Monday 10 August 2020

NOSTALGIA Moda TRASPORTASI.

50han tahun lalu (era 1970an) dari kota kelahiran ku Ketapang Kalimantan Barat ke ibu kota provinsi, blm dpt lewat udara. Juga bila dg jalan darat blm ada akses langsung, hrs nyambung dg moda tranportasi air transit di kota Telok Batang. Untuk praktisnya agar langsung dari kota ku, adlh menumpang kapal dagang.  Pelabuhan Kotaku (tempat bertambatnya kapal2 dagang waktu itu populer disebut "BOOM"). Zaman itu blm tersedia kapal khusus penumpang. 

Perjalanan ke Pontianak dg kapal dagang di zaman itu penuh kisah yg..............., kayaknya baik juga dikisahkan sebagian untuk landasan bersyukur buat generasi sekarang, berkenaan dg mudahnya moda tranportasi saat ini.


Adapun kisah itu antara lain:


1. Jadual tidak pasti,  tergantung siapnya muatan kapal. Muatan yg diangkut ke Pontianak berupa karet, rotan, damar, kayu belian................


Yg sedih bila tertumpang kapal dg muatan Karet dan produk turunan karet (di Ketapang di kenal "nomor dua'") sedang di hulu sungai Kapuas di kenal dg "Kulat", bentuknya bulat2. Produk ini hasil dari sisa latek dlm wadah tampung, dibalut dg sisa karet yg nempel kering di batang karet pada alur sayatan sadap.


Waah ni "Kulat" alias "Nomor dua", bukan main banyak hamanya yg ikut. Sementara para penumpang disediakan tempat di Palka Kapal. Pembatas dg muatan hanya Terpal. Guna melindungi hujan dan panas juga dg Terpal di atas tempat istirahat para penumpang dg waktu perjalan 40an jam an itu. 


Kalau tertumpang ke kapal yg muat "Kulat". Sampai ke Pontianak harus segera mandi untuk mengusir hama yg nempel di badan, rambut dan semriwing di kuping. Pakaian bekal juga hrs segera dicuci semua.


2. Keberangkatan sering batal, karena kapal tak lolos di kuala (muara sungai menuju laut). Ada dua muara untuk keluar ke laut yaitu "Kuale Ketapang Keci' " disebut juga "kuale pendek". Kuale Kandang Kerbau, disebut juga "kuale panjang". Alur ke laut kuale pendek lbh cetek dibanding kuale panjang.


Guna mengantarkan kapal ke laut, ada pemandu dengan sampan kecil dikayuh seorang ahlinya (sebutan setempat "Tekong"). Sampan si Tekong di depan kapal yg akan melaut. Di atas kapal, posisi di haluan kapal, seorang awak kapal membawa galah (berskala kaki) yg ditusukkan ke alur yg akan dilalui, sebut saja klasi kapal ini sbg "Juru ukur".


Ku masih ingat teriakan juru ukur ini sambil mengangkat dan menusukkan galah ke air, untuk memberi tahu juru mudi: "13 kaki tanah lumpur..............., kapalpun maju lagi...... 13 kaki tanah tranas............, kapal berjalan pelan2................, 12 kaki tanah ..... dstnya". .............

Sementara itu seluruh penumpang harap2 cemas sambil berdo'a. 


Kalau kedalaman air cenderung menuju lbh dangkal dari draft kapal bermuatan itu, diperkirakan kapal tak lolos, ketimbang kandas, kapten kapal memutuskan berbalik kembali ke pelabuhan. Alhasil batal-lah perjalanan hari itu.


Penumpang pulang ke kediaman masing2......... Keluarga siap2 lagi nyiapkan bekal untuk keberangkatan berikut................ Motong ayam, ngolah serondeng, sesagon dll buat ransum lagi.  Kapal dagang, dalam perjalanan maksimal hanya nyediakan nasi dan lauk sekedarnya. Penumpang bawa lauk pauk sendiri. Karena kadang sampai tiga-empat kali kapal berbalik, maka untuk traveling itu tak jarang sampai empat kali menyembelih ayam..............


3. Cuacapun tak jarang menghambat perjalanan, mulai dari ombak besar, tiba2 ketemu badai. Dlm hal seperti ini Kapten kapal mengarahkan kapal ke Pulau terdekat untuk berlindung menunggu cuaca membaik. Hal ini memperpanjang waktu tempuh, dpt saja berhari-hari. Makanya ransum bekal sedia agak banyakan, lauk yg awet termasuk serondeng ALE-ALE (sejenis kerang,  tempo doeloe populasinya banyak di kuale Ketapang). Memungut kerang ini tempo doeloe ndak usah bayar, siapa aja boleh, sekuatnya.


Pelayaran waktu itu banyak hambatan dan penuh risiko, oleh karena itu, keluarga yg ditinggal dan masing2 penumpang mengiringi perjalanan dg do'a.


Persis seperti yg di terangkan Al-Qur'an surat  Al-'Ankabut 65:


فَاِ ذَا رَكِبُوْا فِى الْفُلْكِ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۚ فَلَمَّا نَجّٰٮهُمْ اِلَى الْبَـرِّ اِذَا هُمْ يُشْرِكُوْنَ ۙ 

"Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) menyekutukan (Allah),"


Pernah ku ke Pontianak menumpang kapal milik orang bukan beragama Islam, pas bulan Ramadhan. Ku memilih tdk mengambil fasilitas boleh tak berpuasa dlm perjalanan kurang lebih 40 jam itu. 


Yg menarik pemilik kapal yg ikut dlm pelayaran itu paling sibuk ngatur berbuka puasa, mengingatkan waktu shalat, waktu sahur dan berbuka. Dia selalu pesan minta agar setiap mau mulai shalat, "tolong di do'akan agar pelayaran kami selamat". Pelayaran kapal kutumpangi itu 8 jam melalui laut dan 32 jam melalui sungai dan selat.


Bgt bersimpati si pemilik kapal dagang terhadap agama yg ku anut. Dia yakin betul demikian besar peranan do'a dlm menyelamatkan perjalanan. Sepertinya ybs yakin se yakin2nya bahwa Tuhan itu ada; keselamatan pelayaran kapalnya dalam genggaman Allah. 


Si  pemilik kapal yakin bahwa bumi dan langit serta alam semesta ini ada penciptanya,

dianya termasuk kelompok yg HATINYA percaya akan adanya TUHAN; terminologi bebas mereka disebut orang BERIMAN. 


Jika dia blm mengakui dengan ikrar dan melaksanakan sesuatu ritual agama tertentu, ybs blmlah dianggap beragama baru sebatas simpatisan agama.


Khusus agama Islam pintu gerbang masuk menjadi orang beriman adlh berikrar mengakui : tiada Tuhan selain Allah dan mengakui Nabi Muhammad sbg rasul utusan Allah. Tidak sedikit kelompok orang di dalam hatinya beriman kpd ajaran dan kebenaran Islam TAPI BELUM IKRAR. Alasannya; dpt saja karena pertimbangan Lingkungan, pertimbangan keluarga besar, tak hendak nanti kalau mengimani seruan agama Islam, akan dikucilkan dari komunitas, akan terjungkal dari kedudukan. Diantara kelompok ini adalah paman nabi Muhammad sendiri yang sangat melindungi dan menyayangi Nabi; Abu Thalib sampai menghembuskan nafas terakhir enggan berucap akan keimanan atas risalah yang dibawa kemenakannya.


Mungkin anda punya sahabat akrab yg kesehariannya berakhlak baik bahkan mendekati akhlak yg dituntunkan agama. Sahabat ini hanya blm beribadah dan berikrar, dua kalimat syahadah. 


Disinilah agaknya letaknya bahwa hidayah mutlak hak Allah.

فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ ۚ; وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ&nbsp; كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ<br>

"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman"

(Alqur'an surat Al-An'am ayat 125).


Mungkin anda punya kenalan, sahabat, atau famili, tlh bersimpati thdp agama seperti ini, tapi blm sempat berikrar dan beribadah. Kita hanya dpt berdo'a smg Allah memberikan hidayah kpd mereka, sambil kalau memungkinkan mengajaknya dg cara yg arif.


اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى


“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon selalu dari-Mu hidayah, takwa, terhindar dari sikap tidak baik, dan kecukupan.” (HR. Muslim no. 4898).


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 20 Dzulhijjah 1441 H.

10 Agustus  2020.

(682.08.20).

No comments:

Post a Comment