Saturday 15 February 2020

TERBAWA sampai MAUT

Anakku ketika sdg mkn bersama di meja makan, sambil cerita. Seniornya dokter, kini kerja di suatu rumkit besar. Dianya diam-diam melakukan survey kecil-kecilan ttg orang sdg sakratal maut.

"Oh seru itu sela ku". 1000 org sdh disurveynya dlm kurun waktu 7 tahun. Orang yg sakratal maut itu ditalkinkan dg kalimat tauhid, kalau dianya muslim. Sbb ada hadist "man kana akhirul qalam Lailahailallah dhaharul zannah" (brg siapa akhir kalimat yg diucapkannya Laillahailallah berhak akan surga).

Ternyata mnrt teman sejawat anakku tadi, hanya 70 orang dari 1000 orang yg lidahnya sanggup bergoyang menirukan keluarga atau pendampingnya membisikkan di telinganya kalimat tauhid tsb.

Dokter tsb tertarik untuk servey lanjutan guna mencari tau, bgm pola hidup yg 70 orang itu.  Juga  mencari pembanding pola hidup orang yg lidahnya tak sanggup  menyebut kalimat tauhid itu menjelang maut.

Rupanya orang yg sanggup menyebut kalimat tauhid ketika maut datang menjemput, semasa hidup ahli ibadah. Sedangkan yg tak bisa lidahnya maupun bibirnya berkumit menyebut "Lailahailallah", selama hidupnya bukan akhli ibadah.

Langsung kutimpali informasi anakku itu. "Manusia dlm keadaan kritis, kaget, dianya scara reflek mengucapkkan apa yg biasa dia ucapkan". Contohnya Mamahmu; kalau sedang ngupas bawang tiba-tiba ndak sengaja pisau kena jari. Jika dia se hari hari biasa ngucapkan "astaghfirullah", "masya Allah" atau "Lailahailallah", maka itulah yg akan terucap. Tapi kalau orang biasa nyebut "aduuh", "celaka", "sialan",  "ya ampiuun" atau sumpah serapah; maka ucapan-ucapan itulah yg keluar dari mulutnya. Makanya biasakan berzikir, agar ktk sakratul maut ucapan zikir itu yg kluar dari mulut.

Seorang panglima perang zaman dahoeloe. Memamerkan keahliannya memanah. Dikelilingi prajuritnya di alun2, lokasi unjuk keahlian itu dilangsungkan. Tepuk tangan gemuruh dari para prajurit yg membentuk formasi huruf "U", mengelilingi target sasaran.

Apresiasi anak buah serta kagum, karena dari 50 anak panah diluncurkan sang panglima semuanya tertancap mengelilingi titik tengah bidang sasaran.

Usai tepuk tangan anak panah terakhir. Tiba2 ada suara "saya juga bisa".

Hadirin terkesima; dan semua muka menoleh ke sumber suara. Rupanya ada seorang penonton luar, selain prajurit, kebetulan lewat. Dianya sempat saksikan puluhan kali ketika panglima melepaskan anak panah ke sasaran dari busurnya, dari sela2 berdirinya prajurit. Dia seorang penjual MADU.

Dua keranjang digandarnya setiap hari, menjajakan madu berkeling kampung. Satu keranjang di depan berisi Tempayan madu dan hotol2 untuk calon pembeli. Demikian juga satu keranjang di belakang dg isi yg sama.

Panglima penasaran, dipanggil penjual madu ketengah majelis.
Panglima: Ini busur dan panah silakan!!.
Dng sopan busur dan panah di serahkan kembali kpd panglima.
Penjual Madu: Maaf memanah keahlian tuan. Saya jg punya keahlian sesuai pekerjaan saya.

Mungkin panglima sedikit agak sewot dikiranya nyaingi dia soal memanah. Lantas langsung panglima mempersilakan ybs.

Panglima: Perlihatkan keahlianmu!!!.

Penjual madu menyusun 10 botol kosong di tanah. Selanjut mengisi botol2 tsb dg madu dari tempayan tanpa penciduk. Semua botol terisi tanpa setetespun madu yg tertumpah.
"Inilah keahlian saya berkat terbiasa melakukannya saban hari puluhan tahun". "Demikian juga panglima jadi mahir memanah, karena terbiasa dan latihan puluhan tahun".

Kemahiran diperoleh dari latihan terus menerus. "Kalah bisa karena biasa".

Pepetah dikampungku "ALAH BISE KERNE BIASE"  di bhs Indonesia kan "KALAH BISA OLEH BIASA". Artinya kebiasaan mengalahkan kemampuan. Orang mampu mengucapkan sesuau, orang mampu berbuat sesuatu tapi bila tidak terbiasa, dlm keadaan mendadak, dibawah tekanan, maka ketrampilan itu tak kan muncul lantaran kurang latihan.

Penjual madu dihadapan seorang panglima dan rarusan prajurit, sukses mempertunjukkan keahliannya karena sdh terbiasa.

Bgtu kira-kira, JANGAN HARAP  kalau qt jarang shalat, jarang zikir, sehari hari bergelimang maksiat, menghembuskan nafas terahir dng kalimat tauhid. Jadi ujung dari hadist tadi juga mengandung pengertian bahwa orang ahli ibadah, orang yg ahli zikir dan orang yg di dlm kehidupannya beramal shaleh jualah yg berhak akan surga.

Ku ber ujar ke anakku: "Namun anakku kutitip pesan ke seniormu yg survey tersebut, bahwa blm tentu orang yg sakratalmaut selain yg 70 respondennya itu tak sanggup lidahnya mengucapkan kalimat tauhid.  Mungkin saja bibirnya tak berkumit atau bergerak mengucap "La Ilaha Ilallah", bibirnya terkatup namun lidahnya bergoyang (tak tampak dari luar) lidahnya turun naik melafadzkan "La ila ha ilallah".
Sebab tanpa membuka bibirpun, (boleh dicoba), kalimat tauhid itu dpt di laksanakan oleh gerakan lidah. Namun kembali lagi bahwa orang yg mungkin sanggup lidahnya bergoyang menyebut kalimat tauhid itu, hanyalah apabila pemilik lidah sering latihan melalui shalat dan zikir spt diungkapkan di atas. "ALAH BISE KERNE BIASE"

Smglah qt nanti ketika sakratulmaut kalau tak danggup lagi bibir, lidah qt masih sanggup bergetar, bergerak diikuti irama hati yg ihlas, tulus "La ila ha ilallah". Sehingga berhaklah kita mendapat sambutan Allah:
يٰۤاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ   
ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً 
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى
وَادْخُلِيْ جَنَّتِى
"Wahai jiwa yang tenang!
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku"
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 27, 28, 29 dan 30)

Barakallahu fikum
Billahi taufiq wall hidayah. Wassalamualaikum wr.wb.
M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment