Wednesday 19 February 2020

Berfikir Matre".

Bahasa masa kini, jika seseorang apa saja dinilainya yg paling kaya, yg banyak uangnya, pokoknya hanya mau dekat dg orang2 secara materi hebat. Orang yg berpandangan dmkn disebut ".....matre'". Bisa "cowo matre'", ada juga "cewe matre'", bukan ndak ada "calon mertua matre'". Nanti bila udh jadi mertua, "jadinya mertua matre'".

Cara befikir "matre'" tsb adlh manusiawi. Manusia normal memang secara kodrati dibekali 3 "landasan berfikir" yaitu:
1. Landasan berfikir material.
2. Landasan berfikir intelektual.
3. Landasan berfikir spiritual.

Akan amanlah masyarakat ini bila setiap orang menerapkan sekaligus tiga landasan berfikir tsb secara harmonis. Insya Allah pengamal 3 landasan berfikir itu akan bahagia dunia akhirat. Juga bila ke tiga2nya landasan berfikir ini di amalkan secara proporsional akan disegani pesaing dan jadi panutan orang banyak.

"LANDASAN BERFIKIR MATERIAL". kita singkat LBM.

LBM. yaitu mengagungkan hal yang bersifat material dan harta benda. Yang diburu dalam hidup hanya pemenuhan sebanyak-banyaknya uang, benda, harta. materi. Landasan berfikir intelektual (LBI) dan Landasan Berfikir spritual (LBS), kadang diabaikan.

LBI memberikan arah berfikir secara rasional, di dlm nya ada tata nilai kewajaran di masyarakat, mengacu pada norma ilmu pengetahuan, dstnya. Kata kuncinya "legal-illegal", "etis-tak etis", "wajar-tak wajar".

LBS sbg alat ukur, apakah aktivitas memburu benda dg LBM tidak bertentangan dg agama, dstnya. kata kuncinya "halal-haram".

Seorang teman akrab yang kebetulan ketika menjadi teman saya sdh tergolong kaya. Keseharian hidup sohib saya ini, sibuk siang dan malam mencari benda dengan bekerja keras.

Maaf cerita, sampai-sampai agaknya melupakan ibadah kepada  agama yang dianutnya. LBS diabaikannya.

Kebetulan apa saja yang diusahakannya membuahkan hasil, alias mendatangkan uang, barang kali kalau orang lain dengan usaha seperti sohib saya ini ndak akan berhasil, setidaknya hasilnya tidak sebernas sahabat saya yang satu ini.

Suatu hari, sebab dianya kawan akrab, saya berani urun rembug memberitahukan ybs agar dalam mencari uang tetap harus ingat waktu-waktu untuk ibadah, sebab saya bilang itu harta benda tak akan dibawa mati.

Saya harus akui bahwa sohib saya ini usahanya mencari harta, sepanjang pengetahuan saya dengan jalan yang legal, tidak merugikan pihak lain. Agaknya LBI terpenuhi.

Walau, ketika dalam suatu kerja sama menangani suatu proyek misalnya, dianya yang paling besar dapat bagian. Hal ini juga wajar, kebanyakan proyek dialah yang mendapatkan, dan bagusnya sebelum proyek dimulai sudah dibicarakan lebih dahulu, jika ada diantara teman yang diajak kerja sama tak berkenan sejak awal dengan pembagian, dapat quit secara baik. Boleh dibilang teman ini tdk mengabaikan LBI, kendati ada juga partner yg ngedumel.  Tapi si partner akhirnya terima ikutan proyek teman saya ini, karena pas lagi sedang sepi proyek di tempat lain. Bagusnya sdh dibicarakan diawal.

Saran urun rembug saya tentang “Berfikir materialis” yang dimiliki kawan ini, dia jawab: ”Memang harta benda dan uang tidak dibawa mati, tapi kan untuk menuju mati itu perlu uang”, jawab sohib saya ini.

Sejak itu saya tak pernah ulangi lagi mengemukakan pendapat itu kepada yang bersangkutan.

