Tuesday 23 October 2018

Retak TANGAN

Maaf ketika ku menulis, atau berbicara kadang sering kebawa bahasa kampungku, bahasa Ibuku. Ku pikir ndak apalah malah memperkaya khasanah kausa kata bahasa persatuan kita. Siapa tau beberapa kata yg ku coba angkat di tulisan di adopsi jadi bahasa Indonesia.

RETAK TANGAN
Guratan yg ada ditelapak tangan setiap orang, tiap orang garis2 guratan itu tidak sama persis, walaupun saudara sekandung. Begitu kayanya Allah, kita sdh maklum dari milyaran manusia yg pernah lahir ke dunia tak ada sidik jari yg identik apalagi sama. Saya ndak tau apakah RETAK TANGAN pun tak ada yg sama.

Berbau mistik, konon dari RETAK TANGAN inilah dpt diramal masa depan. Sbg penganut agama samawi ndak boleh percaya akan ramalan nasib, termasuk melalui "Retak Tangan". Dlm tulisan ini "Retak Tangan" hanya diambil sbg istilah. "Retak Tangan" = "nasib sudah tersurat dari sononya oleh Allah swt".

Tak seorangpun kita tau nasib masa depan kita masing2.

;وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا

Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. (Al-Qur'an surat Luqman ayat 34)

Penulis, sudah hadir ke alam dunia ini hampir 69 th, banyak liat nasib orang yg kadang ndak di-sangka2. Dulu dia anak tukang rumput miskin, ayahnya dari pintu ke pintu ngambil upahan nebaskan rumput halaman orang, kini jadi orang kesohor. Sementara dulu dia anak orang kaya, ternak sapi tiap detik ada yg lahir, saking banyaknya. Kapal dagangnya berbilang. Kini anak orang kaya ini, hidup memburuh ke bekas anak buah ortunya. Bgtlah kehidupan ini.

Menarik kisah perjuangan anak nelayan. Tamat SD tak ada lagi sekolah dekat sekitar kampungnya. Bundanya bertekad kuat agar putra semata wayangnya bersekolah lbh tinggi. Didukung pula si bocah yg manut berkat pondasi pendidikan agama yg mantab sejak dini karena ikut nyantri.  Es em pe lokasinya belasan kilometer di ibu kota kecamatan. Kendaraan tak punya, walau hanya sepeda ontel yg waktu itu barang lux. Transportasi umum blm tersedia. Kalaulah ada kendaraan hanya Truck pengangkut kayu dan ikan serta hasil bumi yg melintas, kadang dpt ditumpangi nuju ke ibu kota kecamatan, kadang tak ada yg melintas. Maklum tak ada jadual reguler, riit sekenanya pabila ada barang diangkut.

Pagi buta, tiap hari, bunda tlh membungkuskan nasi berikut telur rebus dan sambal untuk 2 kali makan. Sebab jika si bocah tak dpt tumpangan Truck, ke sekolah sblm subuh, bgt juga tak ada Truck melintas usai sekolah, alamat sampai kembali ke rumah ssdh isya. Betapa penatnya betis bocah ini tak terhingga. Makanya pernah terpikir oleh bunda mengekoskan buah hatinya anak lelaki satu-satunya itu di kerabat di kota kecamatan. Sayangnya faktor E, kos di kota kecamatan hanya sanggup bbrp bulan. Kembali si bocah mengasah telapak kaki di jalan yg blm bgt rapi k/l 49 th lalu itu, belasan km pergi dan belasan km pulang dihari sekolah.

Menghemat kolom, kisah dipadatkan. Kadung sekolah, ortu dan anak memilih lanjut sampai SMA di Kabupaten, entah daya upaya apa dilakukan ortu si anak pelaku kisah ku ini. Yg jelas ortu banting tulang, peras keringat maksimal, karena SMA hanya ada di Kabupaten. Selesai juga akhirnya SMA. Lantas mau kemana. Diputuskan mengadu nasib ke ibukota Provinsi kebetulan ada family yg memungkinkan ditumpangi alamat, sambil mendaftar sbg Taruna Akabri.

Jalan tdk selalu mulus, ternyata nama pemuda ini tdk terliat di pengumuman lulus. Bbrp hari stlh diketahui tak nampak nama di pengumuman, sambil setting rencana berikutnya diputuskan nunggu di kediaman family setara pak de di ibu kota Provinsi itu. Sbgmn biasa keseharian sembahyang dan mengaji. Pas ssdh ashar pak de ketamuan orang penting rupanya. Mendengar lantunan ayat suci dari ruang sholat rumah pak de. Tamu bertanya, "siapa yg ngaji itu kok enak sekali mendarat di telinga". Tanpa memanggil untuk memperkenalkan diri si Qari' pak de jelaskan. "Kemenanakan saya dari desa, dia baru saja tes AKABRI nampaknya tak hasil". Tamu nimpali "oohh, siapa namanya dari daerah mana, bolehkah saya coba bantu". Tentu saja, "sambar pak de" tak sabar, sembari mencatatkan nama lengkap dan asal daerah.

Allhamdulillah tangga sukses mulai menjulur, pas tahun akademik dimulai pemuda desa ini mulai mengikuti pendidikan Taruna dan berhasil lulus sbg taruna terbaik.

Purnawirawan jendral berbintang dua ini sekarang ilmunya msh di manfaatkan negara di institusi lain.

Selanjutnya ia mengisahkan kpdku ndak dpt membalas kebaikan tamu pak de nya itu. Satu dan lain si pak de tak lama dia jadi taruna tlh tiada, sdgkan petang ia mengaji itu tidak berkenalan dg si tamu.

Memang banyak kasus orang tak lulus test masuk suatu pendidikan bukannya tak mampu. Buktinya jendral ini berhasil lulus terbaik. Berhasil jadi jendral berbintang dua. Tak semua lulusan mencapai jendral, tentu karena berprestasi.
Namun semua itu terpulang taqdir Allah seperti diberitahukan Rasulullah:
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
(Dari Abu ‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqah (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghah (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya).

Jadi setiap diri ini menelusuri jalan takdir masing2. Tentulah untuk mencapai takdir tersebut dilengkapi ikhtiar seperti yg dijalani oleh jendral yg diceritakan perjuangan dan tekad yg kuat. Sebab ada takdir azali dan takdir ikhtiari. Ada lagi tambahan bahwa ybs taat beribadah, rajin membaca Al-Qur an dan patuh kepada ortu.

Demikian RETAK TANGAN seorang anak nelayan desa mencapai karier bgt tinggi menjadi jendral, siapa sangka.

Buat yg bercita-cita tak kesampaianpun jangan kecewa sebab sdh RETAK TANGAN. Ingat Allah SWT berfirman:
لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri"
(Al-Qur'an surat Al-Hadid ayat 23).

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment