukan penyelenggara negara wajib melaporkan harta kekayaannya agar diketahui dari mana sumber harta tersebut. "ANNA LAKA HADZA". Sebab kalau sumbernya dari perolehan lantaran terkait jabatan, (sekarang dikenal "gratifikasi"). Terimalah  risikonya di hari kiamat kelak dia membawa barang hasil "garatifikasi" itu. Padahal ketika itu tak seorangpun sudi menerima barang biarpun dikembalikan, sebab masing2 sibuk dg urusan dosa dan pahala yg sdg dihitung.


Agaknya ibu ini menasihati anaknya mengutip Tafsir Al-Azhar Prof Hamka Juzu' IV ketika menafsirkan Ali Imran 161 di halaman 143-144.


Terakhir menutup bincangan si Ibu katakan: 


"Bunda kalau abangmu yg jadi pedagang kaya, bunda tak terlalu gusar, karena boleh jadi dia sesekali berniaga untungnya besar. Atau panen kebunnya pas sering berlimpah. Paling nasihat Ibu, usahalah yg jujur, baiklah kpd buruh..... jangan zalimi mereka,  bayar zakat......perbanyak sedekah".


""Tapi kalau kau kaya sbg pegawai, sekalipun pegawai tinggi punya jabatan, bunda khawatir karena takaran pendapatanmu terukur, kalau kau sampai mewah segini ngundang tanya dari mana dapatnya.

Ketahuilah nanda kalau kau sampai ketangkap KPK, yg malu bukan kau sendiri, tapi seluruh sanak keluarga mungkin orang kampungmu juga ikutan malu. Janngan2 Almarhum ayahmu juga terimbas........  

Sampai2 orang kampungmu kalau di tanya. "Kan si anu ... sekampung dg kamu". Mereka menjawab: "memang sekampung tapi lain RW lain RT". saking malunya""


Sederhana sekali nasihat seorang Ibu kpd anaknya yg sedang dipuncak karier tsb.


Semoga nasihat Ibu ini juga dpt jadi bahan renungan buat siapapun yg sedang menjabat.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


M. Syarif Arbi.

Jakarta, 26 Rabiul Akhir 1442 H.

11 Desember 2020.

(701.12.20).

No comments:

Post a Comment