Beberapa lama kemudian sekitar pukul 2 dinihari, sohib saya ini menelpon, bahwa dianya ada ruang UGD, dari (suatu rumah sakit kelas VIP). Sohib ini mengatakan melalui telepon: “Sangat mengejutkan saya dikatakan dokter, saya terkena cancer harus segera dioperasi. Padahal saya ini, tidak merokok, tidak peminum, makan-minum teratur dan bergizi”.

Keesokan harinya saya kunjungi yang bersangkutan, kemudian atas pertimbangan banyak teman dan keluarga dianjurkan untuk mendapatkan second opinion ke dokter lain, rumah sakit lain. Ternyata dokter kedua juga berpendapat sama dan menyarankan segera diambil tindakan operasi.

Dasar sohib ini banyak uang, maka diambil langkah untuk berobat keluar negeri.  Singkat cerita lebih enam bulan dilakukan pengobatan keluar negeri, memang tidak dioperasi, tetapi dilakukan pengobatan yang serius. Pulang dari luar negeri, ternyata penyakit semakin berat. Dengan alasan ikhtiar untuk penyembuhan, ybs. sepulang dari luar negeri tidak langsung pulang ke rumah sendiri. Sohib saya ini saya antar terus  ke rumah sakit, dipilih rumah sakit yang paling VIP, dengan biaya yang begitu mahal.   Baberapa bulan lagi di rumah sakit sampai akhirnya sohib saya ini menutup mata.

Begitu Sohibku ini meninggal ku teringat kembali akan ucapan almarhum ”Memang harta benda dan uang tidak dibawa mati, tapi kan untuk menuju mati itu perlu uang”

Benar juga bahwa harta benda dan uang yang dikumpulkan almarhum cukup membiayai yang bersangkutan menuju kematian,  Alhamdulillah masih banyak lebihnya, untuk waris yang ditinggalkan.

Berobat bbrp bulan ke luar negeri bukan sedikit biayanya. Sepulang dari luar negeri harus dirawat di rumah sakit kelas paling utama, ku beberapa kali menjenguk ruang rawatnya bagaikan sebuah rumah. Tersedia ruang sendiri berikut tempat tidur bagi keluarga penunggu, ada semacam dapur, ada ruang tamu. Tentu biayanya tak sedikit cocok sekali dg ucapan almarhum.

Benar juga ucapannya tentang "menuju kematian perlu banyak uang ternyata rupanya menjadi do’a yang di ijabah Allah".

Sbgm sering kita saksikan banyak jg orang2 yg menuju mati tak usah banyak ngeluarkan biaya. Ada tetangga sdg main catur di teras rumah, belum selesai game, pamit kepada lawan mainnya pamit kebelet kencing. Diapun masuk rumah............
Sekitar 15 menit lawan main teriak: "eey, eey ......takut kalah ya". Bbbrp kali mendengar teriakan itu, anak tuan rumah ke teras rumah. Jumpa om teman akrab ayah, sekaligus tetangga, sdg ngadapi papan catur.  anak bertanya: "kemana ayah tadi......?. si om jawab: "katanya kencing". Si anak langsung ke kamar mandi. Pintu km mandi di totok sampai di gedor ndak respon. Ambil tangga, lihat di ventilasi. Si ayah duduk di kloset kepala tersandar ke jeding. Kamar mandi di dobrak ybspun sdh tiada.
Pengeras suara mesjid terdengar:
ا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِ نَّـاۤ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ۗ 

Bgt antara lain contoh proses menuju mati. Contoh pertama kebetulan sesuai sekali dg ucapannya. Apakah ucapannya itu tercatat sbg do'a. Wallahu 'alam bishawab.
Mungkin pantas dicermati
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 53)
وَقُلْ لِّعِبَا دِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ
"(Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik)".

Nah contoh kedua ternyata maut menjemput tak perlu repot2 pakai sakit sampai ngabiskan biaya banyak.

Smg maut menjemput kita sesuai doa kebanyakan  kita yg sll dilantunkan ssdh shalat.

"............... وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ
...............".

".............taubat sebelum datangnya maut, rahmat pada saat datangnya maut, dan ampunan setelah datangnya maut........."

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment