Friday 28 February 2020

Meredam Dendam dengan menyambung SILATURAHIM.

Mungkin anda pernah punya teman akrab di sekolah dulu, atau teman sepermainan masa kanak2, atau bahkan masih terkait family, kini jadi orang terpandang atau pernah jadi orang terpandang.

Ketika ybs jadi orang terpandang, terjadi perubahan, jadinya dianya terkena "flu sombong". Belagu ndak pernah akrab.

Kesombongan terindikasi;
Kalau ketemu pas ada acara dihadiri banyak orang, seolah tak pernah kenal.
Ingin ketemu hrs protokoler. (ini sih ok lah orang terpandang padat acara).
Bila pas berhasil ketemu dmkn formil, menghindar diajak berdialog pakai "bahasa ibu", bahasa ketika masih sesama anak2.

Jika nanti predikat terpandangnya sdh menghilang, biasanya penyakit "Flu Sombong" pun langsung berkurang menuju hilang.

Dlm kasus ada teman ataupun family ketika sukses, terpandang lantas sombong, kemudian "jatuh". Sikap yg bijak adalah menerima dg baik kembali dia sbg teman atau sbg keluarga. Hendaklah bersemboyan begini:

Memaklumi bahwa kalau orang tengah sukses,  sedang terpandang biar kita tak ikutan ngawaninya, banyak relasi dan kawan yg merapat kepadanya.

Khusus yg masih ada pertalian darah (hubungan family).
Bila sdh tdk berjaya lagi, dikala relasi dan kawannya telah menjauh, bgmnpun sanak kerabat yg bertalian darah tak akan dpt diputuskan. Kata pepatah Melayu "Tetak air tak kan putus". (Maksud pepatah= air tdk dpt dipotong, sama dg pertautan hubungan keluarga).

Kalau ybs semula adlh kawan akrab, ketika sukses, terpandang sempat nyombongi kita. Juga dimaklumi kawan dan relasinya sdh menjauh ketika dia sdh "jatuh". Kalau dia tdk kita terima mendekat kembali lalu dia bakal tak ada teman.
Terima kembali, kan ada pepatah "1000 kawan blm cukup tapi 1 musuh sdh terlalu banyak".

Jika hati ini masih berkata-kata, hati ini masih ingat ketika sahabat kita itu, ketika family kita itu masih berjaya dan sombong. Segeralah ingat pesan Allah di dua ayat berikut ini:

الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَا قِهٖ ۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi."
(QS. Al-Baqarah ayat 27)

وَا لَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَا قِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَ رْضِ ۙ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْٓءُ الدَّا رِ
"Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh laknat dan tempat kediaman yang buruk (Jahanam)."
(QS. Ar-Ra'd ayat 25).

Silaturahim diperintahkan Allah untuk disambungkan. Artinya termasuk  kalau pernah putus tautkan kembali.   Bagi yg memutus silaturahim disetarakan dg melanggar janji dg Allah, disetarakan dg membuat kerusakan dimuka bumi. Naudzubillahi min dzalik.

Smg ayat di atas meredam dendam kita thdp seseorang yg tadinya pernah menyombongi kita, bahkan mungkin mendzalimi kita, atau melecehkan kita, menghina kita, ketika dianya tengah berjaya.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment