Wednesday 5 February 2020

DAMPAK NGOMONG

"Obin atuk awa ona". Bgt dg semangat cucuku bawah 2 taun ketika Ayahnya pulang. Diulangnya bbrp kali. Pa'de, Datuk dan Nenek serta Ayah blm ngerti maksud si cucu. Agaknya dari ekspresi wajah para seniornya dia tau apa yg dikatakannya blm dimengerti. Maka diulangnya sekali lagi, kini dengan tarikan nafas dalam sambil mengembang dadanya berikut bahasa tangan dan tubuh. "Obin atuk awa ona". Kali ini si nenek menebak apa yg dimaksud cucunya. "Oooo,.... "Mobil Datuk dibawa Bunda". Serta merta si Cucu mengembuskan nafas lega sambil bersuara "Ee eeh" dan menganggukkan kepala.

Kejadiannya: Pagi2 dianya di drop Ortunya ke rumah Nenek. Ayahnya langsung ngantor pakai mobil yg digunakan nge drop mereka. Sekitar pkl 9 nan Bundanya pergi dg tujuan lain, menggunakan mobil Datuk. Itulah yg dilaporkannya ketika ayahnya datang.

Kejadian tersebut membuktikan bahwa manusia adlh makluk yg dpt NGOMONG, sekaligus NGOMONG adlh kebutuhan. Dari kecil sdh berkepentingan menyatakan pendapat.

Dampak dpt diterjemahkannya Omongan nya itu,  bagi cucuku paling tidak ada dua:
1. Dia meresa lega karena apa yg dikomunikasikannya sampai.
2. Mungkin dia akan menjadikan omongan yg disusunnya sebisanya itu jadi PEMBELAJARAN, besok2 akan menyusun kalimat yg sgr dpt dimengerti. Dg cara mendengarkan baik2 orang sekitar menyebut sesuatu, selanjutnya menirukannya.

Makhluk hewan juga patut diduga mereka bisa ngomong. Tapi mungkin omongannya sekedar untuk komunikasi, menyatakan suka/tidak suka. Mengajak/menolak atau menyapa.

Manusia, dengan ngomong:
Minta sesuatu, Setuju tdk setuju, Kemukakan pendapat, Berjanji, Mengajak. Juga berbohong, menipu dan banyak lagi dpt dilakukan dg NGOMONG.

Mungkin:
Bangsa hewan ndak kenal ngomong soal janji.
Bangsa hewan juga mungkin tak pernah bergunjing.
Bangsa hewan pun tentu tak pernah memfitnah, apalagi hoaks.

Sedangkan manusia fungsi ngomong lengkap, baik untuk hal2 yg baik, maupun untuk hal2 yg jelek.

KECUALI bagi orang yg mematuhi ajaran agamanya mereka hanya ngomong untuk hal2 yg baik saja, karena tertanam di qalbu orang beriman penegasan Allah:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)".
(QS. Qaf ayat 18).

Selain patuh penegasan Allah juga bagi orang beriman menghayati betul pesan Nabinya:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَالْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam”. (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah).

Peringatan Allah dan pesan Nabi di atas menjadi filter bagi orang beriman, shg omongannya hanya yg baik2 saja.

Banyak kasus membuktikan bahwa omongan itu berdampak:

Seorang pengusaha warung makan, ketika lagi sukses usahanya, bertanya kpd tukang mie keliling. Semalaman kamu keliling dorong grobak, berapa si hasil kamu...............
Mendingan warung makanku ndak cepek2 berembun, hanya buka siang hari Alhamdulillah hasilnya lebih dari grobak mie keliling-mu.

Omongan begini ini pun tercatat ndak akan menguap bgt saja stlh diucapkan.

Apa yg terjadi, stlh waktu bergulir, pekan berganti bulan, bulan berganti taun. Tukang Mie buka out let sampai ratusan grobak. Dia tdk lagi ikut ngider, anak buah beroperasi, dianya jadi juragan Mie tiap hari ngumpul setoran, grobak msh berpotensi bertambah.
Dlm pada itu si pengusaha warung makan tak berkembang bahkan cenderung merosot.........
Rupanya omongan pengusaha warung bbrp taun lalu melecehkan tukang Mie Grobak, walau si tukang mie tdk tersinggung, tercatat kemudian dibuktikan di dunia ini. ..............

Agama memberikan kita pelajaran:

Omongan seorang khalillullah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar”(Imam Al-Ghazali), disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta (riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak).

Dalam sebuah riwayat, Nabi Ibrahim pernah ditanya oleh seseorang atas jumlah ternaknya yang banyak itu, “Milik siapa ternak sebanyak ini?” Kata orang tersebut, yang kemudian dijawab oleh nabi Ibrahim, “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya...........",
"Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga”.

Omongan "bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga". Omongan beliau Inilah konon menjadi ujian Allah yg maha dahsyat untuk Nabi Ibrahim, di perintahkan menyembelih Nabi Ismail. Allah menguji Nabi Ibrahim, benarkah beliau sanggup menepati OMONGANnya. Ujian ini sungguh maha berat, Allah pun mengakui bahwa ujian itu berat, Allah SWT berfirman:
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰٓ ؤُا الْمُبِيْنُ
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata".
(QS. As-Saffat ayat 106).

Hikmah yg pantas diambil dari sepenggal contoh dan riwayat di atas, hendaklah sblm NGOMONG dipertimbangkan:
Bahwa jangankan tukang warung. Jangankan kita2 ini insan biasa. Sedangkan Kekasih Allah (Khalilullah) Ibrahim aja terkena dampak OMONGan-nya. Apalagi awak orang awam.

Smg saudaraku para pembaca, dpt memelihara lidah dari NGOMONG yg tak baik. OMONGAN adlh merefleksikan fikiran. Kini merefleksikan fikiran dpt pula dilakukan di DUMAY atau MEDSOS, menggunakan jari2. Analog dg NGOMONG, mudah2an kitapun dpt menulis hal2 yg baik2 saja. Menulis hal2 yg tak menyinggung orang yg membacanya dan tidak merendahkan serta hoaks.

Nah bila tulisanku ini tdk berkenan, sgrlah hapus, jika ada sedikit manfaatnya silakan petik.

Wallahu 'alam bishawab. Barakallahu fikum,
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment