Monday 3 February 2020

Percaya/tak Percaya AKHIRAT

Bahwa nenek moyang kita dulu telah mempunyai ritual ibadah, sblm agama2 samawi masuk ke tanah air. Bekas peninggalan itu dpt disaksikan sampai sekarang. Bekas2 sarana ritual ibadah, sebagai wujud perhambaan kepada Sang Pencipta dan Penguasa  alam ini.  Pemakaman  model kepercayaan nenek moyang, mrpk bukti bahwa sejak nenek moyang kita sdh meyakini nanti setelah jiwa berpisah dengan raga (meninggal dunia), arwah akan masuk ke alam akhirat.

Tapi ditengah-tengah orang yg percaya dg alam akhirat itu, tidak sedikit pula sejak dahulu tak kurang orang tak percaya akhirat. Jumlah mereka yg tak percaya akhirat sampai sekarangpun tetap ada. Sulit memang meyakinkan bagi yang tidak percaya itu, sebab memang belum pernah ada orang yang “berkunjung ke akhirat kemudian pulang lagi ke dunia”, layaknya pergi berwisata.

Buat orang yg tak percaya akhirat, tidak masuk di akal mereka bahwa ada kehidupan ssdh kematian. Apalagi bila dikatakan hidup di alam akhirat itu adalah KEKAL.

Soal orang tak percaya kehidupan akhirat itu bukan barang baru. Cuma versi mengekspresikan ketidak percayaannya saja yang berbeda.

Dulu,......... orang tak percaya akhirat dg vulgar, terang2an, misalnya di era Nabi Muhammad. Tersebutlah 2 orang penting yang termasuk cendekiawan dan pemimpin dari kelompok masyarakat waktu itu, yaitu Ubay bin Ka’ab dan Al-Ash bin Wail. Kedua pemuka masyarakat itu tidak percaya bahwa orang-orang yang telah mati berabad-abad silam akan hidup kembali di kampung akhirat.

Mereka berdua juga akan memanfaatkan keterangan Rasulullah Muhammad s.a.w. tentang akhirat itu untuk memprovokasi masyarakat guna menjatuhkan reputasi Nabi Muhammad dengan argument logika dan “ilmu” serta bukti yg akan mereka bawa.

Kedua orang itu pulang setelah bubaran dari mendengar da’wah Rasulullah Muhammad, mereka pergi ke kuburan yang sudah lama disekitar tempat tinggal mereka. Kuburan digali dan tulung belulang dari kuburan itu dibawanya kehadapan Rasulullah s.a.w.  seraya tulang belulang yang sudah lapuk itu di injak-injaknya hingga hancur menjadi debu. Lalu mereka berkata dihadapan Rasulullah s.a.w. dan masyarakat, “ENGKAULAH YANG MENGATAKAN BAHWA ALLAH AKAN MENGHIDUPKAN KEMBALI”?

Terhadap  Ubay bin Ka’ab dan Al-Ash bin Wail yg tak percaya akhirat dan hidup ssdh mati itu, Allah utus menjawab tantangan itu, malaikat Jibril.

Jibril membawa wahyu dari Allah di surat Yasin 77-81.

77. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

78. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"

79. Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.

80. yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu."

81. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.

Bagi kedua orang ini, jawaban itu cukup membuat mereka tak dapat membantah lagi.  Alhamdulillah nya mereka mengimani bahwa dirinya, bumi dan langit serta apa yang dilihatnya, udara yang dihirupnya  buah-buahan yang dimakannya, air yang diminumnya yang menciptakan dan menyediakannya adalah Allah. Ini sudah jadi modal utamanya hanya saja mereka tidak mengimani alam akhirat.

Sekarang,..................... orang mengekspresikan ketidak percayaan akan akhirat, khusus di negara RELIGIUS, mereka tak berani terang2an. Karena kalau terang2 tak percaya akhirat; akan di STEMPEL tidak mengamalkan dasar negara yg mengakui adanya TUHAN. Sedang bila mengakui adanya TUHAN, mau tak mau akan menyangkut hal ghaib. Kalau sdh menyangkut ghaib, maka harus percaya akhirat. Oleh sebab itu mereka menyatakan secara tersamar, misalnya "akhirat urusan nanti". Sudah ada juga siii........suatu model orang tak  percaya akhirat menyatakan bahwa soal akhirat sbg "ramalan masa depan". Agaknya pernyataan bahwa agamawan dianggap sebagai "Peramal masa depan", blm membuat para agamawan terusik. Mungkin para agamawan meresapi dg seksama makna Surat Asy-Syura ayat 15:

ٱللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَآ أَعْمَـٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَـٰلُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ ٱللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ ٱلْمَصِيرُ
"Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)".

Tidak sedikit tentang informasi akhirat itu di nukilkan oleh Al-Qur’an, bgt banyak ayat mengisahkan bagaimana nantinya keadaan kehidupan akhirat itu, untuk bahan renungan bagi pihak yang meng IMANI akan kehidupan akhirat itu.

Nah sekarang,  kalau orang masa kini ndak yakin dengan keadaan alam akhirat, apakah juga punya mereka modal utamanya, yaitu percaya jugakah bahwa dirinya diciptakan yang punya akhirat. Tinggal kita do’akan semoga Allah menurunkan hidayah kepada mereka. Aamiin.

Sebab jika tidak percaya akan Akhirat CACATLAH keimanan. Naudzubillahi min dzalik.  Sepanjang orang mempunyai agama, setiap agama punya keyakinan adanya alam sesudah dunia fana ini. Yaitu alam akhirat.

(QS Al-A"la surat ke 87 ayat 17)
وَا لْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ وَّ اَبْقٰى ۗ 
"padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal."

Berarti alam akhirat tidak berujung, begitu informasi dari Al-Qur’an. Firman Allah ini yang hanya dapat diterima oleh orang BERIMAN.

Bagi mereka TAK beriman sudahlah,………. maka pembicaraan akhirat ndak dapat kita teruskan, sebab IMAN lah sebagai kunci untuk dapat membuka pintu gerbang percaya akhirat. Menggunakan logika saja tidak cukup, teknologi pun ndak akan mampu menguak kehidupan akhirat, karena kehidupan akhirat (menurut keyakinan orang beragama, apapun agamanya) adalah tentang alam sesudah kita mati. Tentang alam ghaib.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment