Tuesday 11 February 2020

AKAL dan QALBU menggapai HIDAYAH

Manusia tercipta dari ROH dan Jasmani. Roh di dlm Jasmani berfungsi maksimal bila Jasmani normal. Jasmani normal begitu berarti bila di dlmnya bersemayam Roh yg sehat.

Silahkan lihat orang ditakdirkan jasmaninya "DIFABEL". Mereka ber Roh sama seperti manusia normal, tetapi kemauannya, untuk berbuat sesuatu dmkn sulitnya. Bgt juga mereka yg Jasmaninya normal, tetapi bila jiwanya terganggu, tidak hidup layak di tengah masyarakat.
Terasing, diasingkan, lebih ekstrim zaman dulu orang terganggu jiwanya, kalau sdh berpotensi mengganggu umum, mereka ada yg "Dipasung".

Dua sisi contoh keseimbangan ROH dan JASMANI di atas, seyogyanya menjadikan kita2 yg normal ini besyukur. Walaupun harta kurang, rezeki pas2an. Tak pula berpangkat atau berjabatan. Di pergaulan masyarakatpun biasa2 saja. Namun memiliki ROH dan JASMANI yg normal. Itu adlh anugerah Allah yg tak ternilai.

Ada 8 wilayah Roh di jasmani ini:
1. Akal. 2. Qalbu. 3. Nafsu. 4. Penglihatan. 5. Pendengaran. 6. Pencicipan. 7. Penciuman dan
8. Perabaan.
Tanpa ROH, 8 kelengkapan itu tdk berfungsi lagi.

AKAL dan QALBU diberikan Allah kepada manusia pada tahapan ke TIGA.
Tahap pertama diberikan Allah kpd manusia adlh. وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ
(pendengaran).
Tahap ke dua adlh. وَالْاَبْصٰرَ
(penglihatan).
Tahap ke tiga barulah وَالْاَفْئِدَةَ
(hati nurani), dimana terdapat AKAL dan QALBU.

Lengkapnya informasi tahapan anugerah Allah tsb.
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا  ۙ  وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ   ۙ  لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur."
(Al-Qur'an Surat 16 (An-Nahl) ayat 78)

AKAL dan QALBU berfungsi:
a. Akal sanggup "mengingat". Kemampuan ini dipunyai semua mahluk yg berjiwa termasuk hewan. Dg mengingat; burung merpati, ayam, itik,  sapi, kambing, kembali ke kandang. Manusia diberi daya ingat melebihi hewan. Dg daya ingat inilah seorang anak kecil berangsur memahami lingkungannya dan memiliki kecerdasan, merupakan cikal bakal mengenal Tuhan, memaklumi bahwa yg ghaib itu ada. Setelah hidayah Allah ke Qalbu.

b. Akal untuk "berfikir"; untuk memilih, memutuskan apa yg hrs dilakukan, hrs diambil dlm hidup ini. Anak-anak fikirannya blm jalan. Dikisahkan Nabi Musa lbh memilih "bara" ketimbang "emas" tatkala diuji Fir'aun, menguji keberakalan bocah Musa. Melalui berfikir manusia sadar dari mana dia datang dn kemana kesudahannya hidup ini, oleh karenanya menyiapkan diri akan kematian. Hidup ssdh mati adlh alam ghaib sama ghaibnya keberadaan kita sblm lahir. Hanya tercerna dg  berfikir, cabang dari akal. Selanjutnya Qalbu diberikan hidayah oleh Allah. Sebab tdk sedikit cerdik pandai yg tak beriman kpd yg ghaib.

c. Akal akan mencari "sebab akibat"; melalui cabang akal yg satu ini manusia dpt percaya akan adanya pencipta. Teknik yg paling dasar guru agama di SR kita dulu memasukkan ke akal kita bahwa "tak mungkin ada kotoran cecak di lantai dlm ruang kelas ini, kalau tak pernah ada cecak yg masuk kelas ini". Kata guru agama. Bumi ini tak mungkin ada bila tak ada yg menciptakan. Namun tanpa Qalbu yg mendpt hidayah Allah tetap saja ada yg tdk percaya Allah sbg pencipta.

d. Akal dpt "menghayal". Imajinasi dimiliki oleh anak manusia sejak dini, perhatikan anak yg baru lancar ngomong, dia sdh dpt merajut cita-cita kalau dia besar nanti. Meskipun cita-citanya sangat sederhana sesuai perkembangan akalnya.

Akal saja tak mampu mencari kebenaran, bila tdk menggunakan sarana ROH berikutnya y.i. iman. Iman adlh wilayah Qalbu.  "QALBU" bila tidak dengan pertolongan Allah tak kan berhasil menemukan kebenaran Allah.

Menggunakan akal Nabi Ibrahim pernah menganggap Bintang, Bulan dan Matahari sbg Tuhan. Di abadikan di Surat Al-An'am 76-78

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۚ قَا لَ هٰذَا رَبِّيْ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَلَ قَا لَ لَاۤ اُحِبُّ الْاٰ فِلِيْنَ
"Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, Inilah tuhanku. Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, Aku tidak suka kepada yang terbenam."
(QS. Al-An'am ayat 76)

فَلَمَّا رَاَالْقَمَرَ بَا زِغًا قَا لَ هٰذَا رَبِّيْ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَلَ قَا لَ لَئِنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَ كُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّاۤ لِّيْنَ
"Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, Inilah tuhanku. Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."
(QS. Al-An'am ayat 77)

فَلَمَّا رَاَ الشَّمْسَ بَا زِغَةً قَا لَ هٰذَا رَبِّيْ هٰذَاۤ اَكْبَرُ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَلَتْ قَا لَ يٰقَوْمِ اِنِّيْ بَرِيْٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ
"Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, Inilah tuhanku, ini lebih besar. Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan."
(QS. Al-An'am ayat 78).

Kebenaran menurut akal belum tentu benar, bila tidak ditopang oleh kebenaran menurut Qalbu. Qalbu tidak akan berhasil menemukan kebenaran kalau tanpa pertolongan Allah (dengan HIDAYAH Allah).

Para Nabi dan para Rasul, mendpt Hidayah langsung dari Allah dituntun wahyu. Murid2 para Nabi dan sahabat para Rasul, mendpt hidayah melalui apa yg didengarnya, apa yg dilihatnya dari Nabi2 dan Rasul2, kmdn ditolong Allah dibukakan Qalbunya menerima hidayah. Contoh Umar bin Khattab menerima hidayah, terlebih dulu marah2.
Kini berbagai sebab orang mendptkan hidayah:
Ada karena terbebas dari bencana.
Ada karena ajakan seorang cucu.
Ada karena mendengar.....
Ada karena membaca ......
dan lain2 aneka macam sebab.

Namun hidayah tak kan diperoleh tanpa pertolongan Allah membukan Qalbu, sbgmn Allah menolong kita terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.

 وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًا وَّلٰـكِنَّ اللّٰهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
(Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya) (QS. An-Nur ayat 21)

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment