Monday 24 February 2020

Tajamnya JARI

Konon Imam Ghozali bertanya kpd para muridnya

"Apakah yang paling tajam di dunia ini?"

Murid-muridnya menjawab dengan serentak : "pedang". BENAR, kata Imam Ghozali, tapi sesungguhnya yang paling tajam itu adalah LISAN.

Zaman Imam Ghozali belum ada medsos. Kalau sdh ada medsos mungkin beliau akan jawab yg paling tajam selain lisan adlh JARI.

Betul sih lisan bgt tajam, tapi pendapat itu kayaknya skrg mesti ditambah. Sdh ada yg paling tajam lagi yaitu JARI.
Boleh jadi ungkapan sekarang ini yg lbh tepat "setajam-tajam lisan, lebih tajam lagi jari".

LISAN  lbh tumpul dari JARI kenyataan terakhir ini sering kali orang yg salah ngomong shg sempat jadi pembicaraan khalayak ramai di sosmed.  Tapi pernyataan ybs dpt ditumpulkan alias sdh tdk tajam lagi setelah dijelaskan dengan diklarifikasi.
Misalnya klarisifikasinya begini: "maksud saya ................. begini......., bukan begitu.........maksud saya tidak ........". "Mestinya ......
..... pengertiannya jangan diartikan sepenggal-sepenggal........" dst.

Sesudah klarisifikasi "omongan" produk lisan itu walau untuk sbgn orang masih tetap terasa tajam, tapi bagi sekelompok orang lainnya lantas sdh jadi tumpul. Selanjutnya tidak dipersoalkan lagi.

Beda dng tulisan mrpk "produk jari". apa yg sdh tertulis selanjutnya terpublish meskipun dihapus sendiri, tulisan itu tlh menyebar kemana-mana, di sosmed telah terekam.
Jika isinya menyakiti hati orang, atau kelompok. Walau dpt disudahi dg mhn maaf, namun tetap membekas. Ndak jarang, kita dpt kabar ada penulis di DUMAY karena.............. sampai hrs nginap di Rutan.

Rasulullah SAW juga bersabda:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (H.R. al-Bukhari).

Memang cuma lisan disebutkan dlm hadist. Satu dan lain lantaran zaman Rasulullah belum ada DUMAY, dimana sesuatu  yg dipikirkan hanya dpt diungkap lisan, skrg apa saja pendapat selain dpt dungkap dg lisan juga buah pikiran dpt ditulis dg JARI.

Tulisan dan lisan manusia akan mudah untuk menyakiti hati dan melukai perasaan pembaca dan pendengar.

Mungkin langlah bijak dpt di tawarkan sblm tulisan terpublish di DUMAY:

Pertama
Materi yg akan di publish dibuat konsep lebih dulu. Dibaca ulang, adakah isinya akan menyinggung perasaan seseorang atau kelompok. Dlm hal berisi konten dakwah, silahkan di unggah asalkan tdk menyebut- nyebut agama lain. Silahkan kemukakan kebenaran agama penyusun konten, asalkan jangan membanding dg agama lain. Tiru iklan Jamu, dikemukakannya keunggulan merk jamunya tapi sedikitpun tak nyinggung jamu merk lain.

Kedua.
Draft atau konsep mintakan orang atau kawan dekat anda membacanya, mintakan pendapatnya apakah terdpt kata2 yg menyinggung orang/kelompok. Bila menurut pengoreksi perlu ada koreksi atau tak patut dipublish, lebih baik diperbaiki atau batalkan.

Ketiga.
Bila ada tulisan orang lain, cermati kebenarannya, bila berpotensi membuat orang/kelompok tersinggung, jangan ikutan meneruskannya. Sgr hapus dari HP anda.

Keempat.
Pilih konten tulisan sesuai dg group anda. Misal anda di group komunitas jamaah masjid. Tentu konten yg cocok adlh ber-themakah dakwah. Jangan sampai ada konten yg mencerca, menyinggung seseorang atau kelompok. Tak usah meneruskan berita2 tak terkait dakwah. Sebab berita2 dari dalam negeri, luar negeri misalnya; sdh cukup banyak didpt pembaca dari sumber lain.Tanpa anda repot2 memuat ulangpun, pembaca tlh tersuguhi berita2 tsb.

Kelima.
Bila tulisan anda sdh diupayakan dg ikhtiar2 tsb di atas, tetapi ada pembaca yg ngoreksi, bahkan condong mengkritik. Hal itu kalau dianggap perlu berikan penjelasan yg sejuk, sekali saja sambil ucapkan terimakasih. Jika  si pengoreksi condong mengkritik tsb berlanjut, lbh baik tak usah dijawab lagi, untuk menghindari perdebatan. Maklum kadang referensi penulis dg pembaca berbeda. Kitapun hrs menyadari ilmu itu bgt luas, bukan mustahil pembaca lbh berilmu dari kita. Namun dorongan ingin menyampakan sesuatu kebaikanlah membuat kita menulis. Smg dicatat Allah sbg amal kebajikan. Aamiin.

Penulis konten dakwah umumnya karena termotivasi oleh anjuran Rasulullah.
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat.” (HR. Bukhari no. 3461).

Tapi bukan mustahil karena misalnya lantaran keterbatasan khasanah penggalian referensi, shg terpetik ke referensi yg tidak valid dlsbnya.

Inilah yg kadang terjadi seperti di butir tawaran saya kelima.

Bahwa ilmu itu bgt luas, beribu hadist dan beribu ayat, berbilang penafsir dan periwayat. Tetapi untuk memahaminya haruslah mulai dari 1 ayat.

Biasa; tulisan ku kututup dg:
Bila benar dari Allah dan Rasulnya.
Bila salah dari diriku yg dangkal ilmu, tipis pengalaman. Tolong dimaklumi dan di maafkan.
Jika terdapat bulir kebaikan di dlmnya di petik dipersilakan.
Jika tak manfaat sgr hapus dan abaikan.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment