Monday 24 August 2020

LUAS-nya ILMU.

Begitu banyak disiplin ilmu pengetahuan, sehingga sampai habispun umur manusia, ilmu tak akan terkuasai semua. .........


Ketika Nabi Khidir dg Nabi Musa dlm safari "Kuliah Kerja Nyata", mereka menumpang sebuah perahu. Seekor burung hinggap di pinggir perahu. Sblm hinggap si burung mencocok air dg paruhnya buat minum. 


Nabi Khidir tentang burung itu berkomentar: "Ilmu kita berdua lbh sedikit dibandingkan dg air di dlm paruh burung barusan".........

Bgtlah ilmu itu dmkn luas dan banyak. 


Nabi Musa di tengah ummatnya  pernah meng klaim diri paling berilmu. Statement Nabi Musa itu diingatkan Allah bahwa ada hamba Allah lain yg lbh tinggi ilmunya yakni Nabi Khidir. 


Makapun Nabi Musa berusaha berguru kpd Nabi Khidir..........

Nabi Khidir mengaku bahwa ada ilmu Nabi Musa yg ia tdk mengetahui, sebaliknya ada ilmu dirinya yg tdk diketahui Nabi Musa. Ilmu2 mereka ditambahkan masih lbh sedikit dari seteguk air di paruh burung.


Pengembaraan Nabi Musa berguru kpd Nabi Khidir ini diabadikan kisahnya dlm surat Al-Kahfi ayat 60 s/d 82.


Kesan yg diperoleh dari kisah Nabi Musa berguru kpd Nabi Khidir ini a.l.:


Kesan PERTAMA:

Tak ada manusia paling berilmu termasuk nabi Khidir dan Nabi Musa........... 

Nabi Muhammad ﷺ, juga menyampaikan ajaran2 kpd ummat bukan karena tinggi ilmu beliau tetapi mrpk petunjuk Allah dg wahyu .......

Surat An-Najm ayat 4


إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌۭ يُوحَىٰ

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).


Soal2 diluar wahyu Allah, Nabi Muhammad ﷺ pun awam, soal dunia misalnya beliau bersabda:

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ


“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.”  (HR. Muslim, no. 2363)


Kesan KEDUA:

Kunci menuntut ilmu adalah SABAR. Makin tinggi strata pendidikan makin tinggi memerlukan kesabaran.  Teringat waktu menempuh S3, ketika kadang menghadapi kesulitan merampungkan Disertasi, sahabatku yg lebih dahulu meraih Doktor menasihatiku dg beristilah: Waktu kita S1 sabarnya hanya perlu satu, karena ES nya SATU. ES diplesetkan sohibku dari singkatan SABAR. 

Nah........ketika kita  S2 paling kurang sabarnya harus 2; SABAR-SABAR. Bagi yg ambil S3 maka sabarnyapun harus banyak; SABAR....SABAAR......SABAAAR. Makanya disebut "S3".


Kesan KETIGA:

Ternyata di dunia ini tak semuanya dpt disangkutkan pada logika. Ada hal2 diluar nalar terjadi di dunia ini, termasuk hal2 yg kita alami secara pribadi, tak jarang peristiwa menyedihkan dan menyakitkan kita alami sulit dilogikakan. Stlh diujung usia barulah kita ketahui apa sebenarnya maksud Allah atas peristiwa2 diluar nalar dan logika tsb. Tadi diujung perjalanan Nabi Khidir menjelaskan tindakan2nya yg tak tercerna dg logika Nabi Musa.


Kesan KEEMPAT.

Mencari ilmu jelas harus dg ikhtiar dan pengorbanan, tentu termasuk berbiaya. Nabi Musa hrs berjalan jauh dg pembantunya menuju....

suatu lokasi yg jauh untuk menemui Nabi Khidir.


وَاِ ذْ قَا لَ مُوْسٰى لِفَتٰٮهُ لَاۤ اَبْرَحُ حَتّٰۤى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا

"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun."

(QS. Al-Kahf ayat 60)


Dgn pendalaman ilmu, melalui berguru, melalui jalur pembelajaran membentuk kepribadian. Stlh berguru ke Nabi Khidir,  Nabi Musa pun sadar bahwa statement yg  pernah ia sampaikan di tengah ummatnya bahwa dirinya paling berilmu tlh terbantahkan.


Bgt pula sehrsnya manusia semakin tinggi pendidikan semakin terasa bahwa ilmunya belum memadai. Ilmu dmkn luas semestinya semakin banyak menyandang ilmu, semakin rendah hati dan menghormati ilmu orang lain.


Dalam kenyataan, banyak juga ilmuwan disuatu disiplin ilmu tertentu yg lantas meng klaim dirinya paling berilmu dibidangnya dan karenanya dialah katanya paling benar. Pendapat orang lain salah melulu.


Ilmuwan kelompok "merasa paling berilmu" di disiplin apapun ilmunya,  mereka baru sampai pada level "Nabi Musa sebelum berguru kepada Nabi Khidir".


Smg melalui pelajaran dari penggalan kisah Nabi Musa berguru ke Nabi Khidir di atas, intisarinya dpt dipetik buat kita meneruskan kehidupan ini, setinggi apapun ilmu kita.


اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً


“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima“. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu as-Sunni).


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 6 Muharram 1442 H.

25 Agustus  2020.

(688.08.20).






No comments:

Post a Comment